Chapter 3

199 19 17
                                    

*diatas gambarnya Nira*

Kuberanjak dari tempat tidurku dan mengambil handuk untuk mandi, karena jam sudah menunjukkan pukul lima.

Selesai mandi, kupakai seragam baruku yang berwarna hitam dengan pita merah yang cukup besar di dadanya.

"Hoaaamm...." kata Nira yang keluar dari kamarnya.

"Cepet banget siap, baru juga jam 5:30," sambung Nira melihat jam dinding, aku hanya diam.

Aku memasang sepatuku yang berwarna coklat tua. Dan pergi ke luar.

"Kau mau kemana?" tanya Nira. Aku tidak menjawabnya.

"Ada apa dengannya hari ini?" gumam Nira yang ku dengar.

Jika kalian bertanya aku mau pergi kemana, jawabannya adalah ke ruang makan, agar aku tidak bertemu dengan Nira. Gak mungkin aku ke kelas atau ke ruang guru saat masih jam 5:30. Saat jam enam nanti, baru aku akan pergi ke ruang kepala sekolah.

at six o'clock

Tok..........Tok..........Tok

"Silahkan masuk."

Krieeettt

"Oh, Naura ya, kamu datang terlalu cepat."

"Tidak masalah kan Ms? Lagi pula kelas akan dimulai lima belas menit lagi kan?"

"Ya kamu benar. Tunggu sebentar!" kata Ms, Fary mengambil telpon dan menekan nomor.

"Ada apa Ms?"

"Bisakah kamu kesini?"

"Apakah murid baru?"

"Benar."

"Kalau begitu saya segera kesana."

Lima menit kemudian datang seorang wanita dengan rambut pirang seumuran Ms, Fary.

"Naura, kamu ikut sama Ms ya," pinta wanita itu, aku mengangguk kecil.

Kami berdua berjalan sampai menuju kelas yang bertuliskan God Class II.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru," kata wanita itu yang sepertinya wali kelasku.

"Ms, laki-laki atau perempuan?" tanya seseorang. Kalau kalian bingung kenapa ada yang bertanya seperti itu, jawabannya adalah karena aku belum memasuki kelas membenarkan tali sepatuku.

"Perempuan."

"Yeeeesss!!" teriak para kaum Adam.

"Ayo masuk!" Aku pun masuk ke dalam kelas.

"Perkenalkan, namaku Aquila Naura Indio, kalian bisa memanggilku Naura. Karna aku masih baru, jadi mohon bantuannya," kataku datar. Para kaum Adam berteriak tidak jelas, sedangkan beberapa kaum Hawa menatapku iri dan jengkel.

"Baiklah Nona Indio, nama saya Rani Wizar. Kamu bisa memanggil saya Ms, Rani," kata Ms, Rani ramah padaku

"Kamu bisa duduk disana," lanjut Ms, Rani menunjuk tempat duduk disebelah Nira.

Aku pun menuju tempat dudukku.

"Baiklah anak-anak, buka buku matematika kalian halaman 94!"

"Baik Ms," jawab semua murid kecuali aku.

at rest

"Naura, kamu mau ke kantin gak?" tanya Nira.

"Gak," jawabku.

"Kalau begitu aku ke kantin ya." Aku diam tidak menjawab.

Kalau kalian mau tau apa yang kulakukan di kelas, jawabannya adalah aku mau mempelajari pelajaran berikutnya. Aku rajin? Menurutku aku tidaklah rajin, aku hanya ingin belajar agar tidak ketinggalan.

"Nama kamu Naura kan?" tanya seorang perempuan yang cantik padaku.

"Iya," jawabku masih membaca buku.

"Kenalin, nama aku Sarah Ampiran, kau bisa memanggilku Sarah. Oh ya, yang duduk disana itu kembaran ku, namanya Peter Orion Ampiran," tunjuk Sarah pada seorang laki-laki yang juga sedang membaca buku, sama sepertiku.

Kulihat kembaran Sarah kalau mau kusebutkan ciri-cirinya rambutnya berwarna hitam, matanya berwarna merah, dan mungkin menurut para kaum Hawa dia itu tampan, tapi menurutku sih biasa-biasa aja.

"Apa di sekolah ini boleh memakai lensa kontak?" tanyaku pada Sarah.

"Iya, memang kenapa?"

"Kembaranmu itu memakai lensa kontak kan?" tanyaku menunjuk kembaran Sarah, Sarah pun melihat ke arah kembarannya.

"Kenapa kembaranmu memakai lensa kontak?" tanyaku lagi.

"Kau bisa memanggilnya Peter. Aku tidak tau kenapa dia memakai lensa kontak. Sebaiknya, kau tanyakan sendiri padanya," kata Sarah yang mungkin hanya pendengaran ku, dia gugup.

"Aku kembali ke tempat dudukku dulu ya. Bentar lagi masuk kelas," kata Sarah yang lagi-lagi terdengar gugup. Tepat saat Sarah kembali ke tempat duduknya, bel masuk berbunyi.

at after school

"Naura, tungguin aku ya. Aku piket," kata Nira.

"Aku mau ke perpustakaan," jawabku.

"Tungguin dong, bentar aja."

"Maaf aku mengatakan ini, tapi tolong jangan sok akrab denganku."

"Aku gak sok akrab kok. Aku cuma mau akrab denganmu."

"Kumohon jangan."

"Kenapa? Kenapa kamu gak memperbolehkanku akrab denganmu?"

"Nanti aku beritahukan alasannya di asrama," kataku setelah itu berlalu pergi tanpa memedulikan Nira.

Sesampainya di perpustakaan aku membaca beberapa buku yang tidak pernah aku baca.

Kulihat kembaran Sarah yang bernama Peter itu, juga sedang membaca.

Sekitar dua puluh menit sudah berlalu. Aku pun memutuskan untuk pergi ke asramaku.

at dormitory

Kubuka pintu kamarku dan menampakkan Nira yang sedang menonton televisi. Saat kututup pintunya, Nira langsung menghampiriku.

"Jadi, apa alasannya?"

"Tunggulah sebentar, aku ganti baju dulu." Selesai ganti baju, Nira membuat wajah orang yang sangat penasaran sampai-sampai mirip banget sama hantu penasaran, gak aku bercanda doang.

"Alasannya, karna aku takut suatu hari nanti kamu bakal ninggalin aku."

"Alasan macam apa itu?!! Aku gak bakal kayak gitu."

'Iya, kamu akan, jika tau rahasia aku,' batinku.

"Aku berjanji gak bakal pernah ninggalin kamu," kata Nira mengacungkan jari kelingkingnya.

"Dulu juga, aku sudah pernah mendapat janji palsu seperti itu."

"Itu bukan janji palsu!!" teriak Nira keras ingin menangis.

"Iya, itu janji palsu. kamu gak akan ngerti perasaanku!!!" teriakku tidak kalah keras dengan teriakan Nira.

"Kalau begitu, beritahu aku perasaanmu, agar aku mengerti perasaanmu," kata Nira menahan air matanya.

"Semua membenciku karna rahasiaku."

"Apa rahasiamu? Aku janji gak bakal nyebarin rahasiamu."

"Janji?"

"Janji." Aku berjalan ke arah Nira dan membisikkan sesuatu ke arah Nira. Nira yang mendengarnya terkejut dengan apa yang kukatakan.

BERSAMBUNG

#remake# 16 April 2019

Aura yang Kulihat [REMAKE] [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang