Nineteen

9.2K 1.8K 123
                                    

Walau sudah lewat berapa lama, jemari Aska masih saja bergetar karena dia terlalu kalut.

Dia duduk, menopang dagu sambil memejamkan mata. Pikirannya kacau. Jantungnya berdegup kencang membayangkan jika saja dia terlambat 10 menit saja, Leonore pasti tak akan tertolong.

Aska mengusap wajahnya kasar. Pembicaraan dengan Joseph yang datang dengan raut wajah panik setelah diberitahu AJ menguak cerita lain tentang Leonore.

Leonore pernah kecanduan obat yang bisa membuatnya terjaga sepanjang malam agar dia bisa belajar.

Benar, belajar untuk selalu meraih nilai tertinggi karena hanya yang terbaik yang Alexander Blackwell butuhkan.

Wanitanya pernah depresi parah saat kritikus menghancurkan pamerannya. Merasa dirinya gagal dan tak berharga. Itu sebabnya saat dia mengambil jurusan bisnis, dia berusaha terlalu keras agar tidak lagi mengalami kegagalan.

Joseph yang pertama kali menyadari ada yang salah. Dia membawa Leonore untuk rehabilitasi secara diam-diam dengan menggunakan nama lain. Setelah beberapa bulan rehab, Leonore dinyatakan sober. Sampai hari ini.

Aska tak menyangka sama sekali. Itukah sebabnya saat setelah operasi Leonore nyaris tak menyentuh pain killer yang disediakan.

Pundak Aska ditepuk dari belakang, ternyata Darren. "Leon sudah sadar?"

Aska menggeleng. "I don't know. Aku belum menemuinya lagi setelah dia masuk kamar perawatan," aku Aska. Dia tadi meninggalkan Leonore di bawah pengawasan Zeta.

Ada banyak hal yang dia pikirkan dan tindakan apa yang harus dia lakukan setelahnya. Kepalanya benar-benar pusing sekarang.

"Don't act stupid, please...." ucap Darren tiba-tiba.

"What are you talking about?"

"Berniat memukuli om Alex, contohnya," jawab Darren datar.

"Aku lebih suka suntik mati. Walau itu less painfull dan ga cocok sama dia, tapi dia udah tua, anggap aja kayak act of mercy," balas Aska.

Darren tertawa hampa. "What are you gonna do?"

Aska menggeleng kalut. "I don't know yet. Yang aku tau, aku ga akan ngebiarin dia bawa Lee ke New York. Hell no!!"

"Kamu ga punya hak untuk larang dia, he's still her father."

"We'll see...." gumam Aska.

Darren menghela napas berat. "Tell me your plan. Aku tahu kamu pasti udah punya rencana," desak Darren.

"What for?"

"So I can help you, idiot!" seru Darren.

Aska tersenyum, menjelaskan apapun yang ingin dia lakukan dan Darren mendengarkan tanpa menyela sekalipun walau keningnya berkerut tanda tak setuju.

"That's....." Darren kehabisan kata-kata saat Aska selesai menjelaskan.

"I know, sounds crazy, right?"

Darren menggeleng. "Ga nyangka aja. Have you talk to your parents about your decision?"

"Yup, mereka kaget, tapi bisa memaklumi, terutama Bunda."

"Is there anything that I can help?" tanya Darren.

"Pray! I need your pray. Sama satu lagi, bisa anterin aku ke tempat Alex? I want to talk with him."

"Now?"

Aska bangkit. "Yes, now. Udah masanya aku bilang ke dia, 'Dormammu, I've come to bargain'!"

----------

Alexander Blackwell bukanlah orang yang bisa diintimidasi. Semua orang takut padanya, tak jarang banyak yang segan memandang wajahnya, namun pemuda di hadapannya ini seakan tak kenal takut.

Alex diam, menatap Aska dengan raut wajah bosan saat Aska menegurnya tentang Leonore.

Aska bicara dengan gamblang mengenai upaya dia dalam menghancurkan karir Leonore sebagai pelukis, bahwa dia yang membayar kritikus untuk mengatakan hal bohong tentang karya Leonore padahal pendapat aslinya adalah, lukisan Leonore adalah gift from heaven.

Alex hanya menyahuti, my daugther can do better than painting. Membuat Aska semakin naik pitam. 'Then you should appriciated her work!' bentak pemuda itu.

Alex mengabaikannya, bagi dia wanita tak akan bisa bekerja sebaik pria. Leonore bagus, tapi tidak hebat. Lihat saja sekarang, satu kritikan saja bisa membuatnya selemah itu. Dia tak akan bisa menjadi sekuat Starla walau Starla sendiri masih banyak kekurangannya.

Dia akan membawa Leonore kembali ke New York, masih banyak hal yang harus dipelajari putrinya dari dia sebelum dia benar-benar pensiun.

Pemuda di hadapannya semakin marah, meminta dia untuk membebaskan putrinya, membiarkan Leonore melukis lagi karena itu adalah yang paling Leonore cintai. Dia bahkan sudah meminta AJ untuk menghilangkan jejak digital kritikan tersebut agar Leonore bisa memulai dari awal lagi.

Alex menolak usulnya mentah-mentah. "This conversation is over," ucapnya dingin.

"I have something that you can't reject, Sir," balas Aska yang raut wajahnya terlihat bersunguh-sungguh.

Alex adalah penilai karakter yang baik dan dia tahu, pemuda ini tidak main-main dengan ucapannya. "Tell me then," balasnya.

Aska mendongak, menatap lurus mata Alex Blackwell. "You want a son, I can give you one."

----------

Pelan, Aska membuka pintu ruang perawatan Leonore. Dilihatnya Leonore sudah sadar dan memposisikan dirinya untuk duduk saat dia melihat Aska.

Aska melangkah mendekatinya sementara itu, Zeta bergumam kalau ada yang harus dia lakukan di luar untuk memberi mereka berdua privasi.

Mereka saling menatap dan bola mata abu-abu milik Leonore mulai menitikkan air mata terutama saat Aska merengkuh tubuhnya dalam pelukan.

"Aska, I'm...." bisik Leonore terbata-bata.

"You don't have to say anything," potong Aska cepat. "I don't need your explanation, I get it, Lee. You don't have to say a words to me. It's ok. Everything gonna be ok."

Tangisan Leonore semakin kencang. "I'm sorry... Aska, I'm so sorry."

Aska melepaskan pelukannya perlahan, menangkup ke dua pipi Leonore, mencium keningnya dan menghapus lelehan air matanya. "Don't be sorry, baby girl."

Dipeluknya lagi Leonore erat, mengusap punggungnya pelan sambil menciumi puncak kepalanya. "I'm just so relieved that you're alive. Stay here with me, Lee... Just stay with me."

"I'm so sorry, Ka. I wish I never did that. I'm such a mess. I can't be fixed," sesal Leonore.

Tersenyum tipis, Aska mengusap pelan pipi Leonore. "It's not my job to fix you. But I'm gonna stay here, holding your hand and never let you go while you fix yourself."

-----------




Yang nanya Darren castnya mana?

Ini aja deh.... 😁😁😁😁

Luv,NengUtie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
NengUtie

Askari's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang