Tidak Sengaja

211 28 16
                                    

"OK! Hari ini cukup sampai di sini." Pelatih dance berteriak dan menepuk tangannya tiga kali. Kerumunan murid dance di studio ini pun segera membubarkan dirinya, termasuk Woojin. Ia mengambil handuknya dan menyeka keringatnya. Seperti biasa, mereka harus melakukan rutinitas dance dan pemanasan, dan mempelajari gerakan baru. Setelah ini semua masih ada kelas lainnya, di mana murid-murid bisa memilih program yang diberikan studio untuk mereka. Kelas dasar berlangsung 1 sampai 2 jam, belum lagi program tambahan berlangsung 1 jam, dan waktu pun sudah menunjukkan pukul 10 malam. Meski berat tapi ini adalah hal disukai oleh Woojin dan teman-teman satu studionya. 

"Fuh!" Woojin menghela nafasnya panjang dan mengambil botol minumnya. Latihan dance memang berat dan mengambil nafasnya pendek-pendek. Seluruh badannya penuh keringat dan panas, satu badan ini terasa terbakar. 

"Sudah menentukan anggota untuk kompetisi?" Senior yg duduk di sebelahnya bertanya dengan kondisi yang sama dengan Woojin, bermandi keringat dan mengambil oksigen sebanyak mungkin sambil terduduk di lantai. 

"Tentu saja belum, aku bahkan tidak tau siapa yang harus kuajak untuk mengikuti kompetisi ini." Woojin duduk di sampingnya sambil menutup wajahnya dengan handuk seraya mengistirahatkan tubuhnya dan mengeringkan keringat yang masih saja bercucuran dari pori-porinya. 

"Hahahaha! Kalau begitu mau satu grup denganku?" Katanya sambil tersenyum. Woojin mengintip dari balik handuk di wajahnya dan tersenyum. 

"Call!" Woojin mengangkat tangan kanannya dan langsung di sambut dengan tamparan tangan dari seniornya ini. Kompetisi dance kali ini membutuhkan minimal tiga orang dalam satu grup dan mereka masih harus mencari satu orang lagi untuk grupnya ini. Tidak ada salahnya membuat grup dengan seniornya ini, dia adalah satu dancer yang berbakat terutama untuk B-boying, dan tidak lupa dia lumayan cakep. Meski Woojin sedikit tidak ingin mengatakan hal ini tapi seniornya ini punya banyak fans, tinggi, dan, sekali lagi, cakep. 

"Baiklah, bagaimana kalau kita sekalian berlatih?" Ajaknya sambil berdiri meski kelas sudah kosong dan hampir seluruh murid pulang, mereka berdua masih berlatih. Pelatih menyuruh mereka untuk mematikan lampu dan seluruh audio set saat selesai. Mereka pun mengiyakan dan melanjutkan latihannya. 

Satu buah lagu yang dirasa cocok oleh mereka berdua pun telah dipilih. Woojin yang penuh energi dan seniornya yang penuh semangat, mereka saling membenarkan dan memberikan saran untuk setiap gerakan yang dirasa cocok untuk satu lagu tersebut. Setiap langkah dan setiap gerakan yang mereka lakukan semakin memantapkan koreografi untuk lagu ini. Woojin menyarankan beberapa gerakan pooping tapi seniornya merasa bagian itu tidak cocok untuk bagian ritme musiknya. Argumen pasti terjadi tapi itu tidak menciutkan niat mereka untuk menjadi satu grup. 

Tak dirasa 2 jam sudah belalu. Mereka membaringkan diri di lantai kelelahan dan berlomba menarik oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru. 

"Besok weekend, bagaimana kalau kita latihan lagi?" Seniornya bertanya. 

"OK. Jam 2?" Woojin menentukan jamnya. Seniornya menyetujuinya. 

Malam semakin larut dan sudah jam 12 lebih. Mereka memutuskan untuk pulang sebelum tertinggal bus terakhir tapi mereka harus lari ke arah halte bus karena akan tertinggal bus terakhir. Tepat saat meraka tiba di halte, tepat juga saat bus hampir meninggalkan mereka, Woojin dan seniornya segera berteriak meminta supir busnya berhenti sebentar saja untuk menunggu mereka. Supir bus pun tertawa dan senang melihat mereka lagi, Woojin dan seniornya membungkukkan badan dengan penuh keringat dan semakin kehabisan nafasnya. Supir bus ini sudah kenal dengan mereka berdua dan untungnya malam ini hanya mereka berdua penumpang terakhir. Bus pun berjalan lagi. 

Jarak dari studio ke rumah pun tidak terlalu jauh, Woojin pun turun dari bus setelah 5 pemberhentian dan melambaikan tangannya kepada seniornya sebelum turun dari bus. Seniornya masih harus berjalan 4 halte dari halte ini. 

Kamu & DiaWhere stories live. Discover now