08. Red Eclipse

170 33 0
                                    






RED ECLIPSE


Main Cast :
Lai Guan Lin
Park Jihoon

First Autumn, 13 September 2011

Aku menatap langit yang tidak begitu cerah dari jendela kamarku. Di atas sana hanya terlihat gumpalan awan hitam yang sepertinya akan menumpahkan airnya ke bumi. Aku tidak heran karena memang ini sudah mulai memasuki musim gugur. Udara terasa sejuk, tidak dingin dan tidak panas. Akan tetapi, meskipun udara terasa sejuk dan daun belum sepenuhnya memerah, suasana ini membuatku muak dan benci.
Aku Lai Guanlin, ya seperti yang kalian tahu dari namaku, aku tidak lahir di Korea. Ayahku orang Taiwan dan Mamaku dari Seoul. Selama 9 tahun aku tinggal di Taiwan, tetapi karena ayahku dipindah kerja aku harus memulai kehidupan baruku di Seoul tempat kelahiran Mamaku. Aku harus mulai beradaptasi dengan Korea. Meskipun Mamaku sering mengajariku bahasa korea, tapi tetap saja lidahku terasa aneh ketika mengucapkan bahasa asing itu.
Aku menatap beberapa anak seusiaku sedang bermain sepak bola di taman depan rumahku dengan riangnya. Tidak, aku tidak berniat bergabung dengan mereka, karena tentu mereka tidak menyukainya. Aku anak berkacamata, berbicara dengan logat yang aneh, dan yang paling menyebalkan aku terlahir dengan otak yang melebihi kapasitas anak pada umumnya. Aku tidak sombong dengan IQku yang mencapai nilai 150, tapi karena itu anak-anak lain membenciku karena hampir setiap nilai ujian matematika aku tak pernah mendapat nilai di bawah 100.
Mereka menyebutku monster kacamata. Apakah itu aneh? Tapi kenyataannya memang begitu. Selama hampir 9 bulan di Seoul, aku pernah memiliki teman baik. Namanya Bae Jinyoung, ia sangat tahan dengan sifatku yang cuek dan pendiam sehingga aku merasa nyaman dengannya. Selama 6 bulan kami berteman, jinyoung ikut terbully karena dia dekat dengan ku. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk pindah sekolah karena tidak tahan dengan perlakuan anak lain. Sekarang aku kembali lagi sendirian, tidak ada yang mau berteman denganku karena tittleku sebagai “Monster Kacamata”.
Pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Aku mengalihkan pandanganku dari jendela kemudian menemukan sosok malaikat tak bersayap disana. Ya Mamaku. Ia berjalan menghampiriku, kemudian menggandeng tanganku  dan membawaku untuk duduk di kasur. Ia mengusap kepalaku dengan lembut hingga aku memandangnya heran. “Guanlin-ah, kau ingat Mirae Halmeoni?” aku mengingat-ingat nama seorang yang tidak asing bagiku.

Halmeoni yang pernah menyelamatkanku ketika aku sakit keras 5 tahun yang lalu?” Mamaku mengangguk mengiyakan.

“Setelah mengobatimu dulu, beliau kembali ke Korea. Tapi 3 bulan kemudian beliau meninggal karena sakit.” Aku menunduk sedih mendengar pahlawan yang telah menyelamatku telah tiada, bahkan aku belum sempat membalas  kebaikannya.

“Mama belum bisa menceritakan ini padamu dari dulu, karena pasti Guanie akan merengek untuk ke Korea. Guanie tahu jika dulu papa tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, dan mama khawatir Guanie akan sedih karena tidak bisa ke Korea. Tapi sekarang kita sudah di Korea, dan meskipun ini sudah hampir 5 tahun, apa Guanie mau mengunjungi makam Mirae Halmeoni?” mataku seketika bersinar cerah.

“Eum. Guanlin mau Ma.”

.
.
.

Aku, Mama dan Papa sampai di area pemakaman yang begitu asri. Beberapa daun pohon besar yang mengelilingi sudah mulai menguning. Seketika aku merasakan pusara aneh yang membuatku merasa sangat sedih. Aku merasa sangat hampa, dan meskipun usiaku masih belum genap 10 tahun tapi ketika melihat makam dengan nama Mirae Jung aku seketika meneteskan air mata.

Aku meletakan buket bunga Lili putih, mawar putih dan baby’s breath di atas makamnya. Air mataku kembali menetes, dan itu membuat Mamaku khawatir. “Guanie, gwaenchana ?” aku mengangguk tanpa menoleh pada Mamaku.

QUINQUENNIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang