Chapter 8

1.1K 172 6
                                    

DAY

CHAPTER 8

Original Story by viiaRyeosom

---

"Emmhhh."

Lenguhan kecil dari bibir Wendy cukup membawa otak Chanyeol yang tadinya bergeser jadi lurus kembali. Dengan kikuk Chanyeol melepas ciumannya, berjalan mundur lalu menggaruk poni rambut ikalnya.

Untuk sepersekian waktu mata Wendy masih membulat. Satu tangannya perlahan meraba area bibir. Basah.

'Apa ini mimpi?'

Chanyeol mengalihkan pandangan ke luar jendela kelas saat Wendy berganti menatapnya tajam. Di luar sana hujan masih turun, di satu sisi ikut membantu meredam debaran jantung dua manusia di dalam ruangan itu.

Wendy bangkit duduk, kini tangannya mengusap pipi bagian kanan berulang kali. Panas. Wajahnya pasti memerah.

"Apa yang kau lakukan tadi? Kau...!"

"Jangan salah paham! Aku cuma berusaha menolongmu tadi, kupikir kau tak bisa bernapas lagi."

Wendy beranjak berdiri dan menggembungkan pipinya, berjalan mendekati Chanyeol yang masih diam mematung. "Kau pasti menciumku sangat lama, kan?"

"Sudah kubilang kau salah paham. Bukannya berterima kasih. Huh."

Wendy mendengus tak kalah panjang, giliran menepuk-nepuk pipi Chanyeol tanpa perasaan. "Apa ini? Kau menangis?"

Chanyeol menampik tangan Wendy lalu mengusap pipinya di lain arah. "Oh, ini air hujan," jawabnya datar.

Suatu hal yang mustahil, jika Chanyeol mau mengakui bahwa ia menangis. Tak mungkin, kan? Dia itu seorang laki-laki. Apalagi dengan alasan yang lumayan konyol Wendy pasti akan tertawa. Laki-laki itu benar-benar khawatir tadi.

Wendy memutar kepala, melihat lagi meja tempatnya tidur. Di samping meja tersebut, terdapat sekotak P3K dengan isi yang sudah dikeluarkan serampangan bahkan ada beberapa obat merah yang jatuh di lantai.

Gadis itu tersenyum, seragamnya yang basah membuatnya mengginggil ketika angin masuk melalui jendela.

"Lalu kenapa kau menciumku?"

"Aku tak mungkin menciummu."

"Lalu tadi apa?"

"Bukan apa-apa."

"Bohong! Kau menciumku. Apa kau menyukaiku?"

Wendy menutup mulutnya dengan satu telapak tangan. Oke, yang tadi itu refleks.

Chanyeol menoleh, demi apa Wendy harus menanyakannya lagi. Apa sikapnya selama ini kurang jelas?

"Tidak!"

Mimik wajah Wendy berubah, sepertinya ia tak suka dengan jawaban tadi. Tapi, bukankah itu jawaban yang benar? Seperti yang ia dengar sebelumnya di aula teater.

Chanyeol melirik Wendy yang kini diam menggigit bibir bawahnya. Gadis di sampingnya itu dari kepala sampah kaki masih basah kuyup sama dengan keadaannya, tapi mungkin lebih parah melihat tubuh kecil Wendy menahan rasa dingin.

Wendy mendongak kala tangan Chanyeol tiba-tiba menggandeng tangannya, menggenggamnya erat seolah memberi perlindungan. Jarak sepuluh centi wajah mereka memaksa Wendy menahan napas.

"Aku tidak peduli!" Ucap Chanyeol.

Wendy mengerutkan kening tak mengerti sementara genggaman yang Chanyeol berikan makin erat.

DAY [pcy;ssw]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang