Aku bangun.
Kuhirup bau alkohol dan rokok menempel di bajuku.
Ku paksa mataku agar terbuka.
"Kau sudah bangun?"
Kenapa aku bisa ada disini. Ini dimana ya??
"Dimana aku?" Aku berusaha untuk berbicara.
"Kau ada di apartemenku, Michael, Calum, Ashton. Dan Niall sedang menginap disini.."
Aku melihat ke arah kiri. Disana ada Michael dan Calum yang sedang bermain laptop, dan Ashton yang sedang bermain handphone.
Astaga apa yang mereka lakukan padaku?
"Haaaaa? Apa yang kau lakukan padaku??? Aku harus pergi! Minggir ming-" Aku berteriak, dan agak menyenderkan badan ke belakang.
"Calm Grace. Tidur saja dulu. Jangan memaksa. Semalam kau lari dari club. Dan kau pingsan di jalan. Kurasa karena kau pusing semalam. Tadinya ingin kuantar kau ke apartemenmu, tapi aku tidak tau yang mana kamarmu, jadi ku bawa saja ke apartemen ini." Luke menjelaskan.
Astaga. Pantas saja aku merasa ada yang aneh, ternyata semalam aku pingsan.
"Oh ya? Yaampun Luke, dimana Niall?" kataku sambil menyebut nama Niall agak pelan.
"Dia sedang mandi.."
"Apakah dia masih marah padaku?"
"Aku tidak tau Grace.."
Luke meninggalkanku, dan dia jalan ke sebuah meja lalu menuangkan minum di gelas. Mungkin untukku.
Bagaimana jika Niall masih marah padaku. Semua akan gagal. Padahal aku sudah bisa dekat dengannya, tapi aku malah menyianyiakannya.
GREK. Terdengar suara pintu, agak keras sepertinya.
Terlihat seorang laki-laki dengan celana pendek, dan tangannya sedang mengeringkan rambut dengan handuk.
Itu Niall. Aku langsung mengalihkan pandangan dari nya. Tepatnya, aku membelakanginya, menyamping ke kanan. Aku takut.
Aku mendengar suara. Namun aku tidak tau betul itu siapa karena aku membelakangi mereka semua.
Sekilas terdengar seperti.. "Biar aku saja.."
Aku merasa sekarang ada seseorang yang berjalan ke arahku. Aku masih tiduran, menghadap ke arah kanan alias membelakangi mereka semua, dan sekarang aku mulai menutup mataku. Aku takut itu Niall.
"Hey, jangan pura-pura tidur."
Aku mendengar suara. Sekarang suara itu terasa dekat sekali. Suara itu juga wangi.
WANGI. Jangan-jangan Niall.
"Grace. Jangan pura-pura..."
Dia menyebut namaku. Aku tau ini pasti Niall. Suaranya memang khas Niall.
Aku memberanikan membuka mataku.
Dan.
Ada sebuah wajah jelek di depan sana. Tapi tidak sepenuhnya jelek, dia tetap cute.
Yap dia Niall. Tapi dia menampilkan wajah yang sangat jelek. Dahinya di kerutkan. Hidungnya diangkat dengan jarinya sehingga lubangnya terlihat besar. Dan lidahnya di julurkan...
"Kau jelek" kataku spontan.
"Memang begitu.." katanya sambil meletakkan handuk di kasur tempat aku tidur, tepatnya di dekat kakiku.
Diaa.. Tidak pakai baju..
"Tapi kau tetap cute hahaha.." kataku jujur.
"Hahaha kau yakin? Oiya, Ini minum untukmu." Niall berkata sambil memberikan aku minum. Sepertinya air putih. Air putih itu ada di dalam sebuah gelas, yang di beri sedotan. Kurasa itu air yang Luke tuang ke gelas tadi.
Aku tersenyum. Niall memegangi sedotan itu agar aku bisa meminumya dengan mudah. Aku meminumnya dengan keadaan masih tiduran.
Aku meminumnya. Air putih itu. Terasa lebih segar dari biasanya. Sepertinya paling segar dari semua air putih yang ada. Apalagi aku meminumnya sambil melihat Niall yang sedang tersenyum padaku. Dan.. dia tidak pakai baju.. Mungkin itu juga yang membuat air putih ini terasa segar hahaha..
Aku berhenti minum, dan Niall menarik gelas itu dari hadapanku, dan meletakannya diatas meja di sebelah kasurku.
"Niall... Kau tidak marah lagi padaku? Maafkan kejadian semalam... Aku hanya ingin membu-"
Niall meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku.
"Shut up. Aku sudah tau maksudmu, dan aku sudah memaafkanmu, Grace. Bahkan seharusnya kau tidak perlu minta maaf.."
Aku tersenyum. YEAH. Niall sudah memaafkanku..
Kini jari telunjuk Niall sudah tidak ada di bibirku lagi.
Niall meletakkan kepalanya di atas kasur ku, tepatnya di ujung kasur, dan di hadapanku.
Aku dan Niall bertatapan.. Kini aku susah sekali untuk menghirup udara.. Dan sekalinya aku menghirup, wangi Niall masuk ke dalam paru paruku dan membuat aku lebih susah lagi untuk mengambil nafas berikutnya..
Jarak muka kami mungkin hanya sekitar 5cm..
TRING.
Suara handphone. Aku dan Niall masih bertatapan tanpa tau apa arti tatapan Niall itu padaku.
TRING. TRING. TRING.
"Niall handphonemu! Tangkap!" aku melihat ke belakangku, ada Michael yang sedang melempar handphone Niall ke arah Niall. Spontan ku tutup muka ku supaya handphonenya tidak mengenai mukaku.
Niall yang sedang menatapku juga ikut melihat ke arah Michael untuk menangkap handphonenya itu.
"Oh shit terlalu jauh!!" Michael berkata sendiri.
Niall mengambil handphonenya yang jatuh di belakangnya. Untungnya jatuh di karpet.
Niall memainkan handphonenya, dan kemudian dia berkata.
"GUYS! Harry bilang dia mau mengajak kita bermain golf hari ini. Bagaimana?"
"SETUJU!" Kata Michael bersemangat.
Kulihat Luke mengangguk, Ashton memamerkan ibu jarinya yang seolah berkata "ya" dan Calum hanya diam, asik bermain dengan laptopnya.
"Calum?" Niall meminta jawaban Calum.
"Ayolah, tidak kah kau bosan menulis buku itu?" Michael berkata pada Calum.
Calum mengangguk, pertanda ia mau ikut..
"Kau mau ikut Grace?"
"Hmm tentu! Tapi bisakah aku pulang dulu? Aku ingin ganti baju dulu..." kataku menjawab pertanyaan Niall, sambil melihat gaun simple yang sedang aku gunakan.
Aku diajak pergi bersama Niall, dan akan pergi bersamanya dan teman temannya! OH MY GOD. LUCKIEST FANGIRL EVER.
"Kau mau pakai bajuku, Grace?" kata Luke menawarkan
Yaampun, Luke.
"Hmm...." aku sejenak berpikir. Sebenarnya jelas aku mau untuk memakainya..
"Ini, pakai saja. Mungkin agak kebesaran, namun sepertinya akan bagus bagus saja jika kau yang memakainya..." kata Luke sekaligus memujiku... Hmm tunggu, memujiku...
Luke memberikan baju itu padaku, bukan baju sebenarnya, tetapi kaos, kaos berwarna hitam.
Kini aku memegang kaos itu, dengan posisi setengah duduk di kasur.
"Terimakasih Luke.."
Luke tersenyum padaku, "Iya, Grace. Ganti saja di kamar mandi disana.."
Dari posisi setengah tiduran, dan dari posisi di sebelah Niall dan Luke, aku segera berjalan ke kamar mandi