05. Devotion

211 50 8
                                    





Warning!
4986k words :)

Happy Reading...

⚪⚫⚪

Kira-kira, sudah 2 bulan musim panas berlangsung, musim yg hampir memasuki pekan terakhir pun tak menyurutkan antusiasme sebagian orang untuk pergi berlibur, entah itu sendirian, bersama teman, atau bersama
keluarga. Memanfaatkan cuaca yg sangat mendukung sekaligus merehatkan tubuh serta pikiran dari aktivitas keseharian yg melelahkan.

Kenapa hanya sebagian?

Karena tentu saja tidak semua orang antusias terhadap liburan. Biasanya, orang seperti ini hanya akan menghabiskan waktunya dirumah. Tidur, menonton, atau melakukan hal biasa lainnya.

Tak jauh berbeda dari Guanlin, pemuda tinggi ini hanya diam dikamarnya,  menyibukkan diri dengan hanya bermain video game dilaptopnya.

Pemuda itu tidak peduli dengan cuaca cerah pada siang hari ini, tak jarang angin lembut dan sejuk berhembus ditengah teriknya matahari, memberikan kesan nyaman dan menyenangkan. Benar-benar sangat cocok untuk pergi jalan-jalan.

Bukannya tidak tertarik dengan liburan dimusim panas, apalagi dengan cuaca sebagus ini.

Hanya saja, Guanlin tidak memiliki kesempatan. Bukan waktu, ia bahkan selalu merasakan kebosanan tak berujung karena kehidupannya yg selalu monoton.

Kesempatan yg ia maksud adalah, kesempatan dimana ia bisa pergi bersama keluarganya.

Bagi sebagian orang, hal tersebut bukanlah sesuatu yg besar, tapi bagi Guanlin, hal tersebut tak lebih dari sekedar angan-angan.

Tidak.

Kedua orang tuanya belum meninggal, mereka masih hidup, sibuk mengumpulkan uang dengan cara menjelajahi seisi dunia. Melupakan anaknya sendiri di mansion besar tanpa kasih sayang selama belasan tahun.

Guanlin mungkin akan baik-baik saja jika seandainya ia memiliki seorang teman, seseorang yg bisa ia jadikan sandaran sebagai pengganti orang tuanya.

Tapi nyatanya—

Tidak ada.

Guanlin hanyalah seorang anak kesepian ditengah hiruk pikuknya kehidupan.

Kurangnya kasih sayang menyebabkan Guanlin sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Membuatnya menjadi pendiam hingga akhirnya tumbuhlah sikap dingin dan arogan.

Tidak ada yg mau berteman dengannya. Baik di kampus, ataupun disekitaran rumahnya.

Tok Tok Tok!

Suara ketukan pintu sedikit membuyarkan konsentrasi Guanlin. Pria itu berteriak "Masuk" tanpa beranjak dari posisinya, tidak ingin kehilangan moment kemenangan dari game yg tengah dimainkannya.

Ini sudah siang, dan sudah dipastikan pelayan lah yg mengetuk pintunya. Pelayan itu akan masuk setelah ia menyuruhnya, kemudian menaruh sepiring nasi dan segelas air diatas nakas sembari mengucapkan "ini makan siangnya tuan" padanya.

Tapi, sudah selang berapa lama, tak ada seorangpun yg masuk dan mengantarkan makan siang padanya. Yang ada hanyalah ketukan pintu yg terus menerus hingga membuat Guanlin sedikit kesal dibuatnya.

Guanlin mem-pause-kan gamenya dengan perasaan tidak rela. Berjalan menuju pintu dengan wajah datar andalannya.

Klek!

"Sudah kubilang—"

Duk!

"....."

Keadaan hening seketika, bukannya pelayan, Guanlin malah mendapati seorang pria asing yg lebih pendek darinya tengah berdiri didepan pintu kamarnya.

QUINQUENNIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang