Pertama

1.7K 84 7
                                    

Sebelum cerita ini dilanjutkan, aku mau nanya nih, temen-temen merasakan hal yang sama ga pada saat kita memandang akhwat bercadar gitu bawaannya tuh adeemm banget, ada hawa hawa damai dan nyaman gitu, ya ga si? hehe

Begitupun aku dulu, berasa seneng aja gitu kalo  berpapasan sama akhwat bercadar, yang kita tuh tau kalo dia menyapa dan tersenyum itu cuma dari bahasa matanya, ya kan?  Mereka terlihat begitu ramah dan damai bukan? Benar-benar Luar Biasa.

Tapii, bukan berarti aku menggunakan cadar ini dengan landasan niat agar "dipandang adem" ya sama orang lain, No!
inshaa Allah cadar ini aku gunakan lillahi ta'ala, tulus karena Allah, doain yaah semoga istiqomah.

hehe

Baiklah,
bissmillah ceritaku dimulai.

Diawali pada jaman putih abu-abu dulu, tepatnya di kelas 3 SMA.

Semester 1 di kelas 3 itu aku masih belum punya ketertarikan apapun sama cadar,  daaann bodohnya aku pada saat itu masih berfikiran bahwa wanita bercadar adalah para wanita yang hanya meniru-niru kebiasaan wanita arab, banyak logika-logika ga bermutu yang menyebabkan aku berfikiran demikian, salah satunya : "wanita arab kan pake cadar buat menghindari debu di padang pasir, ditempat mereka kan panas, lah kalo di Indonesia mah ga gitu, jadi buat apa coba pake cadar kalo bukan cuma buat niru-niru wanita arab doang?"

dan kamu tau? itu adalah pemikiran yang amat sangat sangat sangat dan terlalu SALAH gengs! (ini lebay, tapi beneran)

Sampai di suatu hari, salah satu temenku pernah bilang : "Ran, nanti kalo udah tamat SMA jangan bercadar ya, please." (Fyi : di kelas ku dulu cuma aku yang berjilbab ala ala syar'i gitu)

Aku juga gatau sih alasan beliau mengatakan hal tersebut apa, dan ga terlalu ambil pusing dengan perkataannya. Jadii yaaa begitulah, aku cuma tersenyum dan nyengir dengan tampang amit-amit gitu hehe

Kembali lagi pada pernyataan bahwa "Allah lah Sang Maha Pembolak-balik Hati", Ia membolak balikkan hati makhluk-Nya sesuai dengan yang Ia kehendaki bukan? Maka, beginilah aku sekarang, hal yang diperingatkan temanku dulu justru malah kejadian hehe, karena apa? karena Allah yang mau. Allah kirimkan sedikit cahaya di tengah gelapnya pemikiran kotor ku, sekalipun cahaya tersebut butuh "pertentangan" terlebih dahulu dari orang-orang disekitar, tapi kalo Allah memang berkehendak, siapa yang bisa lawan?

Masuk ke semester 2 kelas 3 SMA, pada saat itu aku mulai tertarik dengan yang namanya cadar. Sudah mulai ada keinginan hati untuk menggunakannya, tapi berhubung masih SMA, dan disekolah ga ada yang pake cadar, jadi yaa keinginan tersebut masih tertunda. Sampai akhirnya, UN berlalu.

Diri semakin menggebu-gebu ingin menggunakan helaian kain penutup wajah itu, atas landasan sebuah niat yang inshaa Allah tidak menyimpang secara syar'i. Wallahi, aku benar-benar ingin menggunakannya.

Bersama perasaan menggebu-gebu akan cadar tadi, Allah mengizinkan aku melanjutkan studi di jurusan ku sekarang. Lulus di salah satu unive Ibu Kota Negara dan akan bergelut dengan lingkungannya, semakin meyakinkan hatiku untuk kuat menggunakan cadar.

Akhirnya, ku beranikan diri untuk menyampaikan niat pada kedua orang tua.

"Mah, Ranti mau nanya, gimana kalo Ranti pake cadar, mama setuju ga?"

(mama terdiam sebentar)

"Siapa sih nak orang tua yang ga menginginkan anaknya untuk menjadi yang lebih baik lagi? Semua orang tua pasti menginginkan dong? Tapii, gimana kalo nanti aja yaa pake cadar nya kalo udah bersuami, lagian jurusan kuliah kamu kan menuntut kamu untuk memperlihatkan wajah pada anak didik, lah kalo wajah kamu ditutup? Bakal ribet nanti." Jawab Mama.

Mulut terkunci, hati teriris. Ketika itu aku pun masih belum punya ilmu apa-apa seputar cadar, masih kosong.  jadi tak ada yang bisa ku lakukan selain d i a m.

Hingga pada suatu saat, ku putuskan untuk bercadar  secara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan mama ataupun papa.

Tapi, takdir berkata lain. Aku tertangkap basah oleh salah satu keluarga ku, lalu mereka menyampaikan pada mama papa.

Kamu tau? dari sana lah pertentangan demi pertentangan datang, begitupula dengan hujatan demi hujatan. Sakit? Iya.

Namun, pertolongan Allah selalu ada untuk hamba-Nya. Dan inshaa Allah akan aku ceritakan di part selanjutnya yaa :)

Jazakumullahu khayr sudah mau membaca

Hijrahku Butuh Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang