Harum bunga serta semilir angin menambah serta dalam ketenangannya. Ia berjalan pelan sambil sesekali menghirup bunga mawar dengan warna merah pekat yang memikat hatinya sedari tadi. Ini adalah tepat seminggu sejak ia bertemu dengan seseorang yang membawa hati dan pikirannya entah kemana. Mata indahnya menatap tangannya bekas cengkraman kuat dari lelaki itu.
" Yak! Jihoon! Jangan lari kau!" Laki laki dengan nama Jihoon itu terus berlari tak menghiraukan seruan orang yang mengejarnya, ia malah tertawa sambil mencari tempat yang aman menurutnya.
" Cari aku kalau ketemu Jinyoung!" Ia berteriak lalu menemukan sebuah gudang tak terpakai.
Jihoon berhenti sejenak, ia memandang takut pada bangunan di depannya. Tapi jika Jinyoung menemukannya, pasti ia akan di habisi bulat - bulat. Kaki mungilnya dengan ragu melangkah, mendorong pintu besi berkarat itu hingga terdengar gesekan yang menunjukan sudah berapa lama pintu itu tak terbuka. Seketika matanya membulat sempurna.
Di sisi lain terdengar hembusan nafas kasar dari Jinyoung, kemudian ia mendengus kecil.
" Kemana bocah itu, aish! Pasti ia akan bercerita dengan Ayah dan Bunda kalau tadi aku bertemu Daehwi," Laki laki berkepala kecil itu mengusap dahinya. Kemudian ia teringat sesuatu,
" Yak Kau bodoh Jinyoung! Kenapa kau meninggalkan Daehwi!" Ia berbalik menghampiri Daehwi dan tak perduli pada adiknya yang suka mencari masalah padanya.
***
Laki laki cantik itu menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gudang itu penuh dengan barang barang berserakan, bahkan bau tak sedap sempat tercium oleh Jihoon.
Tetapi bukan itu yang dimaksudnya, Jihoon fokus dengan seseorang yang sedang memejamkan matanya diantara tumpukan meja kayu dan kursi itu. Tubuhnya merapat dengan pintu saat tiba tiba lelaki itu membuka matanya pelan.
Tangan Jihoon bergetar dan jantungnya berdetak lebih cepat kala melihat mata tajam menatap matanya. Tunggu, tatapannya menunjukan penuh dengan keputusasaan dan kerinduan?
Dengan langkah pelan ia menghampiri lelaki itu. Entahlah apa yang membawa ia seberani ini mendekati seseorang yang tak dikenal bahkan menurutnya menyeramkan.
Kondisi gedung yang sangat tertutup dan gelap membuat ia tak melihat dengan jelas dengan kondisi lelaki itu yang terjerat oleh borgol dengan kedua kaki dan tangan kirinya. Ia menjerit lalu menghampiri cepat dimana laki laki itu berada.
" Kau tak apa apa? Kau pingsan? Kenapa kau hanya diam saja! Mohon jawab aku!" Jihoon mengguncang tubuh lelaki itu, wajahnya yang menunduk kini mendongak melihat Jihoon yang berada di sebelah kanannya.
Jihoon terkejut bahkan ia merasa sekarang pipi dan telinganya sudah memerah sempurana padahal lelaki itu tak melakukan apapun. Tanganya dicengkram erat oleh lelaki itu, lalu terdengar suara berat dan rendah menyapa pendengarannya
" Tolong, Tolong aku..." Mata tajamnya kembali menutup membawa rasa penasaran pada Jihoon. Tangannya sudah terjatuh ke bawah. Jihoon panik,
" Aku tak tahu siapa kamu?! Hey! Hey! Aduh Jihoon jadi bingung" Jihoon menepuk pelan pipi tirus milik lelaki itu berharap setidaknya ia menjawab pertanyaan terakhirnya.
Jihoon takut, kali saja ia menolong lelaki ini tetapi laki laki ini hanyalah pura pura dan berniat jahat padanya, kemudian ia dibekap dan dia---
" Guanlin, namaku Lai Guanlin" Jihoon membuang semua pikirannya kala lelaki yang mengaku bernama - Guanlin - itu berbicara.
" Guanlin, Jihoon tidak tahu siapa kamu, tapi sesama manusia Jihoon tak tega melihatmu jadi Jihoon akan menolongmu," Jihoon sudah yakin bahwa Guanlin bukanlah orang yang seperti dipikirannya. Jadi ia akan mencoba membantu Guanlin walaupun ia tak tahu bagaimana caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAILENT
Fanfiction[Prompt 3 event Petrichor on September] Sailent mean very important thing. Di sebuah dataran Eropa, dua orang pangeran yang berasal dari kerjaan yang berbeda yang terkena kutukan, Kuanlin terkena kutukan yang bisa membunuhnya. Jihoon yang tidak ing...