-4-

89 2 0
                                    

Jambul-jambul itu hampir jadi. Pandangan Niall makin terasa. Rasanya ingin sekali memandang wajahnya yang imut itu.

Kini jambul itu sudah jadi, hanya perlu kurapikan saja. Aku ingin sekali membalas tatapan Niall. Walaupun belum tentu dugaanku benar bahwa dia sedang menatapku.

Tanganku masih merapikan jambul Niall. Aku memberanikan diriku untuk menatap Niall.

Matanya biru.

Dugaanku tidak meleset. Benar, dia sedang memandangku. Namun seperti tatapan kosong. Mukanya tidak ada semangat. Matanya sayu. Kulitnya pucat. Di sekitar bibirnya terlihat remah remah keripik kentang yang ia makan.

Ia sangat berantakan.

Benar saja jika Louis mengatakan bahwa ia sedang frustasi.

Aku masih menatapnya. Aku berani karena setelah kupikir dia tidak menatapku. Tidak memandangku. Dia hanya mengarahkan kepalanya kepadaku, namun pikirannya melayang layang. Terlihat jelas dari tatapannya yang kosong.

--

Hujan di kota London kali ini sangat lebat. Dan sayangnya, aku tidak membawa payung. Sial.

"Grace, aku pulang duluan ya.  Suamiku sudah menjemputku. Jangan lupa mengunci pintunya ya. Dan jangan datang terlambat besok. Bye!"

"Bye, hati hati."

Nadine, si pemilik salon baru saja pulang. Kini aku sendirian di dalam salon.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 8:20 pm. Sudah lewat sekitar 2 jam dari jam biasanya aku pulang.

Hawa disini sangat dingin. AC yang menyala ditambah dinginnya cuaca saat hujan benar benar membuatku kedinginan. Sempat terlintas dipikiranku untuk mematikan AC. Namun kupikir akan sangat pengap karena ruangan disini seluruhnya tertutup.

Aku masih penasaran dengan kejadian tadi pagi.

Sejak kapan Niall Horan punya pacar? Siapa pacarnya? Kenapa tidak ada fans yang mengetahui tentang pacarnya itu? Padahal directioner dan mata mata kan beda tipis.

Kamera cctv saja bisa dibajak sama directioner. Masa pacar Niall tidak ada yang tau?

Dan aku juga masih berpikir ajaib juga kejadian tadi. Aku didalam mobil bersama sebagian idolaku. WOW. Dan disamping calon suamiku. Citacitaku. WOW.

Aku memeluk diriku dengan kedua tanganku. Tangan kananku memeluk sisi kiri bagian tubuhku, dan tangan kiriku memeluk sisi kanan bagian tubuhku. Sesekali aku menggosok gosokan tanganku lalu menempelkannya ke pipiku.

Dingin sekali disini.

Kapan aku bisa pulang kalau hujannya lebat begini.

"Tring!" terdengar suara bell dari pintu, dan memang sedang ada seseorang yang sedang membuka pintu.

Yaampun siapa orang itu. Semoga bukan pencuri. Atau orang asing.

Pintu itu seperti susah sekali dibuka.

Siapa ya malam malam begini. Salon kan sudah tutup.

Aku mengintipnya dari jauh. Sedikit berjinjit. Namun aku langsung berhenti berjinjit karena kini orang itu sudah berada di dalam salon!

"Excuse me?"

Dia seorang laki laki. Bajunya basah kuyub.

"Ya? Maaf siapa ya?"

Aku mulai maju, hanya satu langkah. Aku agak takut dan khawatir.

"Maaf salon mu jadi basah."

Laki laki itu terlihat sibuk dengan dirinya. Ia melepaskan jaketnya yang basah dan mengelap tangan serta kakinya yang basah.

Crazy Life GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang