Fifth : Wednesday

2.6K 512 27
                                    

Happy Reading~ ^^

Seongwu sungguh mengutuk hari rabu! Karena, entah kenapa ya entah kenapa pasti kesialannya selalu datang di hari ini.

Seperti sekarang; ini sudah hampir jam lima sore. Dan, hujan turun dengan deras sekali.

Seharusnya, kelasnya hari ini sudah selesai dari jam setengah empat tadi—sayang saja hatinya terlalu baik, malah membantu Bu Wendy membersihkan perpustakaan.

"Apa yang harus ku lakukan? Taeyong tidak mungkin mau menjemputku!"

Mana ponsel Seongwu habis baterai, lengkap sudahlah penderitaannya.

"Ah, bisa mati kedinginan aku jika menunggu disini."

Dengan bermodal nekat, Seongwu langsung berjalan menyusuri trotoar; keluar dari halte bus dan mulai berlari-lari kecil kearah kontrakan yang ia sewa bersama Taeyong.

"Bodoh, rabu bodoh!"

Hampir lima belas menit, Seongwu masih berjalan di trotoar jalan. Ia bahkan sudah tidak memperdulikan baju juga tas yang ia jadikan payung itu basah kuyup.

Bibirnya sudah berubah warna menjadi biru sekarang, tubuhnya sudah menggigil hebat. Ingin rasanya Seongwu pingsan sekarang juga.

Tapi, tiba-tiba..

"KAK SEONGWU NGAPAIN HUJAN-HUJANAN?"

Ada murid kelebihan kalsiumnya itu disini sekarang, memayunginya dengan payung sempit seadanya, dan berteriak tepat didepan telinganya.

Seongwu ingin marah pada Daniel karena sudah membuat telinganya pengang, tapi yang ia lakukan hanya tersenyum, lantas mengatakan;

"Daniel, terimakasih. Kamu bagaikan penyelamat dihari rabu."

Bruk!

Sebelum kemudian tumbang, pingsan menimpa tubuh murid yang diam-diam selalu berhasil membuat jantungnya berdegup kencang itu.

"Eunghhh.."

Seongwu berusaha membuka matanya, menyelaraskan cahaya yang begitu menusuk masuk tiba-tiba ke indra penglihatannya.

"Sudah bangun?"

Seongwu dibantu duduk. Oleh Taeyong.

"Heung? Yong? Ah, kepalaku sakit sekali." Seongwu memegangi kepalanya yang sudah seperti habis terantuk benda keras berkali-kali.

"Hmm? Tiduran saja, ya..."

"Sebentar, aku kesini tadi bersama seseorang." sergah Seongwu.

Ia ingat kalau Daniel tadi bertemu dengannya dijalan. Sudah pasti murid itu yang membawanya kesini.

Tapi, tunggu. Bagaimana Daniel tau ini rumahnya?

"Maksudmu, seorang laki-laki berbahu lebar dengan rambut acak-acakkan, iya?"

Seongwu hanya mengangguk lemah, "Tolong panggilkan dia kesini, Yong. Cepat!" katanya ribut.

"Ck, iya baiklah, istirahat saja dulu."

Seongwu tidak bisa tenang. Ia harus berterimakasih dulu pada murid-nya itu. Kalau tidak ada Daniel, sudah jadi apa dia di jalanan tadi?

Tok! Tok!

"Permisi..."

Ah, suara bariton itu.

Entah kenapa Seongwu tersenyum mendengarnya.

"Ma-masuk..." katanya lemah.

"Kak Seongwu? Sudah baikan?"

"I-iya, sudah. Bagaimana kamu bisa tau ini rumah saya, Daniel?"

"Maaf tadi sempat membongkar tas Kakak, lalu kemudian menemukan kartu tanda pengenal; saya bingung, ponsel Kakak baterainya habis daya, lalu Kakak pingsan begitu saja."

"Kamu membawa saya kesini... dengan berjalan kaki?"

"Tidak, saya naik mobil."

"Oh, begitu. Saya berterimakasih sekali pada kamu, Daniel. Sungguh. Terimakasih, ya."

"I-iya, sama-sama Kak Seongwu."

"Apakah masih hujan?" tanya Seongwu.

"Ah, sepertinya sudah tidak. Saya permisi dulu." Daniel memutar tubuhnya, sedangkan Seongwu hanya mengangguk.

"Kakak Kucing..."

Tapi, tiba-tiba bocah tinggi itu menghadap dosennya lagi.

"Iya?"

"Saya ingin minta maaf karena tadi sudah lancang menggendong Kak Seongwu dari trotoar jalan kedalam mobil. Tapi, sumpah demi Tuhan saya tidak macam-macam, tidak modus juga. Saya hanya menggendong Kakak Kucing! Hanya itu saja! Sa-saya permisi."

Blam!

Pintu kamar tertutup.

—menyisakan Seongwu dengan pipi memerahnya mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh muridnya itu.

Kenceng ya modusnya Niel :)

Terimakasih yang sudah memberikan dukungannya! 😘😘😘

-Ra

Budak Cinta • OngNiel √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang