CHAPTER SEVEN

2.1K 337 49
                                    

THE CONTRADICTION

THE CONTRADICTION

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I used to swim

But now I'm ready to sink

I wanna give you what I can not do

----

Kesadaran Jongin berada dalam batas abu-abu. Teredam dalam siur puluhan percakapan keras, terendam dalam kadar alkohol yang semakin naik di dalam darah. Untaian kikik tersulam di pendengaran, jenis tawa dari mereka yang kewarasannya telah luntur bersama malam. Suasana ini seharusnya biasa bagi Jongin, tetapi kali ini ia merasa seperti tidak berada pada tempatnya.

Ada seseorang yang duduk bersamanya.

Seorang lelaki yang sudah sedari tadi memperhatikannya dengan dua tangan bersilang di atas meja. Jongin menyeringai tipis. Gelas di genggamannya kembali kosong namun ia terlalu tidak peduli untuk sekedar berdiri dan mengisinya lagi.

"Kyungsoo," ia menggumam, seseorang di depannya menegak.

Kepalanya yang berat kini terkulai di punggung tangan. Penglihatan kabur melihat ke lawan bicara yang masih bungkam. Isi otaknya dalam kesempatan itu kemudian diam-diam menghitung angka—hari berlalu yang telah ia lewati tanpa Kyungsoo di sisi.

"That night," memori Jongin mengalamatkan malam mana yang tengah dimaksud dan lisannya tidak bisa menahan diri untuk berucap, "you looked so beautiful."

Mulanya, Jongin berpikir Kyungsoo terlihat berbeda karena ia lebih sering melihat lelaki itu dalam balutan pakaian rumah sederhana. Akan tetapi, akalnya membantah mentah-mentah. Sesuatu yang menjadi pembeda bukan terletak di pakaian Kyungsoo.

Melainkan senyumnya.

Kyungsoo mengenakan senyum terbaiknya ketika si lelaki yang tidak Jongin kenali menciumnya.

Tergelak kecil Jongin berusaha menegakkan leher untuk mempertemukan mata dengan lelaki di hadapannya. Kendati semua percuma. Karena seseorang yang sedang bersamanya bukan Kyungsoo. Seseorang yang sedang melemparkan tatapan iba kepadanya itu hanya lelaki asing yang setuju untuk dipanggil dengan nama lain.

"You," napas hangat Jongin mengudara. "Oh, gosh. You were so beautiful."

Senyum sedihnya mengikuti. Bersama benturan kepala ke tepian meja berkali-kali ketika rindu mulai mencengkeramnya dari balik dada. Iya, Jongin rindu. Itu tidak terbantahkan. Rasanya hampir seperti kehabisan candu. Seseorang yang melekat kepadanya selama ini mendadak hilang—bukan secara gradual, melainkan tiba-tiba.

Terdapat waktu dimana ia beradu pandang dengan layar ponselnya, berdebat untuk menekan tombol telepon demi mendengar suara seseorang barang sedetik saja. Tetapi ia tahu diri, ia yang menyetujui ini. Ia yang menginginkan ini terjadi entah seberapa lamanya. Tujuannya berhasil. Kyungsoo telah berpindah hati dan ia tidak akan mengacau selama,

The Harder The Heart, The Harder It BreaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang