CHAPTER TWO

2.9K 415 109
                                    

THE VERDICT

What if i wanted to break,Laugh it all off in your faceWhat would you do?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

What if i wanted to break,
Laugh it all off in your face
What would you do?

══ ══ ══

Suara peraduan tubuh berdecak keras, diiringi jeritan wanita yang terus menerus dihujam dari arah belakang. Pinggang wanita itu dicengkeram erat, pergerakan brutal tidak juga surut dari lelaki yang kini—seolah masih belum puas dengan teriakan wanita itu, berbisik memerintah.

"Louder."

Menurut tanpa bicara, wanita itu melenguh lantang. Kepalanya yang terkulai dekat dengan dinding kali ini menempel pasrah. Ia menerima hentakan kuat dari lelaki yang hanya menggeram tanpa menyebutkan nama sedari tadi.

Wanita itu tentu tidak mengerti bahwa lelaki yang membawanya ke apartemen adalah orang yang memiliki prinsip untuk tidak membawa partner seks manapun ke dalam ruang tidurnya.

Tetapi Kim Jongin mengaku memiliki alasan.

Bukan. Tentu bukan karena wanita ini benar-benar menarik sehingga ia pantas mendapatkan perlakuan lebih. Melainkan karena ia ingin melihat jatuhnya ekspresi seseorang ketika ia membawa masuk wanita asing ke dalam apartemen mereka.

Jongin memang mendapatkannya—perubahan signifikan dari sambutan senyum yang berganti menjadi kernyitan di dahi. Namun itu hanya bertahan sementara, bahkan tidak lebih dari satu menit sebab Kyungsoo mendadak menunduk sembari berpesan bahwa ia akan kembali ke ruang tidurnya.

Bagi Jongin, itu sama sekali belum cukup.

Ia menginginkan Kyungsoo marah. Ia menginginkan Kyungsoo melemparkan tatapan menghakimi. Ia menginginkan senyum muak Kyungsoo—senyum yang menyiratkan bahwa ia adalah serendah-rendahnya manusia.

Maka dari itu Jongin terus memancing. Membuat suara-suara kenikmatan yang dibuat-buat karena ia sama sekali tidak menikmati ini.

Seks dalam keadaan marah adalah sesuatu yang buruk.

Tidak adah hasrat bermain di sana, hanya tumpukan emosi yang berusaha dilampiaskan lewat gerakan tajam demi mempercepat klimaks. Konsentrasinya terbagi antara menjaga ereksi dan menunggu seseorang berwajah marah mendobrak pintu kamar dengan urai air mata.

Akan tetapi keinginan itu segera sirna begitu telinganya mendengar suara pintu utama apartemen tertutup kasar.

Jongin menghela napas panjang. Menarik keluar kejantanannya dari wanita yang sontak menoleh kebingungan. Ia mungkin tidak sepenuhnya mendapatkan drama yang ia inginkan, namun paling tidak reaksi dari Kyungsoo menyiratkan bahwa sisi manusiawi lelaki itu tidak rusak.

Menoleh pada wanita yang masih bergetar dan kehilangan kemampuan bicara, Jongin menyodorkan pakaian yang berserakan.

"Pergilah," ujarnya singkat. Alis wanita itu berkerut tidak percaya, sehingga Jongin memperjelas kembali apa yang ia katakan sebelumnya. "Pergilah dari sini."

The Harder The Heart, The Harder It BreaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang