2% - Naik Taksi

7.6K 536 21
                                    

Shilla diberi ultimatum untuk menuju kerumah keluarga danadyaksa dengan supir mereka. Karena chandra harus menuju kekantornya secepat mungkin.

Dimobil, gadis itu berusaha mendekatkan dirinya kepada calon anak - anaknya. g.

"hara uda sekolah dong ya?" tanya shilla.

"uda dong kak. Tau nih ya kak, hara tuh primadona sekolah." shilla terkikik mendengar kalimat konyolnya hara.

"kakak - kakak kelas hara aja pada godain hara. Heran banget padahal hara kan masih kelas dua." shilla yang sudah terlanjur ingin tertawa, mencoba untuk menahan tawanya, dan kemudian berceletuk.

"emang kamu dua apa?" tanya shilla. "dua esde." jawab hara dengan polosnya. Astaga shilla mau modar aja. Hara gemes banget :'

"kalau kenzie? Uda sekolah?" tanya shilla. Kenzie menoleh. "udah." jawabnya dengan senyuman lebarnya.

Astaga! pengen shilla uyel - uyel rasanya.

"btw nih ya kalian kenapa butuh babysitter sih?" shilla merasa bodoh dengan bertanya seperti ini. Karena ia sudah tau pasti apa yang akan dijawab oleh hara.

"papa itu sibuk banget kak. Engga ada waktu buat kita pokoknya." shilla mengelus pucuk kepala hara, yang kelihatan murung.

"engga papa! Mulai sekarang kakak bakalan nemenin kalian main, sebanyak yang kalian mau. Kita main bareng pokoknya." semangat shilla. Hara tersenyum senang, sedangkan kenzie..

"mama shilla!" seluruh orang didalam mobil itu segera memandangi kenzie. tak terkecuali pak tono—supir pribadi keluarga danadyaksa yang sudah mengabdi selama puluhan tahun.

"ma.. mama?" tanya shilla tak percaya. Kenzie mengangguk lucu. "kakak, jadi mama kenzie aja mau?" pertanyaan kenzie, disambut antusias dengan angukan shilla yang sampai membuat pak tono tertawa.

"kenapa pak?" tanya shilla.

Pak tono tersenyum. "dari sekian banyak babysitter yang dibawa pulang sama tuan, cuman non aja yang bisa ngomong dengan santainya sama mereka." shilla tertawa.

Iya pak, diantara seluruh gadis yang dibawa pulang om chandra cuman saya, yang bakalan jadi. Amin.

"kalian bandel ya?" tanya shilla. Hara mendengus. "enak aja! Babysitternya aja tuh yang ga becus. Emang hara anak—anak apa, makan aja masih perlu disuapin. Pas hara mau makan sendiri, dia bilang nanti tumpan non biar saya aja yang suapin. Malesin." bagian hara memperagakan omongan mantan babysitternya, membuat shilla tertawa keras.

Sepertinya hari - harinya akan tambah berwarna, sejak adanya kehadiran hara dan kenzie.

Sepertinya hari - harinya akan tambah berwarna, sejak adanya kehadiran hara dan kenzie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shilla mengira mengurus hara dan kenzie akan menjadi tugas yang mudah.

Namun, ia salah. Mereka itu super super hyper aktif nya.

Walaupun shillanya sama aja sih. Hhh.

Rumah chandra itu tergolong mewah.

Gerbang yang menyambut mereka, lalu rerumputan hijau yang ada disepanjang jalan, menyimpan sebuah mansion besar diujungnya.

Shilla yang merasa memiliki rumah yang cukup bagus, mulai merasa minder. Karena rumah chandra tiga lipat lagi lebih luar biasa dari rumah miliknya. Shilla jadi penasaran chandra itu sekaya apa.

Jujur saja, kaya saja tak cukup jika tak punya waktu untuk anak-anaknya.

Gadis itu kelelahan setelah kenzie sudah tertidur. Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Ia ingin pulang, tapi chandra menyuruhnya untuk menunggu pria itu pulang. Tentu saja karena mereka, belum sempat membahas tentang kontrak pekerjaan shilla.

Hara menghampiri shilla yang terduduk diatas sofa ruang tamu dengan wajah lelahnya.

"kak.." panggil hara. Shilla menoleh.

"kenapa? Hara butuh sesuatu?" hara menggeleng. "ini.." shilla melirik hara yang melompat kepangkuannya.

Gadis kecil itu menyerahkan sebuah buku dongeng dengan tangan mungilnya.

Shilla cukup peka mengenai apa yang dimintai hara. Ia sering membacakan buku dongeng untuk keponakannya, yang beberapa kali menginap dirumahnya.

"sini. tidur sini."

Hara yang duduk diatas pangkuan shilla, menyenderkan dirinya pada bahu kanan shilla.

Gadis itu mulai membacakan dongeng untuk hara, sampai gadis kecil itu tertidur.

Melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan, perlahan shilla juga ikut terlelap.

Menarik kenangan malam kedalam pikirannya.

Menarik kenangan malam kedalam pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shilla membuka matanya perlahan. Menguceknya kecil saat cahaya lampu menerjangnya.

"eungh.." lenguhnya. Ia tak sadar bahwa dari tadi, ada yang meliriknya dengan tatapan datar.

Shilla mengecek pangkuannya, gadis itu termenung sebentar. menyadari hara sudah tak ada bersamanya, namun sedetik kemudian ia menyadari chandra tengah duduk disofa bagian kanan, dengan tatapan tajamnya.

"eh om.." shilla bangkit dari duduknya. Meregangkan kedua tangannya yang kelelahan.

"ditanda tanganin." pria itu menyerahkan sebuah kertas penuh dengan tulisan, kepada shilla.

Shilla terdiam sesaat. Ia masih belum sepenuhnya pulih dari tidurnya. Salahkan chandra yang pulang terlalu malam.

Shilla melirik jam. Astaga! Sudah jam sepuluh. Shilla meraih kertas kontrak pekerjaannya itu, dan kemudian melirik chandra.

"om. saya mau pulang.." ujar shilla dengan tatapan memelasnya.

"nih." pria itu meletakkan dua buah uang lima puluh ribu.

"naik taksi aja. Kalo kamu ngerasa cocok sama kontraknya tandatanganin, dan kembalikan ke saya besok." chandra bangkit dari duduknya.

Shilla menatap chandra yang mulai berjalan menaiki tangga.

Ia telah mengharapkan sesuatu yang konyol. Mungkin untuk saat ini menunggu chandra peka untuk mengantarinya pulang belum berpeluang.

Lagipula ini hari pertama mereka bertemu.

Lagipula ini hari pertama mereka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sincerely,

Pikachuu.

Keluarga DANADYAKSA. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang