Seven

11.1K 1.8K 190
                                    

"What are you doin' here?" tegur Aska ke Leonore yang duduk di depan teras rumah. Aska baru saja pulang dari RS setelah mengecek pasien pasca operasi walau sebetulnya hari ini dia libur.

Dua hari ke depan dia akan cuti karena keluarga Leonore akan datang dan acara resmi pertunangan mereka dilaksanakan lusa.

Acaranya tidak besar-besaran, hanya mengundang kerabat dekat dan beberapa rekan kerja kepercayaan kedua orang tua mereka. Aska sendiri hanya mengundang beberapa staf RS yang dekat dengannya termasuk Gadis dan si sialan Rama yang saat diundang seketika itu juga berteriak. "Kok dia mau sama loe? Diperes sama bapak loe ya? Dipaksa buat nikah?"

Selesai menyabet Rama dengan stetoskop, Aska menjelaskan kalau malah dia yang dikorbankan keluarga. Harta kekayaan keluarga Blackwell itu lebih banyak dari harta Papanya.

Sementara Leonore bahkan tak mengundang temannya sama sekali. "It's not important, Ka. It's just temporary, right?" ucapnya kala Aska bertanya adakah yang mau dia undang?

Mendapat jawaban seperti itu sebetulnya Aska lebih curiga kalau si Miss. Jutek sebetulnya tak punya teman.

Hubungan Aska dan Leonore masih jalan di tempat walau sekarang mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Setidaknya Aska akan berangkat ke RS dan pulang bersama jika jadwal mereka memungkinkan.

Leonore sepertinya workaholic. Jika berkendara saja dia lebih suka menghabiskan waktu dengan mencorat-coret tabletnya, membuat bagan-bagan perencanaan.

Aska tahu selain sibuk bekerja di RS, menurut pengakuan Leonore dia juga sedang mengurus perencanaan bisnis untuk hotel keluarganya yang baru saja dirombak besar-besaran. Mengambil alih hotel lama di bilangan Jakarta dan dibuat menjadi lebih mewah lagi.

Pernah ketika Aska baru bisa pulang hampir pukul 3 pagi, dia masih melihat kamar Leonore masih terang-benderang yang menandakan dia belum tidur padahal Leonore bilang, dia tak bisa tidur jika lampu menyala terang. Tak heran Aska sering melihat kantung matanya terlihat jelas jika dia sedang tidak menggunakan make up.

"Waiting for my painting arrived," jawab Leonore.

Kening Aska berkerut. "Your painting?"

"Yes. I'm gonna put it in my apartment."

Benar saja tak lama kemudian jasa ekspedisi khusus berhenti di depan gerbang rumah dan Leonore segera meminta petugasnya untuk mengangkut ke dalam kamarnya diikuti oleh Aska yang penasaran.

"Boleh lihat?" tanya Aska karena piguranya masih tertutup dan Leonore seperti agak enggan menunjukkannya. Namun akhirnya dia menyerah, membuka kertas pembungkusnya dan menunjukkan dua lukisannya ke Aska.

Aska terkesiap. Lukisan pemandangan yang sepertinya dibuat di Afrika itu luar biasa!

"You made this?" desis Aska tak percaya.

"In my spare time," jawab Leonore yang sepertinya merasa tak nyaman karena Aska mondar-mandir memperhatikan detail lukisannya.

"Kamu harusnya buat pameran! It's.... Oh my Gosh! It's not great... It's magnificent!"

"You gotta be kidding me...." seru Leonore yang memutar bola matanya.

"I'm not kidding! Lukisannya kayak hidup... Wow!!

Oke, kutambahin lagi. Oh Wow!! Banggalah sedikit, Leon, aku itu paling jarang muji loh."

Bibir Leon melengkung membentuk seulas senyum. "Thank you."

"Yakin kamu ga mau buat pameran?" tanya Aska keheranan saat dia memperhatikan detail lukisan yang ke dua. Berupa anatomi tubuh pria yang menghadap ke arah belakang. Lukisannya sepertinya bernapas di mata Aska yang memang dari dulu tertarik dengan dunia lukisan namun sadar kalau dia tak berbakat melukis. Sekedar gambar mungkin bisa, tapi jelas tak akan bisa melebihi hasil karya Leonore.

Askari's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang