12

306 38 59
                                        

Jam istirahat adalah jam kedua yang ditunggu-tunggu oleh para siswa, yang pertama-nya adalah jam pulang. Karena istirahat dapat melegakan otak yang tadi-nya stres bisa sedikit menjadi fresh, tapi setelah itu akan stres kembali. Lain hal-nya dengan jam pulang, kita bisa melakukan aktivitas di luar batas.

"Kaila, lo gak ke kantin?" Tanya Winda yang melihat Mikaila sangat serius membaca novel.

"Enggak Win, lo sendiri dulu ya."

"Yah. Yaudah deh, mau nitip gak?"

"Nitip dong! Aqua botol satu sama roti aja Win!" Ucap Mikaila sambil menyerahkan uang kepada Winda.

"Yee oncom, giliran nitip aja mau." Winda-pun mengambil uang tersebut.

"Abis lo nawarin ya gak enak dong buat nolak hehe."

"Hem iye-iye."

"Ditunggu pesanan-nya ya nyonya."

"Oke-oke." Winda-pun bergegas pergi menuju kantin.

Saat ini Mikaila sungguh enggan untuk pergi ke kantin, dia enggan untuk melakukan apapun. Membaca novel hanyalah sebuah pelampiasan-nya saja, dia tidak benar serius membaca.

Mikaila belum cerita mengenai masalah yang kemarin kepada Winda, dan April yang saat ini sedang tidak masuk. Karena urusan keluarga.

Ditanya oleh Winda kenapa mata-nya agak sedikit bengkak, Mikaila menjawab habis nonton anime sedih. Dan Winda-pun seperti-nya percaya. Mungkin nanti Mikaila akan cerita.

---------------------------

Di lain tempat

Setelah bel istirahat berbunyi tadi, Kevin langsung buru-buru ke suatu tempat ingin menemui seseorang. Dia berjalan menampilkan wajah yang sangat dingin, sampai siswa yang liat enggan untuk menyapa.

Lorong demi lorong dilalui oleh-nya. Karena setiap kelas mempunyai lorong untuk menuju kesana.

Dan Kevin seperti-nya sudah berada di depan kelas orang tersebut, karena letak kelas mereka yang lumayan agak dekat. Hanya beda letaknya dia diujung dan harus melewati lorong terlebih dahulu. Kevin menyuruh salah satu orang yang berada tidak jauh dengan-nya untuk memanggil-nya.

Dan orang yang di panggil-pun datang.

"Kevin? Kenapa manggil gue?"

"Ikut gue!"

Kevin-pun langsung berjalan membelakangi orang tersebut. Orang itu semakin heran dengan tingkah-nya Kevin, yang tadi pagi bahkan sampai sekarang.

Dia tidak bertanya, hanya mengikuti kemana Kevin berhenti nanti.

Setelah beberapa menit dalam kebingungan, Andi dibuat bingung kembali. Kevin berhenti di gudang belakang sekolah yang tidak berpenghuni, alias jarang murid yang kesini. Mungkin hanya petugas sekolah itu-pun jarang. Tempat ini sangat sepi.

Semilir angin bertegur sapa menghempaskan kesunyian mereka berdua.

Beberapa detik dalam kebisuan, Andi-pun berbicara.

"Vin, lo kalo mau ngomong kenapa harus di tempat kaya gini? Hal apa yang mau lo omongin?"

Kevin yang tadi-nya membelakangi Andi, langsung berbalik arah dan

bugh

Satu pukulan mendarat di pipi Andi.

Dia-pun memegangi pipi-nya yang terkena pukulan tadi.

"Shit, apa-apan si lo tiba-tib.."

bugh bugh

Pukulan kali ini membuat sudut bibir Andi robek dan sedikit mengeluarkan darah. Andi menyeka darah yang keluar dari sudut bibir-nya dengan punggung tangan-nya.

Tentang Sebuah Rasa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang