BAB 3

796 68 5
                                    

Caren tengah melamun, berdiri sendirian sambil menunggu jemputan. "Belum dijemput?"

Caren terlonjak mendengar suara yang sedari tadi ingin di hindarinya.

"Maafkan saya, Pak." Caren berbalik dan langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Insiden kopi membuatnya kepikiran, merasa bersalah dan malu. Tidak seharusnya ia bersikap seperti itu pada atasan. Saat itu ia memang tidak berpikir dua kali.

Daniel ingin tertawa, tapi sepertinya ia perlu memberikan sedikit pelajaran untuk Caren.

"Kenapa kau minta maaf? Memangnya kau berbuat salah apa padaku sampai meminta maaf seperti ini?" tanya Daniel dengan nada datar, pura-pura tidak tahu.

"Saya tadi membuat kopi dan sengaja menaruh gula yang sangat banyak untuk bapak." Caren mengakui kejahatannya.

Daniel bersidekap. "Kenapa kau melakukan itu?"

"Karena saya kesal."

"Kesal karena apa?"

"Bapak menyuruh saya membuatkan kopi."

Daniel mendengkus, "Memangnya apa salah saya meminta kamu untuk membuatkan saya kopi?"

Caren merasa gugup. "Itu sudah tugas OB untuk membuatkan anda minum. Saya minta maaf, besok saya akan membuatkan anda kopi yang enak." Janji Caren.

"Aku memintamu untuk membuatkan kopi sebagai ucapan terima kasihmu karena aku membantumu, tapi kau memberikanku kopi diabetes itu." nada Daniel kini menjadi kesal begitu mengingat rasa kopi yang manis sampai rasa manisnya bertahan lama di lidah dan tenggorokannya.

"Maaf." Ucap Caren lirih.

Daniel menyentuh dagu Caren dan mendongakkan kepala gadis itu. "Mulai sekarang buatkan saya kopi sampai saya memaafkan kamu atas sikap kurang ajarmu itu."

Caren mengerjapkan matanya. "Setiap hari?" tanyanya tidak percaya.

"Ya, atau kalau kau tidak mau saya bisa memotong gajimu selama 3 bulan? Hitung-hitung untuk biaya aku pergi ke dokter gigi, dan ke dokter THT, sekarang tenggorokanku sakit dan gigiku terasa ngilu karena manisnya gula." Daniel menyentuh pipinya dan pura-pura kesakitan.

"Jangan potong gaji saya, Pak. Saya janji akan membuatkan bapak kopi setiap hari sampai bapak memaafkan saya."

Daniel tersenyum puas. "Bagus. Kau mau ku-" belum sempat Daniel menyelesaikan kalimatnya. Mobil sedan putih berhenti di depan mereka. mobil yang Daniel ingat pernah menjemput Caren di restoran.

"Saya sudah di jemput. Saya pulang dulu. Bapak pulangnya hati-hati ya." Caren melambaikan tangannya ke arah Daniel dan membuka pintu mobil.

Daniel dapat melihat sekilas orang di balik kemudi itu. Seorang pria. Muka Daniel menjadi masam. Tatapannya menatap lekat mobil itu sampai menjauh .

Apakah Caren telah memiliki pacar? Setahunya Caren hanya anak tunggal. Apakah saudaranya? Sepupunya? Temannya? Hm, pacar?

Tapi Caren cantik, jadi rasanya tidak mungkin Caren belum memiliki kekasih. Memikirkan hal itu membuat Daniel jadi uring-uringan. Ia belum memulai dan ia sudah kalah.

Besok Daniel akan mencari tahu siapa pria yang menjemput Caren.

****

"Tadi itu atasanmu?" tanya Nando.

Nando adalah pria yang telah dipacari oleh Caren selama 2 tahun ini. Mereka berkenalan dari hasil comblangan teman Caren.

Selama mereka pacaran hubungan mereka baik-baik saja. Tidak pernah ribut layaknya pasangan lainnya. Mereka selalu bahagia. Terkadang membuat Caren bertanya-tanya dan sedikit takut kenapa hubungan mereka bisa begitu terasa sempurna dan lancar.

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang