Kencan itu ngapain aja sih?
Pergi ke mana?
Ke taman hiburan?
Ke bioskop?
atau mungkin ke taman di tengah kota saja?
Setelah itu harus bagaimana?
Makan malam bersama?
Memulangkan pasangan sampai ke depan rumah?
Haruskah Woojin mencium Sungwoon sebelum dia masuk ke dalam rumahnya?
"YA TUHAN!!!! Aku harus bagaimana?" Woojin berteriak histeris.
"Hei hei, sadarlah," Jihoon berusaha menenangkan Woojin yang terlihat frustasi merencanakan semua hal yang akan dia lakukan akhir minggu ini, tentu saja, kencan dengan tetangga tercintanya, Ha Sungwoon. Jihoon duduk di lantai sambil melihat laptop yang terbuka di atas meja rendah. Woojin sedang histeris di sampingnya sambil berdiri dan menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar.
Malam Jumat ini, Jihoon berjanji akan membantu Woojin, yang sedang dilanda histeria apa-yang-harus-kulakukan, dan memang sahabatnya ini buta tentang cinta. Merencanakan semua yang diperlukan untuk kesuksesan kencan besok dengan bermodalkan laptop dan HP, juga mesin pencarian di internet, Google. Woojin mencari semua tempat romantis yang bisa dia kunjungi bersama Sungwoon.
Jalan-jalan di mall dan mungkin pergi ke pasar malam bukanlah hal yang buruk. Bergandengan tangan menelusuri lorong setiap toko yang berjejeran di dalam mall sambil bercanda dan kebingungan menentukan film mana yang ingin ditonton bersama. Tidak lupa membeli popcorn dan minuman bersoda untuk menjadi teman saat menonton, meski harganya mahal tapi Woojin ingin membelinya. Makan popcorn setidaknya bisa mengurangi rasa gugup saat harus duduk berdua di dalam teater.
Setelah menikmati film yang ditonton dan kemungkinan besar Woojin tidak terlalu melihat film yang diputar karena terlalu sibuk memikirkan ke mana harusnya ia meletakkan tangannya, di sandaran tangan dan menggenggam tangan Sungwoon kah atau harus menjaga kesopanan dengan tidak melakukan hal itu? Tapi semua itu sudah selesai dan sekarang mereka menuju restaurant untuk makan malam. Woojin sudah melakukan reservasi dan ini adalah salah satu restaurant yang sedang kekinian, restaurant pasta. Makan malam pasta rasanya cocok saja dengan suasana kencan pertama. Woojin menceritakannya dengan nada senang sambil berjalan mengelilingi kamarnya.
"Tunggu, tunggu," Jihoon menghentikan rencana kencan sempurna sahabatnya ini dan menatapnya dengan tatapan penuh keraguan.
"Ide yang buruk ya?" Woojin menatap Jihoon dengan tatapan memelas dan terduduk di lantai di samping Jihoon sambil meraih tangan Jihoon. Jihoon sedikit terkejut dengan apa yang barusan dia dengar tapi juga merasa geli betapa polosnya Woojin.
"Yah, tidak buruk sih, cuma..." Jihoon belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Cuma?" Woojin menyentak sambil menyodorkan dirinya ke Jihoon dan tentu saja membuat Jihoon tersontak terkejut, membuatnya mundur ke belakang. Dan percuma saja dia mundur karena punggungnya sudah tertahan oleh tempat tidur Woojin. Woojin menatapnya dengan penuh harapan dan menginginkan nasihat dari Jihoon.
"Itu cuma terjadi di komik serial cantik," Jihoon menambahkan dan raut muka Woojin bertambah kerut. Woojin terduduk kembali dan lemas. Tidak semua yang dikatakan Woojin salah tapi terdengar seperti sedang mengarang sebuah novel picisan tentang betapa indahnya kencan dengan orang yang disukai.
"Rasanya ingin kubatalkan saja kencan besok," Woojin menundukkan kepalanya dan menatap lantai. Jihoon menghela nafasnya panjang dan menepuk pundak Woojin. Di saat seperti ini, Woojin memang butuh dukungan moral dan untuk itulah Jihoon berada di sini. Untuk membantu Woojin menjalani semua ini, rencana kencan dan pakaian apa yang harus dipakai Woojin besok. Selera baju Woojin terkadang, yah bukannya mau menghina, tapi butuh supervisi dari yang lebih ahli dan dalam hal ini adalah Jihoon.
YOU ARE READING
Kamu & Dia
FanfictionTidak ada yang bisa menjelaskan kepada Woojin apa arti rasa berdebar di dadanya. Apakah dia sedang sakit? Sakit jantung mungkin? Atau sakit paru-paru kronis? Tapi satu hal yang pasti, rasa berdebar ini dia rasakan setelah bertemu dengan tetanga...