Aku mengetahui kalau satu kamar asrama terdapat enam ruangan. Ruangan yang pertama adalah ruang tamu. Ada tiga pintu yang ada di ruang tamu. Pintu di depan ruang tamu adalah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan dapur. Pintu di sebelah kanan dan kiri adalah pintu kamar tidur. Masing-masing di kamar tidur ada kamar mandi.
307
308
309
310
311
Ini dia kamar asramaku.
Ku putar kenop pintu, dan terlihatlah ruangan dengan layar televisi besar dan sofa lengkap dengan mejanya.
"Hai, kamu pasti Aquila Naura Indio kan? Kenalin nama aku Gita Humanira, salam kenal," kata seorang anak perempuan yang tiba-tiba muncul di depanku.
Dia mengulurkan tangannya, mungkin dengan maksud ingin bersalaman denganku. Aku menjabat tangannya walaupun sebenarnya aku tidak ingin, daripada aku tidak bisa masuk.
"Bisa permisi, aku lelah," kataku padanya saat selesai berjabat tangan dengannya.
"Oh ya maaf, kamu pasti lelah, tidurlah. Aku sudah menempati kamar disebelah kanan. Jadi kamarmu ada disebelah kiri," katanya sambil menyingkir dari jalanku.
Aku pun membuka pintu disebelah kiri. Terlihat kasur Queen Size dengan sprei berwarna putih, meja belajar berwarna coklat muda, dan lemari pakaian berwarna abu-abu. Dindingnya berwarna biru langit dengan langit-langitnya berwarna putih
Kuhempaskan diriku ke atas tempat tidur yang empuk. Ku pejamkan mataku dan aku sampai di dunia mimpi.
"Hai Naura, kamu mau gak jadi teman aku?"
"Apa kau tidak masalah?"
"Masalah? Maksudmu warna rambut dan matamu? Tentu saja tidak, menurutku itu keren."
"Hhmmm. Baiklah, aku mau berteman denganmu."
"Benarkah? Yeeeyy. Nanti kita pulang sekolah bareng ya."
"Iya."
"Lagi-lagi," kataku terbangun dari tidur.
Tok..........Tok..........Tok
Suara pintu diketuk.
"Masuk," kataku.
"Barangmu sudah sampai."
"Dimana?"
"Di ruang tamu."
Kulihat koperku berada di ruang tamu. Aku pun membawa koperku ke dalam kamarku dan memasukkan barang-barangku ke dalam lemari. Sepuluh menit aku merapikan barang-barangku.
"Kalau sudah selesai sebaiknya kamu cepat mandi, lima belas menit lagi kita akan makan."
Aku pun mandi selama hampir lima belas menit. Saat selesai berpakaian terdengar suara bel.
"Ayo cepat kita harus pergi sekarang!"
at dining room
"Kamu mau makan apa?"
"Terserah, yang penting jangan daging."
"Ok deh kamu tunggu dimeja ini ya."
Aku pun menunggu+duduk dimeja kami. Tiga menit menunggu akhirnya pesanan ku datang juga.
"Ini, aku pesankan salad."
"Nira, ada apa dengan rambut mereka?" tanyaku pada Nira menunjuk beberapa orang.
"Siapa? Aku?" kata Nira menunjuk dirinya, mungkin dia bingung dengan nama panggilan yang kupanggil untuknya. Aku hanya mengangguk.
"Semua orang memanggilku Gita," lanjut Nira.
"Aku lebih suka Nira."
"Baiklah, terserah kamu aja deh, mau manggil aku apa? Mereka bilang rambut mereka sudah seperti itu sejak lahir."
"Memangnya ada orang yang sejak lahir rambutnya seperti itu?"
"Entahlah, aku sih percaya-percaya aja, soalnya ada aturan yang gak memperbolehkan siswanya memakai cat rambut."
"Jadi Aquila-"
"Naura, kau bisa memanggilku Naura," potongku.
"Tidak. Kamu seenaknya memanggil namaku 'Nira'."
"Tapi akhirnya kamu setuju kan?"
"Iya, tapi tetap saja, aku akan memanggilmu Aquila."
"Kalau begitu aku akan mengacuhkanmu."
"Ok, ok. Jadi Naura, apa kamu pindah karena dapat beasiswa?"
"Ya," jawabku singkat.
"Benarkah? Berarti kamu hebat banget dong," kata Nira.
"Memangnya kenapa?"
"Jarang ada yang dapat beasiswa disini." Aku hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Nira.
Kami selesai makan dan berjalan menuju asrama perempuan.
"Kamu kelas apa Nau?" tanya Nira.
"Kalau tidak salah, katanya tadi aku God class II,"
"Oh ya? Waaaahhh kita sekelas dong."
"Kok nama kelasnya aneh sih?"
"Emang kayak gitu, mulai dari kelas terpintar itu namanya:
1. God Class
2. Angel Class
3. Human Class, dan
4. Devil Class.
Walaupun Devil Class adalah kelas terakhir tapi murid disana nilainya gak pernah kurang dari delapan puluh. Dan kelas dibagi menjadi tingkatan yang sama seperti SMA pada umumnya," jelas Nira, aku mengangguk paham."Udah sampai deh," sambung Nira.
Aku berjalan ke tempat tidurku dan bersiap untuk tidur.
"Masa kamu mau tidur lagi sih?!!" kata Nira yang masuk ke kamarku.
"Iya, emang napa?" kataku sambil memejamkan mataku.
"Kan kamu baru bangun tidur. Kita ngobrol dulu yuk!"
"Gak ah, males. Mending tidur."
"Gak baik males loh, ntar jadi koala."
"Biarin, koala kan imut."
"Iih.. bangun dong!"
"Zzzzz."
"Yah, dianya udah tidur. Kalo gitu aku tidur juga deh," kata Nira berjalan pergi ke kamarnya. Samar-samar kudengar.
"Naura, Naura."
"Ada apa?"
"Kayaknya aku naksir sama Gio deh."
"Sebaiknya kamu gak usah dekat-dekat sama dia."
"Kenapa? Kan aku suka sama dia."
"Dia gak baik untukmu."
"Apa maksudmu?!! Maksudmu aku gak cocok sama dia, gitu?!!!"
"Enggak bukan itu maksudku."
"Atau jangan-jangan kamu naksir sama dia juga?! Ngaku!!!"
"Enggak, aku gak pernah naksir sama siapapun."
"Pembohong!!!! Mulai sekarang, kita bukan lagi teman."
"Tu....tunggu dulu Cell. Kita kan udah buat janji jadi sahabat selamanya."
"Janji? Aku berteman denganmu itu karena aku ingin nyontek pr dan ulanganmu. Mana mungkin aku mau berteman dengan orang aneh sepertimu."
"Cell......tunggu dulu Cell.....Cellyn!!!!!"
"Padahal aku ingin memberitahumu, kalau aku pernah melihat Gio mencuri di sebuah toko. Apa mungkin mimpiku itu sebuah pertanda? Kalau benar aku gak akan akrab lagi dengan siapa pun."
BERSAMBUNG
#remake# 15 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aura yang Kulihat [REMAKE] [ON HOLD]
FantasíaSemua orang sudah tau apa itu 'indigo', tapi apa jadinya jika kau adalah seorang indigo yang spesial? Banyak orang mengatakan menjadi indigo itu adalah sesuatu yang hebat, tetapi aku bilang menjadi indigo adalah sebuah kutukan. Memang hebat jika itu...