Ridho Mama

881 55 0
                                    

Bibirku masih belum terlepas dari ucap syukur, hati ku setengah lega, dan kini aku bisa sedikit menidurkan mataku.

Tidak dalam jangka waktu tidur yg normal, aku sudah terbangun lagi. Hm, ternyata beginilah rasanya apabila ada keganjalan hati dalam hidup, berdampak kemana-mana.

Kemudian, aku keluar kamar untuk mengambil minum. Ku lihat mama sedang sholat, lalu berdoa.

Tapi, kali ini ada yang berbeda. Mama terlihat berdoa panjang, sangat lama sekali mama menegadahkan tangannya dihadapan langit. Masih ku perhatikan.

Aku masih diam, sedang mama beberapa lama kemudian sudah tampak menyelesaikan do'anya. Tak ada kata-kata yang muncul diantara kita. Samasama diam.

Dalam keheningan itu, tiba-tiba mama bertanya,

"Ka, kamu benar-benar serius bercadar?"

"Iya, Ma.."

"Serius bakal istiqomah?"

"Inshaa Allah, Maa."

"Bener  gabakal copot pasang copot pasang?"

"Iya ma, inshaa Allah."

Aku tertunduk, tak sanggup menatap mata mama.

"Kalo begitu, lanjutkan perjuanganmu nak." Ucap mama sambil tersenyum.

Aku melongo, tak tahu ingin berkata apa, tak tau ingin berbuat apa.

Mataku berkaca, ganjalan hatiku hilang otomatis, plong, benar benar plong.

Aku spontan lari ke kamar, langsung bersujud dan menangis dihadapan-Nya, menangis bahagia. Benar-benar bahagia. Adakah kebahagiaan yang lebih berharga dari ini? Mungkin ada, tp untuk saat ini memang hanya ini.

Ku gunakan cadar pertama bersama ridho mama papa itu dengan deraian air mata. Sedikit ku merasa bangga dengan perjuanganku, atas ridho dan kehendak-Nya, Ia lunakkan hati mama dan papa.

Allah, laa illahailla anta.

Semenjak hari itu, mama justru mendukungku dan cadarku, bahkan mama sampe bilang "Kaka pergi beli bahan bahan kain gih, buat jahit cadar cadar. Masa cadarnya satu doang, kan mau kuliah?."

Haduhh ya Allaahhh..
Fabiayyiala irobbikuma tukadziban ❤️

Hijrahku Butuh Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang