Thirteen

8.8K 2.1K 218
                                    

"Lee, maaf aku lama. Awal bulan begini ternyata supermarket penuh banget, kupikir kalau malam ga akan sepenuh ini, tapi tadi aku antri bayar aja sampai 30 menit sendiri," seru Aska berisik sambil mengetuk-ngetuk pintu. Tangannya agak kesulitan bergerak karena membawa banyak belanjaan.

Dia agak heran karena tak ada sahutan sama sekali. Saat Aska mencoba mengetuk lagi, pintunya terbuka sendiri.

Perlahan, Aska masuk dan seketika itu juga berteriak saat melihat Leonore tertelungkup bersimbah darah di lantai ruang keluarga.

Dilemparkannya plastik belanja yang mengakibatkan isinya berhamburan sementara Aska nyaris meluncur terbang menuju Leonore berbaring. Tangannya gemetar saat memanggil ambulance untuk datang secepatnya.

Aska mencoba memberi pertolongan pertama saat membalik tubuh Leonore untuk melihat lebih jelas. Darahnya serasa mendidih saat melihat luka yang diderita wanita itu.

Hidungnya patah, matanya bengkak dan menutup, sepertinya rahangnya juga patah. Saat Aska mencoba menyentuhnya, tangan Leonore bergerak lemah seakan mengusirnya. Dari sudut mulutnya dia mendesis. "Go away! Stop it! Go!"

Aska hampir menangis. "Lee, it's me... Hang in there, help is on the way. Hang in there, Lee...."

----------

Seperti cahaya warna-warni saat Leonore mencoba membuka mata dan menyadari kalau lampu lorong RS sedang dia lewati dengan secepat kilat.

Dia menyadari ada suara terlalu familiar yang berteriak-teriak di sebelahnya. "Cari tahu apakah ada pendarahan dalam. Jangan lupa CT scan untuk memastikan tidak ada pendarahan otak. Move fast!!!!"

Aska.... Suara Aska.

Dia terpekik kesakitan tanpa suara saat tubuhnya dipindahkan. Seluruh tubuhnya terasa nyeri sampai rasanya dia lebih memilih mati. Setidaknya jika dia mati, dia tak perlu merasakan kesakitan lagi.

"Lee, Baby girl, kamu harus dioperasi. You are strong, hang in there, Okay! Hang in there," ucap Aska sambil menggenggam erat tangannya.

Leonore merasa tubuhnya didorong lebih jauh melewati lorong-lorong yang cahayanya terasa menyilaukan setiap kali dia mencoba membuka mata. Telinganya berdenging, hanya suara Aska yang sayup-sayup dia dengar, memohon berulang-ulang agar dia bertahan.

"I'll meet you again after the surgery," bisik Aska saat Leonore didorong melewati pintu kamar operasi.

Leonore meronta, dia panik saat Aska mencoba melepaskan genggaman tangannya.

No.... Don't go!

Don't go... What if he's coming back again.

Don't go!!!

Leonore mencoba berteriak tapi rahangnya tak bisa digerakkan.

"Baby girl, it's okay. Kita ketemu lagi nanti. It's okay, you are safe now. You are safe," ucap Aska saat genggaman mereka akhirnya terlepas.

----------

"Leon, Honey, it's ok. We're gonna start to operate now." Samar-samar Leonore mendengar suara Grace.

Saat obat bius diberikan, kesadarannya perlahan menghilang, sekaligus ingatannya akan kejadian tadi yang dia harap bisa dia hapus secara permanen dari benaknya.

~~~~~~

Leonore mundur ketakutan saat melihat Cyril. Dia mengancam akan memanggil polisi namun tampaknya tak memberi pengaruh banyak pada pria itu. Mungkin baginya sama saja seperti di negaranya. Dia dan keluarganya nyaris kebal hukum.

Askari's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang