BAB 25

480 59 5
                                    


Caren membeku dalam pelukan Daniel, di dorongnya tubuh Daniel dan Caren bergerak cepat mengancingkan kemejanya yang sempat di lepaskan oleh Daniel.

Daniel bangkit berdiri mendekati mereka. Menutupi tubuh Caren dengan tubuhnya dari pandangan kedua orangtuanya.

"Bagaimana kalian bisa masuk?" tanya Daniel santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Pintunya tidak di kunci." Jawab Herman Rollins Wijaya, Ayah Daniel.

Daniel berdecak kesal. Kini ia ingat, memang dirinya sengaja tidak mengunci pintu rumahnya. Dia takut tidak bisa menahan diri di dekat Caren dan menyerang gadis itu.

Ini rumahnya dan untuk pertama kalinya Caren datang sendiri ke rumahnya. Di rumah yang tertutup dan hanya ada mereka berdua. Sungguh godaan yang sangat besar untuk Daniel.

Jika hal itu terjadi, Daniel sudah mengantisipasinya dengan tidak mengkunci pintu rumahnya dan itu akan mempermudah Caren untuk kabur darinya dan pada kenyataannya hal itu hampir saja terjadi kalau saja orangtuanya tidak datang.

"Jelaskan ke mama, apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Mona, mama Daniel dengan suara tercekat.

"Sebaiknya kalian duduk dulu. Mama seperti mau pingsan."

Mereka berdua patuh dan berjalan ke arah sofa tempat dimana Caren sedari tadi diam mematung dan tidak berani menatap langsung kedua orangtua Daniel karena malu.

Kini rambut dan pakaian Caren terlihat kembali rapi. Caren mencoba untuk menatap dan memberikan senyum terbaiknya pada kedua orangtua Daniel.

Kesan pertama itu penting, tapi ia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orangtua Daniel sekarang.

"Ma, Pa, kenalkan ini Caren. Dan Caren, ini mamaku, Mona dan papaku, Herman." Mereka saling tersenyum kaku.

Daniel tidak heran karena kedua orangtuanya memergokinya sedang mencium Caren dan gadis itu jelas merasa malu tertangkap basah oleh kedua orangtuanya. Terlebih ini pertama kalinya mereka bertemu.

****

"Jadi kamu bawahannya Daniel?" tanya Mona.

"I.. Iya tante."

"Pa, persis seperti yang di bilang pak Joko." Bisikkan Mona masih bisa di dengar jelas baik Caren maupun Daniel.

"Caren, anak tante ganteng? Baik nggak? Perhatian nggak?" Daniel memutar bola matanya, ia sudah tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Ma..." tegur Daniel.

Mona mengerucutkan bibirnya, tapi masih tetap bersemangat menanyai Caren. "Kalian pacaran, kan?"

Caren mengerjapkan matanya lalu menatap Daniel, meminta pertolongan. "Iya, Ma." Jawab Daniel.

Mona bertepuk tangan senang membuat Herman, suami Mona tertawa geli melihat tingkah laku istrinya yang seperti anak kecil. "Kok Mama nggak di kenalin? mama mesti mergokin kalian dulu baru dikenalin?"

"Baru aja jadiannya, Ma. Masa langsung dikenalin? Yang ada Caren merasa risih."

"Ya, nggak apa-apa dong. Mama kan mau lihat calon mantunya mama."

"Mama...." kini giliran Herman yang menegur istrinya itu.

"Ih... apa sih, pa?"

Caren merasa malu dan lebih banyak diam. Sesekali Daniel melirik Caren yang duduk di sebelahnya. Memastikan Caren tidak terlalu tertekan dengan sikap mamanya itu.

Daniel tahu kedatangan orangtuanya yang mendadak membuat Caren merasa tidak nyaman. Apalagi dengan sikap Mamanya yang blak-blakkan itu.

"Ma, please." Daniel menatap Mona.

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang