*diatas gambarnya Sarah yang gak pakai lensa kontak*
"Bagaimana? Apa kau akan melepaskannya besok?" tanya Nira.
"Sudah malam, aku ngantuk."
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan!" kata Nira dengan nada sedikit membentak.
"Aaahhh....... Ketahuan," kataku mengacak rambutku pelan.
"Jadi bagaimana?" tanya Nira lagi.
"Entahlah, aku bingung."
"Bingung kenapa?"
"Aku merasa canggung. Bukankah aneh jika seseorang memakai lensa berwarna putih?"
"Memang aneh. Tapi Peter walaupun memakai lensa kontak berwarna merah tidak dianggap aneh kok. Malah jadi lebih ganteng," jelas Nira sambil memuji-muji Peter.
"Terserah apa katamu. Ini hakku untuk memilih. Kau tidak punya hak untuk memaksaku," kataku tegas.
"Okay, okay. Pertama kali ku melihatmu aku berpikir bahwa kamu anak yang misterius, tertutup, tidak suka repot, dan tidak mau berdebat," kata Nira yang mungkin sedang mengalihkan topik pembicaraan.
"Waaaahhhh...... Sepertinya kamu mempunyai kekuatan untuk melihat kepribadian seseorang," kataku seraya bertepuk tangan.
"Apaan sih?!! Emangnya bener apa yang aku bilang tadi?"
"Bener kok."
"Paling cuma kebetulan. Udah malam, tidur yuk," kata Nira memasuki kamarnya.
"Tadi nyuruh aku gak tidur, sekarang dianya yang tidur duluan," kataku seraya pergi ke kamarku merebahkan diri ke tempat tidurku. Kututup mataku sampai akhirnya aku pergi ke alam mimpi.
"Ibu, kenapa orang-orang memanggilku monster?"
"Kamu tidak lihat ibu sedang sibuk!!! Pergi sana!!!! Jangan ganggu ibu!!!!"
"Nagi kenapa orang-orang memanggilku monster? Apa karena rambut dan mataku ini?"
"Hanya kamu yang tidak memanggilku monster. Terima kasih, Nagi."
Kriiiiinngggg
Jam beker pun berbunyi tepat pukul 11:30 malam.
"Aneh, apa aku salah pasang alarm ya?" gumam ku pelan. Tiba-tiba saja aku merasakan sakit di mataku, segera saja ku ambil cermin dan melihat mataku.
"Tidak ada yang aneh. Atau mungkin aku harus melepaskannya?" kataku pada diriku sendiri. Aku pun melepaskan lensa kontak yang ada di mataku. Dan meletakkannya diatas meja belajarku.
"Dari pada aku bermimpi tentang Nagi lagi, lebih baik aku pergi ke luar." Aku mengambil buku novel tebal yang belum pernah kubaca dan membawanya ke luar.
Ku berjalan menelusuri lorong asrama yang menyeramkan tapi tidak untukku. Aku berjalan tanpa arah dan akhirnya sampai di taman belakang sekolah. Aku duduk di bangku taman sambil membaca buku yang kubawa dengan cahaya dari lampu taman didekatku.
"Hmmm.... Apa ini? Benang merahku sudah mengikat?" gumam ku terkejut.
"Mengikat dengan siapa?"
"Aaahhh.... Biarin deh. Kenapa aku harus peduli coba?" gumam ku sambil mengacak rambutku.
Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul dua belas malam tepat. Dan aku mulai kelelahan. Tanpa kusadari, mataku mulai tertutup hingga akhirnya aku tertidur.
"....ei..... e.... ang......" Kudengar sebuah suara yang menyebabkan aku mulai membuka mataku.
"Dimana ini? Apa yang kulakukan disini?" tanyaku sambil mengucek kedua mataku. Kulihat seseorang berdiri di sampingku. Kutebak orang itulah yang membangunkan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aura yang Kulihat [REMAKE] [ON HOLD]
FantasíaSemua orang sudah tau apa itu 'indigo', tapi apa jadinya jika kau adalah seorang indigo yang spesial? Banyak orang mengatakan menjadi indigo itu adalah sesuatu yang hebat, tetapi aku bilang menjadi indigo adalah sebuah kutukan. Memang hebat jika itu...