Setelah memastikan Mayka memasuki mobil dan pergi dari area sekolah, Izam pun melenggang menuju tempat pertemuan yang Alwan sebutkan. Ya, tentu saja warung asem itu.
Mengapa disebut warung asem? Itu karena warungnya ada di bawah pohon asem, yang tak jauh dari belakang tembok sekolahnya. Karena itulah mereka menyebutnya warung asem. Dan tempat itu memang merupakan tempat tongkrongan para anak-anak SMA Dwitama karena posisinya yang strategis, tak jauh dari sekolah dan berada di belakang sekolah. Mereka hanya perlu melompati tembok untuk sampai kesana dengan cepat.
Beberapa menit di perjalanan, akhirnya Izam sampai pada tempat yang dituju. Disana ada beberapa anak sekolahannya juga yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Mereka tentu terkejut mendapati Izam di tempat itu. Mungkin karena Izam memang tidak pernah datang kesana. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di sekolah bersama dengan Mayka.
"Santai! Gue cuma ikut duduk," ujar Izam pada mereka saat mendapati tatapan tak biasa, seperti takut dan ingin bergegas pergi menghindari.
"Nyi, saya mau kopi."
Wanita tua di dalam warung tersebut pun bertanya, "Mau kopi apa, Izam?"
Izam mengerjap beberapa kali. Ia yakin tak pernah datang kesini, tapi kenapa bisa tau namanya?
"Nyinyi sering denger nama kamu dari anak-anak yang nongkrong disini. Bahkan ada yang nunjukin fotonya ke Nyinyi. Izam gak usah kaget kaya gitu."
Izam mengangguk mengerti. "Saya udah kaya artis aja. Dimana-mana terkenal. Jadi terharu," Izam menyeka matanya, berpura-pura terharu yang sontak membuat wanita tua itu terkekeh. "Aneh. Nak Izam lucu kaya gini malah mereka takutin."
Sekarang Izam yang tertawa, sambil mencomot bakwan yang ada di hadapannya. "Mungkin mereka liat pas Izam nyemilin orang. Makannya pada takut."
"Wah, Nak Izam zombie ternyata. Zombie kok makan bakwan?!" Lagi-lagi, wanita tua yang biasa dipanggil Nyinyi yang merupakan kata lain dari Nyai itu tertawa bersama Izam. Sedangkan orang-orang disana hanya bisa memperhatikan Izam yang nampak begitu ramah.
Sesudah Izam memesan kopi dan wanita tua itu pergi membuatnya, terdengar suara deru motor yang mendekat ke arah warung tersebut. Namun bukan hanya satu suara, cukup banyak suara knalpot yang Izam dengar hingga membuatnya membalik posisi duduknya.
"BOS, ITU BOS, IZAM!"
Izam tersenyum miring. Ia menopangkan satu kakinya di atas kaki lainnya dan melahap habis sisa bakwannya.
Sekitar sebelas motor yang rata-rata diisi oleh dua orang di atasnya itu berhenti tak jauh dari warung tersebut yang memang cukup luas untuk lahan parkir.
Namun yang menjadi fokus Izam hanyalah seorang lelaki bermotor ninja warna hijau yang juga tengah menatap dengan smirk di wajahnya.
Beberapa siswa SMA Dwitama yang berada disitu langsung berdiri saat melihat rombongan itu datang.
"Gue gak ada urusan sama kalian," ujar sosok yang sedari tadi Izam tatap, yang Izam tebak namanya pasti Zarfan.
Total enam siswa Dwitama yang tadi berniat menghadangpun menoleh menatap Izam yang masih duduk santai sambil mengelap tangannya yang berminyak dengan keset disana. Izam nampak tak takut sedikitpun meski yang para siswa itu tau Izam memang diincar oleh Zarfan.
"Lo Zarfan sialan yang nyuruh anak buah lo buat ngikutin cewek gue?" Tanya Izam, dengan nada tenang yang namun terdengar menyebalkan untuk Zarfan.
Zarfan terkekeh, ia maju mendekat ke sosok yang masih enggan menanggalkan bokongnya dari kursi panjang yang ia duduki itu.
"Cewek lo boleh juga."
Rahang Izam mengeras mendengar itu.
"Cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is The Sweetest Boyfriend
Novela Juvenil(Judul awal AZKARISATYA) Menurut Mayka, Izam itu manja, tukang gombal, romantis, manis dan ramah. Tapi diluar pengetahuan Mayka, bahkan tidak ada satu orang pun yang berani hanya untuk menatap mata seorang Nizam Azkarisatya yang sekelam malam. *** N...