06. The day I meet U

167 36 0
                                    









“Guanlin, ayok pulang” ucap bibi Park, bibi yang sudah hampir 10 tahun menjaga dan merawat Guanlin hingga sebesar ini.

“Gak mau bi, anlin masih mau main disini. Disini rame banyak teman anlin suka” balas anak kecil yang hampir memasuki 10 tahun itu.

“Iya, besok kita datang lagi. Oke? Sekarang udah hampir malam, Anlin harus mandi dan makan malam. Bibi janji besok sepulang sekolah kita main ditaman ini sepuasnya” bujuk sang bibi.

Bibi Park mengerti, jika Guanlin dirumah maka yang didapat hanya duduk memonton tv sendirian di ruang keluarga yang besar dan mewah itu atau main sendirian dikamar. Sendiri tanpa seorang teman. Ya, bagaimana Guanlin punya teman jika kedua orang tuanya hanya mengurung Guanlin dirumah tidak boleh kemana-mana. Mentok-mentok ke taman komplek, itu pun bibi Park diam-diam mengajak Guanlin jalan-jalan tanpa sepengetahuan majikannya.

Bruk..

Huaaa...

”KAKAKKK HUAAAAAA”

Mendengar teriakan itu Guanlin berbalik dan mendapatkan seorang cowok seumurannya tengah nangis karena jatuh dari ayunannya. Lalu seorang cowok yang mungkin umurnya 2 tahun diatas Guanlin datang memeluk cowok yang menangis itu dengan erat.

“Adik jangan nangis, mana yang sakit sini kakak liat” sang kakak meniup luka di lutut adiknya yang memerah.

“Ayok kakak gendong, kita obati dirumah dan main dirumah saja” sang kakak menyuruh adiknya untuk naik kepunggungnya, dan mereka berjalan pulang.

Guanlin pun berbalik setelah melihat kejadian itu, “Andai anlin juga punya kakak pasti akan sangat menyenangkan” gumannya dan dapat didengar jelas oleh bibi Park.

Malamnya, Guanlin dan kedua orang tuanya makan malam dengan diam hanya ada detik jam yang berjalan dan dentingan piring.

“Bi, malam ini kita berdua akan berangkat ke Jepang. Tolong bantu packing untuk 1 minggu ya” kata nyonya Lai.

Bibi Park hanya mengangguk dan bergegas melaksanakan apa yang disuruh sang majikannya.

“Papa sama mama mau pergi?” tanya Guanlin.

“Iya sayang, kita ada bisnis penting” jawab sang papa, matanya daritadi tidak lepas dari ipad yang ada didepannya.

“Nanti kita bawa oleh-oleh yang banyak buat anlin, oke?” sahut si mama, Guanlin yang mengangguk tapi raut wajahnya terasa sedih.

Pasalnya besok tanggal 23 September, hari ulang tahunnya. Dia setiap hari selalu mencoret kalendernya agar tidak kelewatan tanggal ulang tahunnya dimana kedua orang tuanya akan menghabiskan waktu bersama dengannya, hanya dihari ulang tahunnya dia bisa menikmati moment bersama kedua orang tuanya. Tapi mungkin tidak dengan tahun ini. Dan untuk pertama kalinya Guanlin merasa kecewa dengan kedua orang tuanya.

Setelah berangkatnya kedua orang tua Guanlin setelah makan malam, dia tidak mau keluar kamar. Padahal biasanya setelah makan malam dia akan duduk diruang tamu untuk menonton tv, bermain robot atau sekedar coret-coret kertas yang menurutnya itu merupakan gambaran.

“Guanlin, ini susunya diminum. Habis itu bibi temanin tidur” bibi Park masuk kekamar dengan nampan yang berisi segelas susu.

“Bibi, anlin sedih” kata Guanlin.

“Sedih kenapa?” tanya sang bibi yang sudah menyayangi Guanlin seperti anak sendiri.

“Besok ulang tahun anlin tapi papa sama mama malah gak pulang”

QUINQUENNIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang