Daniel hyung.
Sungwoon hyung.
Ada apa di antara mereka?
Woojin tidak dapat melepaskan pikirannya dari malam itu dan meski sudah 2 hari berlalu pun pikirannya masih saja tentang tetangga terkasihnya itu.
Kalau ini yang dinamakan cinta, Woojin berharap sesuatu yang lebih simpel dari ini. Mungkin seperti berkenalan di suatu tempat yang tak terduga, dia yang begitu manis berdiri di hadapannya dengan senyum manisnya, dan menawarkan cookie buatannya kepada Woojin. Tunggu sebentar. Skenario ini sudah terjadi seraya Woojin menggaruk-garuk kepalanya. Ini sama saja.
Atau skenario ala komik serial cantik, bertabrakan di tengah jalan, Woojin membantunya berdiri dan tak sengaja menyinggung betapa mungilnya dia. Dia pun marah karena Woojin bukannya minta maaf malah menyindirnya karena dia terlalu pendek sehingga Woojin tidak bisa melihat dia. Ini juga sudah terjadi!
Argh!
Kenapa di dalam benaknya hanya ada Ha Sungwoon?!
Woojin melihat iPhone nya dan membuka Line untuk menghubungi sabahatnya, Park Jihoonie. Saat seperti ini, Woojin membutuhkan sahabatnya sebagai tempat bersandar. Tapi apa yang harus dikatakan ke Jihoon? Bahwa dia sedang galau karena melihat Daniel dan Sungwoon bercumbu? Harusnya dia bisa tanya sendiri ke Sungwoon tapi dia terlalu takut untuk bertanya. Takut dibenci karena ingin tahu atau takut menghadapi kenyataan bahwa Daniel dan Sungwoon memang memiliki hubungan tertentu?
Dan kenapa waktu itu dia tidak sekalian saja bertanya kepada mereka tentang hubungan mereka tapi Sungwoon sudah terlihat tidak nyaman dengan kehadirannya. Dia bersembunyi di balik badan Daniel dan menundukkan kepalanya. Sungwoon adalah senior dance Daniel dulu sebelum Woojin masuk ke studio dance-nya yang sekarang tapi baik Sungwoon dan Daniel tidak memberikan keterangan apapun lebih dari itu terutama di bagian kenapa mereka bercumbu. Mereka tentu saja lebih dari teman, pacar mungkin, tapi kenapa Sungwoon terlihat tidak senang saat Daniel menciumnya?
Rasa ingin tahu Woojin membanjiri otaknya meski mereka duduk bertiga malam itu tapi Daniel hanya bercerita soal Sungwoon pada masa saat dia masih menari dan Sungwoon hanya diam saja tanpa terlalu berani menatapnya. Pembicaraan pun jadi membosankan karena hanya Daniel yang berbicara meski Woojin mengajukan pertanyaan untuk Sungwoon tapi dia hanya diam saja.
Ingin curhat ke Jihoon!
Woojin menatap Iphone nya lagi. Jihoon masih belum menjawab atau bahkan membaca chatnya. Yang bisa Woojin lakukan sekarang hanya terbaring di atas tempat tidurnya sambil memeluk bantal. Kali ini Woojin tidak canggung lagi karena ciuman yang dia berikan kepada Sungwoon dan Sungwoon pun mungkin tidak ingat lagi tentang kejadian itu. Yang Woojin ingin tahu adalah tentang Daniel dan Sungwoon.
Masa bodoh!
Daripada harus menunggu dan berpikiran dengan tidak jelas seperti ini lebih Woojin ke toko tetangganya dan bertanya langsung. Toh ini sudah jam 10 malam, sudah pasti tokonya tutup dan Woojin bisa bertanya lebih lanjut. Woojin berlari menuruni tangga dan melihat ke toko di samping tokonya. Seperti biasa, lampunya masih menyala dan pintunya pun tidak terkunci saat Woojin memasukinya.
Ia melihat bayangan Sungwoon di balik kaca toko, dia sedang membersihkan dapur, dan sesaat Sungwoon mematikan lampu dapur dan kembali ke toko utama. Ia melihat ke arah Woojin dan Woojin membungkukkan kepalanya, Sungwoon pun membalasnya sambil tersenyum kecil.
"Selamat malam, Chamsae." Sungwoon menyapanya. Mudah berkata saat tidak langsung di hadapan orangnya tapi saat ini Woojin sudah tidak tahu harus berbuat apa.
"Hyung..." Woojin berusaha mencurahkan segala keberaniannya ke ujung bibirnya. Harus berkata apa pun Woojin masih tidak tahu, lidahnya kaku.
"Hmm?" Sungwoon tersenyum dan memiringkan kepalanya sedikit.
YOU ARE READING
Kamu & Dia
FanfictionTidak ada yang bisa menjelaskan kepada Woojin apa arti rasa berdebar di dadanya. Apakah dia sedang sakit? Sakit jantung mungkin? Atau sakit paru-paru kronis? Tapi satu hal yang pasti, rasa berdebar ini dia rasakan setelah bertemu dengan tetanga...