SUZY
Vincent dan Soojung benar-benar tidak setia kawan. Ugh!
Bagaimana bisa mereka lebih memilih pergi ke Mall menghadiri festival makanan gratis, dibandingkan menepati janji mereka untuk menemaniku masuk di kelas tambahan Bahasa Inggris. Padahal semalam di group chat, mereka sudah setuju soal kelas tambahan. Maka, aku mengambil ranselku dengan cepat setelah Guru Park menyelesaikan kelas kami. Ya, untung saja ada beberapa orang yang juga mengikuti kelas ini jadi aku tidak merasa terlalu nelangsa.
Aku mengambil langkah cepat menuruni undakan tangga satu persatu bersamaan dengan beberapa siswa lain yang juga mengikuti kelas tambahan ini. Merogoh saku, aku mendapati HP-ku mati. Ah, karena keasyikan membaca ensiklopedia semalam aku sampai lupa kalau aku belum mengisi daya batrai ku. Alhasil, sejak jam 12 siang tadi HP-ku sudah mati total.
"Aku tidak bisa menghubungi Ayah ataupun Ibu." Gumamku pelan sembari memasukkan HP ke dalam rompi seragam.
Aku telah sampai di halte bus depan sekolahku, mengedarkan pandanganku kesekitar dan aku tidak menemukan siapapun disana. Ugh, jangan-jangan bus terakhir sudah pergi?
"Oh Tuhan, tidak mungkin aku berjalan sampai ke rumah kan?" Aku mendesah. Melirik kursi panjang di halte itu sekilas, lalu mendudukan bokongku disana.
Ya ampun, ini adalah malam termenyebalkan yang pernah ada. Sebenarnya aku tidak mau meruntuki guru bahasa inggrisku itu, namun kalau sampai aku tidak bisa pulang, atau bagaimana kalau aku bertemu preman jalanan dan mereka berniat jahat kepadaku? Oh tidak.
Aku menggeleng cepat, menghilangkan segala macam hal yang tidak-tidak yang kini bergelayutan di pikiranku. Tidak, aku akan baik-baik saja. Ayah akan menyadari bahwa aku belum pulang dan dia akan menyusulku ke sekolah. Ya. Aku yakin itu.
Perutku berbunyi lagi. Oh tuhan, aku membawa tanganku mengelus perutku pelan. Kasihan sekali food baby ku telat diisi asupan gizi. Terakhir aku makan adalah siang tadi, yang mana berarti sudah 7 jam terlewati. Oh, tidak adakah orang rumah yang datang?
"Gosh!" Aku berjengkit kebelakang saking kagetnya ketika mendengar suara klakson mobil begitu keras. Lalu, sinar lampu mobil itu semakin dekat hingga berhenti tepat di depan halte.
Mobil sport berwarna biru yang...
Siapa coba? Jangan-jangan pria hidung belang yang suka memangsa anak remaja?! Dan, jangan-jangan dia mengira aku adalah perempuan murahan yang sengaja menunggu jemputan? Geez, ya tuhan lindungi ak—
"Ayo masuk."
—Myungsoo?
Masih terdiam ditempatku, aku bisa melihat wajah tampan nya—Duh, apa sekarang aku suka menilai wajah orang?—sedang menatapku dengan santai. Pandangannya tajam, masih memakai baju seragam dan rambutnya sedikit acak-acakan.
"Kau ingin masuk, atau tidak?"
"Mau!" Jawabku buru-buru. Mengambil langkah cepat kemudian mengitari mobil depan dan langsung masuk ke dalam mobil BMW i8 yang ntah milik siapa.
Wow, bagaimana aku bisa mengetahui merek dan jenis mobil sport ini? Tentu saja karena majalah-majalah yang tergeletak di rumahku. Just in case kalau kalian lupa, bahwa Ibuku adalah kaum sosialita—katanya—dan akan selalu dikelilingi oleh hal-hal tak berguna. Maksudnya adalah, bagaimana bisa dia menghabiskan uang ayahku hanya untuk membeli berlian ketika perjalan ke Hong Kong bersama teman-temannya, juga menukar-beli mobil yang menurutku sangat mubadzir. Ugh!
"Ini mobil baruku."
Well, aku tidak bertanya, omong-omong. Tapi, karena Myungsoo sudah menyelamatkanku malam ini, sepertinya sedikit rasa antusias dirasa baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brown Dwarf
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Katanya, "Semua anak perempuan di sekolah akan membunuhmu jika tahu kau dan Aku tinggal bersama." Itu benar. Aku bisa dengan yakin memberikan ceklis pada ungkapannya itu. Tapi, oh ayolah ada yang lebih mengerikan dari kalimat diatas...