Chapter 7

148 14 0
                                    

*diatas gambarnya Naura yang rambutnya putih, ps; bayangin aja warna matanya juga putih*

"Hah? Ja...jadi, warna rambutmu aslinya putih?" Aku mengangguk.

"Aduuhhh..... hari ini terlalu banyak kejutan darimu," kata Nira memegang kepalanya.

"Ini untukku?" tanyaku menunjuk beberapa sandwich yang ada di atas meja.

"Oh iya, ini untukmu," kata Nira mendorong piring ke arahku.

"Terima kasih ya," kataku setelah itu memakannya.

"Hmmm..... rasanya enak Nir," kataku memuji masakan Nira.

"Tentu saja. Ibuku seorang chef yang terkenal, aku belajar darinya," kata Nira yang juga memakan sandwich buatannya. Aku hanya mengangguk, aku baru tau kalau Nira adalah anak dari chef terkenal.

Setelah kami memakan habis sandwich buatan Nira, aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Padahal ini sudah hampir jam sembilan malam.

"Sedang apa kalian disini?" tanya sebuah suara yang kukenal.

"Siapa disana?" tanya Nira was-was. Saat ini cahaya lampu hanya menyorot ke arah kami.

"Kami sedang makan, kami ketinggalan jam makan malam," kataku karna tidak ada lagi suara setelah Nira bertanya, mungkin dia ingin kami menjawab duluan.

"Jadi Peter, kenapa kau disini?" kataku lagi.

"Hah?! Peter?!" kata Nira terkejut untung suaranya tidak keras.

"Tidak ada," jawab Peter. Baiklah aku gak bakal mempertanyakannya lagi.

"Peter itu vampir," bisikku pada Nira.

"APA!!!!!" teriak Nira hampir membuat gendang telingaku pecah.

"Bisa diam gak?" tanyaku.

"Kayaknya aku mau pingsan lagi deh," kata Nira yang ingin ambruk.

BRUK

Akhirnya Nira pun jatuh pingsan lagi.

"Ada apa dengannya?" tanya Peter mendekat.

"Pingsan," jawabku singkat.

"Mau kutolong?" tanyanya.

"Kau mau menolongku?" tanyaku tak percaya. Peter menganggukkan kepalanya. Aku pun mengangguk ragu. Peter menggendong Nira dan mulai berjalan mendahuluiku.

"Rambutmu kenapa?" tanya Peter ditengah perjalanan membuatku sedikit terkejut.

"Ini warna asli rambutku."

Setelah itu hening terjadi sampai kami berada di asrama perempuan.

"Turunkan saja Nira. Aku akan membopongnya." Peter terus berjalan tanpa memedulikan perkataan ku, dia sangat keras kepala. Sungguh, jika dia bukan vampir aku akan segera merubahnya menjadi lauk untuk hiu-hiu disekitar pulau ini.

"Nomor?" tanya Peter. Jika aku adalah orang bodoh yang tidak mengingat kalau Peter adalah orang yang minim kata, maka saat ini aku akan mengatakan "Huh?", untungnya aku mengingatnya. Ingatlah kalau aku memiliki kekuatan untuk mengendalikan ingatan.

"311."

Kami tiba di kamarku dan Nira. Kubukakan pintu agar Peter dapat masuk.

"Kamar Nira yang disebelah kanan," kataku setelah membuka pintu. Peter pun masuk dan menidurkan Nira di kasurnya. Setelah Peter keluar dari kamar Nira aku mengucapkan terima kasih.

"Mau kubuatkan teh?" tanyaku. Peter mengangguk.

Aku pergi ke dapur dan membuatkan teh panas untuknya. Teh selesai kubuat. Ku suguhkan teh itu pada Peter. Satu kata untuk menggambarkan situasi kami saat ini, canggung.

Selesai meminum tehnya, Peter pamit pergi kembali ke kamarnya. Jangan memintaku untuk menceritakan seperti apa situasi saat 'itu', karena aku benar-benar sudah melupakannya. Aku memakai kemampuanku untuk menghapus ingatanku.

at tomorrow

"Naura ayo! Hari ini kita jadi ke ruang kepala sekolah kan?"

"Iya-iya," kataku seraya berjalan ke arah Nira.

"Yuk," kataku lagi. Kami berjalan sampai di depan ruangan kepala sekolah.

Tok..........Tok..........Tok

"Silahkan masuk." Aku dan Nira pun masuk.

"Heee...... pantas saja sekolah ini dipenuhi orang-orang aneh, kepala sekolahnya saja adalah peri," kataku seraya tersenyum miring dengan tangan disilangkan di depan dada. Nira yang mendengar terkejut bukan main.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Sudahlah kepala sekolah. Saya sudah tau tentang kalian."

"Apa maksudmu Nona Indio? Saya tidak mengerti."

"Berhentilah bersandiwara! Aku bisa melihat wujud asli kalian."

"Baiklah, saya percaya padamu," kata kepala sekolah pasrah, aku tersenyum penuh kemenangan.

"Darimana kamu tau tentang kami?" tanya kepala sekolah. Aku pun menceritakan semuanya kepada kepala sekolah.

"Ceritamu tidak bisa dipercaya, tapi kamu benar-benar bisa melihat wujud asli kami. Sejak kapan kamu mempunyai kelebihan ini?" tanya kepala sekolah setelah aku selesai menjelaskan semua yang aku ceritakan kepada Nira.

"Sejak lahir."

"Apa kau pernah mengatakan tentang kelebihanmu?"

"Pernah."

"Pada siapa?"

"Pada banyak orang, tapi tidak ada yang percaya padaku kecuali kalian dan Nira."

"Nira? Maksudmu Nona Humanira?"

"Ya."

BERSAMBUNG

#remake# 20 April 2019

well, I know this part is too short. but, I'm tired, very very tired.

I think this story is too hard to make.
.
.
.
.
.
jadi aku akan membuat cerita ini lurus tanpa ada masalah dan aku akan segera menamatkannya. mungkin sebentar lagi.

Aura yang Kulihat [REMAKE] [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang