Part 8

3 0 0
                                    

"Bulan, kamu kuliah di sini?"

"Iya, Kak. Eh... Pak maksud saya"

"Santai aja, kamu ini. Bagaimana kabarmu? Melati juga bagaimana kabarnya?"

Huh... Aku tidak percaya ini. Dia bahkan masih menyebutkan nama itu. Ingin rasanya aku langsung pergi, tapi entah mengapa kakiku terasa dipaku di sana sehingga aku tak bisa melangkan sedikit pun.

"Ba...baik"

"Ke kantin yuk, kakak traktir. Udah lama kan nggak makan bareng. Masih suka mie ayam bakso?" sejak kapan dia jadi banyak bicara begini, pikirku. Tanpa sadar kepalaku menggangguk pelan. Bodoh!

Perjalanan ke kantin yang jaraknya tidak lebih dari 200 meter itu terasa amat panjang. Aku tak mengeluarkan sepatah kata pun dan berjalan kikuk di sampingnya. Beberapa kali dia menoleh ke arahku, tersenyum. Sementara aku tidak cukup berani untuk membalas senyumannya.

Sesampainya di kantin, dia langsung memesan dua porsi mie ayam bakso. Makanan kesukaan kami sewaktu SMA dulu. Tak hanya itu, dia juga tidak lupa untuk memesan jus alpukat kesukaanku. Lagi-lagi dia masih ingat itu semua? Tanpa kuperintah, hatiku mulai berdebar kencang lagi, sama seperti dulu ketika dia melalukan hal-hal kecil seperti ini untukku. Bodoh!

"Oyy Lan! Gue cariin juga, taunya udah nangkring di sini," Mars dan Teo datang sambil menggerutu. Mereka belum menyadari kehadiran seseorang yang membuatku sudah berada di kantin jam segini.

"Lho, Bang Gerhana?"

BulanWhere stories live. Discover now