Part 2

10 1 3
                                    

"Tapi kalau gue sama lo penting kan?"

"Apaan sih lo? Mabok ya?"

Tiba-tiba muncul seseorang dari pintu depan dengan dua plastik belanja penuh. Teo! Makhluk yang satu ini selalu repot dengan makanan ke mana pun dia pergi.

"Mars! Parah lo. Gue ditinggalin di supermarket depan kompleks."

Yang disebut namanya hanya berlagak tak bedosa sambil menyeruput teh yang baru saja dia buat sendiri di dapur.

"Wah Kak Teo bawa makanan! Pasti buat dimakan bareng-bareng sambil begadang, ya? Kalian mau nginep di sini?" lagi-lagi Mentari muncul tanpa diminta.

"Boleh nginep, Tar? Oh, ya, kakak beli es krim rasa pisang kesukaanmu nih."

"Waaahh... thank you, kak!"

Aku dan Mars merasa dua orang itu terlihat sangat menggelikan. Mentari selalu ingin dekat dengan semua teman-temanku. Kemudian, teman-temanku akan lebih menyukai Mentari dan mulai melupakanku, kecuali Mars dan Teo. Begitu banyak hal yang membuatku tidak menyukai Mentari, adikku sendiri. Entahlah mungkin aku memang orang yang sejahat itu.

"Tar, ngapain sih ikut-ikutan. Sana bareng Ayah sama Bunda lagi di luar! Anak kecil gak boleh ikut di sini" omelku ketus.

"Yee... Kak Bulan. Aku udah gede tahu. Buktinya aku udah masuk kuliah tahun ini, bareng kakak lagi. Jadi kita temenan kan Kak Mars? Kak Teo? Mmm... apa aku masih harus panggil kalian kakak?" oceh Mentari panjang dengan wajah sok berpikirnya.

Lagi-lagi dia menyinggung masalah sensitif bagiku. Ya, aku memang masuk kuliah pada tahun yang sama dengan Mentari. Kami beda dua tahun dan aku tinggal kelas dua kali. Oleh karena itu kami masuk kuliah pada tahun yang sama. Di SMA pun kami sekelas. Sewaktu SMA banyak yang meragukan kalau kami adalah saudara karena penampilan kami yang begitu berbeda, begitu pun dengan masalah belajar. Dia seperti memiliki magnet untuk menarik teman-temanku menjauh dariku, termasuk cinta pertamaku.

"Udah udah jangan berantem, gak bosen apa? Ayo kita keluar lagi Tar, sambil bawa makanan nih buat bapak-bapak sama ibu-ibu di sana" Teo segera mencegah perang kata-kata yang semakin buruk antara aku dan Mentari. 

Aku tahu Teo menyukai mentari sejak pertama kali dia datang ke rumahku untuk mengerjakan tugas kelompok. Tapi aku menjadi orang yang paling menentang hubungan cinta di antara mereka berdua dan selamanya akan begitu. Aku tidak akan pernah membiarkan teman-temanku direbut lagi olehnya. Mars dan Teo adalah segalanya bagiku, bahkan mungkin melebihi Ayah dan Bunda yang selalu membandingkanku dengan Mentari.

"Kenapa sih lo sama Mentari berantem terus Lan? Dia kanadek lo" kata Mars setelah Mentari dan Teo ke luar rumah.    

BulanWhere stories live. Discover now