Distrik pertokoan Hun.
Sepanjang jalan ini adalah pertokoan sederhana yang berjejer dari stasiun MRT hingga ke arah perumahan. Dimulai dari toko bunga milik sepasang suami istri, toko buku milik seorang kakek yang istrinya sudah meninggal, toko kopi Tuan Lim, restaurant kimbab milik tante Kim, restaurant kimchi chigae paman Lee, toko hadiah milik Jimin nuna, hingga toko buah dan sayur milik keluarga Park. Sebenarnya masih banyak lagi tetapi terlalu makan waktu untuk disebutkan satu per satu. Namun satu hal yang pasti, daerah pertokoan ini pasti dilewati oleh semua orang yang akan pulang ke perumahaan di belakang distrik ini.
Setiap pagi, mereka selalu menyapa tetangga kanan kirinya sambil bercakap sejenak seraya membuka toko mereka. Jika ada kesempatan pun, mereka saling mengajak minum atau pun makan. Dan setiap pagi merupakan jadwal Park Woojin untuk membuka toko milik ibunya ini. Toko sederhana yang menjual sayur dan buah segar. Ibunya selalu pergi ke pasar kulak untuk membeli persediaan stok toko mereka. Adik perempuannya tentu saja harus bersiap berangkat ke sekolah dan tidak bisa membantunya di toko.
"Pagi, Woojin." Sapa nenek di sebrang toko sambil melambaikkan tangannya. Nenek Lee yang menjual kerajinan tangan serut dan tinggal bersama cucunya.
"Pagi, nek." Woojin membalas sapa nya sambil tersenyum dan kembali sibuk membuka rolling door tokonya dan mengeluarkan beberapa keranjang buah ke depan toko, tidak lupa papan tulis promo hari ini. Persiapannya selesai meski beberapa meja toko terlihat masi kosong karena harus menunggu ibunya pulang dari pasar lulak tapi toko ini tidak kekurangan buah dan sayur segar, mereka memiliki kulkas untuk menyimpan beberapa buah dan sayur.
Matahari pun mulai menyingsing dan cahayanya mulai membangunkan orang-orang yang ada di sini. Suara burung mulai terdengar dan orang-orang pun mulai lalu lalang untuk memulai aktifitas nya. Ibu Woojin pun sudah kembali dan segera menyiapkan barang jualannya, apel, pisang, anggur, lemon, melon, pepaya, semangka serta buah persik. Sayur segar pun berjejer rapi di dalam keranjang. Beberapa orang pun membeli buah-buahan untuk dibawa sebagai makan pagi atau mungkin untuk bekal nanti siang dan semuanya tentu saja mengenal Woojin dan ibunya dengan baik.
Buah pisang untuk paman Kim. Anak-anak SMA yang berangkat sekolah selalu membeli apel atau pisang. Tante Kang yang selalu membeli daun selada dan pepaya untuk nanti malam. Ibu Ha dan anak-anaknya yang suka dengan anggur yang dijual di sini. Nenek Lee selalu membeli apel untuk cucunya. Pasangan suami istri di depan pun selalu membeli kimchi buatan Ibu Park dan juga melon untuk camilan. Pagi merupakan kegiatan yang penuh dengan aktifitas untuk Woojin dan ibunya. Terlebih lagi, adiknya juga harus berangkat ke sekolah dan seperti biasa dia akan mengambil sebuah apel untuk dibawa pergi. Woojin menyapa adiknya dan menyuruhnya untuk berhati-hati di jalan, tanpa membalikkan badan adiknya mengacungkan jempol dan berlari.
Woojin melihat ke sebelah tokonya. Akhirnya selesai juga renovasi toko sebelah. Sudah lama tetangganya ini kosong dan akhirnya sebulan yang lalu ada orang yang membeli dan merenovasinya. Toko tua ini pun direnovasi menjadi lebih modern dan indah tapi tak sekalipun Woojin atau keluarganya melihat siapa yang membeli toko sebelah. Mungkin pemiliknya hanya ingin tempat ini direnovasi terlebih dahulu sebelum dia membuka tokonya. Toko apa yang akan dibuatnya?
YOU ARE READING
Kamu & Dia
FanfictionTidak ada yang bisa menjelaskan kepada Woojin apa arti rasa berdebar di dadanya. Apakah dia sedang sakit? Sakit jantung mungkin? Atau sakit paru-paru kronis? Tapi satu hal yang pasti, rasa berdebar ini dia rasakan setelah bertemu dengan tetanga...