Debar Di Dada

185 23 12
                                    

"Wah! Hebat!" Jihoon terkesima dengan cerita Woojin.

"Hehehe!" Woojin tersenyum malu.

"Tapi kl di sisi lain sih keliatan seperti tidak punya malu." Jihoon melanjutkan lagi.

"Hah?"

"Yah, kamu tahu dia masih punya masalah dengan cinta tapi tetap mengejarnya." Jihoon mengatakan point utamanya. Woojin pun menunduk karena apa yang dikatakan Jihoon memang ada benarnya dan ia memainkan jemarinya sambil memayunkan bibirnya.

"Habis aku kan tidak mau kehilangan dia." Woojin tampak galau dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Dan seperti biasa, weekend ini mereka berada di daerah perbelanjaan dan sedang duduk salah satu waralaba kopi ternama berwarna hijau. Sudah menjadi kebiasaan bagi Woojin dan Jihoon untuk selalu pergi bersama di waktu weekend. Mereka akan menceritakan keresahan mereka di luar perkuliahan mereka tapi saat ini Woojin lah yang selalu menceritakan semuanya tentang tetangganya dan rasa galau di dadanya. Apa boleh buat kan? Remaja baru besar ini sedang mengalami cinta pertamanya yang begitu hebat dan menerjang bagai badai di musim panas.

Jihoon menghela nafas dan tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat imut di saat seperti ini. Tidak mungkin bohong jika sejak Woojin bertemu dengan Sungwoon, waktu bersama mereka berkurang dan Woojin ingin selalu pulang lebih cepat. Dia pasti sayang sekali dengan Sungwoon ini. Terlihat dari setiap kali mereka jalan bersama, Woojin sering membeli bunga atau mungkin sebungkus susu pisang untuk tetangganya itu. Ada rasa iri karena sekarang di dalam benak Woojin sudah ada orang lain selain Jihoon.

"Kau ini beneran buta soal cinta ya." Jihoon menopangkan dagunya ke tangan kanannya di meja. Woojin melihat ke arah Jihoon dan terlihat kesal.

"Memang kamu tau soal cinta?" Woojin membalas penyataan Jihoon dan menopangkan dagunya ke tangan kirinya di atas meja, menatap Jihoon lebih dekat. Jihoon terkekeh melihat sahabatnya begitu kekanak-kanakan ini.

"Yah, setidaknya aku memiliki seseorang yang kusuka dan aku mengerti perasaanmu." Jihoon menyedot minumannya dan raut muka Woojin tercengang.

"Kau punya orang yang kau suka?" Woojin mengulangi lagi karena dia tidak yakin dengan apa yang dikatakan Jihoon. Jihoon mengangguk. "Siapa orang itu?" Ini pertama kali Woojin mendengar hal ini dan itu membuatnya berdiri dari tempat duduknya dan memajukan tubuhnya ke arah Jihoon di hadapannya. Jihoon tertawa dan menepuk lembut pipit Woojin.

"Kenapa? Penasaran?" Jihoon jadi ingin menggodanya lebih lagi. Woojin segera memalingkan perhatiannya ke samping dan berpura-pura tidak menunjukan rasa penasarannya sambil melipat tangannya di dada.

"Enggak juga." Woojin kembali duduk. Jihoon pun hanya tersenyum menatap wajah Woojin seperti orang yang sedang mengalami gangguan perut. Tidak ada yang berkata, Jihoon melihat ke luar cafe sambil menikmati setiap sedotan jus grapefruit-nya dan Woojin juga melihat ke arah yang sama dengan Jihoon tapi di dalam otaknya sudah terlalu banyak pikiran melayang terutama soal orang yang disukai Jihoon ini. Sudah lama mereka berteman tapi kenapa baru sekarang Woojin tau mengenai orang yang disukai Jihoon? "Siapa orang itu?"

"Hahaha! Aku sudah menduga jika kau penasaran!"

"Jelas penasaran. Habis kita berteman sudah lama tapi baru kali ini aku mengetahui soal hal ini." Woojin merasa tidak adil seandainya hanya dia yang menceritakan semua masalahnya kepada Jihoon tapi Jihoon tidak pernah menceritakan tentang permasalahannya kepadanya. Selain masalah kuliah, Jihoon hampir tidak pernah membagikan cerita soal hidupnya. Sedangkan Woojin selalu membaginya ke Jihoon, seperti hari ini.

"Karena kamu orangnya susah jaga rahasia sih." Jihoon mengeluh sambil menghela nafasnya. Kalau saja Woojin bisa menjaga rahasia, tentu saja Jihoon tidak masalah untuk menceritakan masalah ini kepadanya.

Kamu & DiaWhere stories live. Discover now