terulang lagi

37 2 0
                                    


Seni Pov

Aku berjalan dengan terburu buru karena Abang Bambang yang marah marah gak jelas menyuruh ku pulang cepat, namun saat melewati kantin aku tak sengaja menabrak seorang pria yang keliatannya mahasiswa baru di kampus dan bukan hanya di tubruk tapi di tambah jus ku yang tumpah mengenai kemeja nya, naas saat aku meminta maaf aku malah dicuekin yaudah aku cabut aja, ngebuang buang waktu..

"Hallo Abang, Abang dimana? Gue udah di depan nih"

[Gak jadi! Gue udah kesel sama Lo]

"Abang apaan sih, Abang yang nyuruh, Abang pula yang marah marah!!"

[Terserah Lo]

"Abang tadi gue nubruk seseorang gara gara Abang yang nyuruh gue pulang cepet"

[ Siapa suruh Lo buat nubruk dia, dan siapa suruh Lo buat lari lari gak jelas]

Lari lari gak jelas? Jelas jelas aku berlari karena takut kena damprat amarahnya, dia sebelumnya nelpon suruh aku pulang cepet ditambah kayak yang ngebentak, dan sekarang dia malah nyalahin aku dan Oh Allah, air mata ku tak bisa ku tahan lagi, rasanya pengen teriak di sini

Aku mulai berjalan menuju toilet, malu kalau aku menangis di depan umum seperti ini, aku sekarang menangis di tempat kotor ini

"Hiks..hikss...a.. Abang..gue.. laporin..Lo...ke ayah..hiks"

"Siapa?" Teriakan dari luar, suaranya seperti seorang lelaki

Aku mulai menghapus bulir bulir air mata ku, kemudian membuka pintu dengan perlahan

"Lo siapa hiks..hikss.." tanya ku sembari bergelut dengan ingus sisa menangis

"Jangan menangis di kamar mandi, takut ada yang ngikutin" ucap nya, seketika aku mendongkakan kepalaku, entah suara Bariton itu membuatku teringat akan seseorang

Jleb..

"Lo?" Aku membelalakkan mata melihat siapa yang kini tengah ada di hadapanku, pria ini si cupu waktu aku masih SMA, pria ini si culun, si letoy, si lemot....Kiki

"Sen...sen..seni?" Tanya nya dengan gagap

"Lo ngapain kesini?" Tanya ku gak jelas, entah karena merasa salting atau gugup ah sudahlah

"Ma..ma..u..itu" Dia mulai menunjuk toilet pria

"Yaudah sana, gue harap... Lo jangan pernah nongol yang kedua kalinya di depan gue seperti tadi" tegas ku namun dia hanya mengangguk seperti tingkahnya waktu SMA

Merasa ada perubahan pada diri Kiki saat ku lihat, pakaiannya yang kini menjadi sedikit nge-trend dan kupluk yang tertumpu di kepalanya dan gaya berjalannya yang sedikit tegap, menurut ku dia sangat berbeda

"Hei Kalian berbuat mesum ya?"

"Apaan?"

Aku membeku seketika setelah mendengar teriakan di luar toilet, apa maksudnya, oh Ya Allah aku tidak ingin kejadian waktu SMA terulang lagi

"Amit amit gadis bergamis seperti Lo lagi berbuat mesum, sama mahasiswa baru lagi pake pelet apa Lo?" Hardik nya, seketika aku ingin menangis lagi, banyak mahasiswa lain mulai mengerumuni toilet, ditambah ada yang mengolok ngolok kami, Ya Allah kuatkan hamba

"Kalian salah paham" sela ku, aku tak mau masalah ini menjadi besar

"Yaelah, yaudah gimana kalau kita nikahin aja nih" suara usulan itu membuatku ingin pingsan seketika

"Ya ampun ganteng ganteng kok bejad ya?"

"Ya Allah cover tak menjamin keadaan iman"

"Haris J ku kok mesum sih"

Cukup! Ya Allah apalagi ini, apakah setiap kali bertemu dengan nya hamba akan dituduh sembarangan seperti ini, apa dia perusak kebahagiaan hamba?

"Bawa ke luar kampus aja sekalian pindah kampus sana"

"Kalian salah paham, aku dan dia itu hanya mengobrol sebentar, kami tak sengaja bertemu di toilet, kami ini teman waktu SMA" Kiki akhirnya angkat bicara, semua nya terdiam sejenak mencerna apa yang dia katakan, namun detik berikutnya

"Terus aja ngeles bang, tau tau udah di penjara" ucap pria bertopi di sudut kiri

"Ada apa ini?"

Suara bariton pak Wildan mulai terdengar oleh Indra pendengaran ku, seketika tubuh ku mengeluarkan keringat dingin dan tubuh yang bergetar dengan hebat, semuanya aku pasrahkan kepada Allah, mana yang benar dan yang salah Dia lah Yang Maha Mengetahui

"Ada yang berbuat mesum di toilet" lapor salah satu mahasiswa

"Apa? Siapa?" Tanya pak Wildan dengan nada penuh amarah

"Seni dan mahasiswa baru"

"Mana mereka?"

"Di dalam pak"

Suara ketukan kaki pak Wildan mulai semakin mendekat kearah ku yang sedang terdiam membeku, aku terus memanjatkan doa dan solawat, semoga Allah menyelematkan ku dari fitnah ini

"Kiki?"

Langkah kaki pak Wildan berhenti setelah melihat Kiki yang menatapnya dengan kebingungan

"Kak wildan?"

Aku sempat diam menohok ketika melihat Kiki yang tiba tiba memeluk pak wildan, bahkan pak wildan pun membalas pelukannya

"Kamu benar berbuat keji seperti yang di laporkan mahasiswa lain?" Tanya pak wildan sambil melonggarkan pelukan

"Enggak kak, Kiki gak mungkin melakukan perbuatan bejad itu" bela nya

"Apa benar?" Kini pak wildan mulai menanyai ku, suara nya tenang tapi sorotan mata nya membuat jantungku ingin lepas dari tempatnya seketika

"Benar pak, kami teman se SMA dan kebetulan kami tak sengaja bertemu di toilet" ucap ku

Pak wildan mengangguk, aku harap dia percaya pada ku dan Kiki, dan masalah ini berakhir di sini

"Jadi Kiki ini tetangga saya, Kiki ini sering main sama adik saya, dan saya tau sifat Kiki itu kayak gimana, gak mungkin dia melakukan perbuatan keji seperti yang kalian duga, Kiki ini orangnya pendiem gak suka banyak ngomong" tutur pak wildan

Semua mahasiswa mengangguk dan saling bertatapan muka, aku harap mereka percaya pada perkataan pak wildan

"Sudah jelaskan? Yaudah Sekarang kalian BUBAR!" Tegasnya dengan nada seperti bentakan

Semua mahasiswa segera membubarkan diri, ada yang sampai jatuh karena saking takut kena damprat pak wildan

"Ki, kamu kuliah disini?" Tanya pak wildan

"Iya kak, habisnya bunda minta pindah lagi ke Bandung" jawab Kiki

"Bisa main lagi dong sama Farhan"

"Iya dong kak, habis pulang kuliah InsyaaAllah mau main play station bareng Farhan"

"Main itu Mulu, kali kali main sambil bawa istri" celetuk pak wildan yang membuat aku ingin menyemburkan tawa

"Kuliah dulu kak" jawab Kiki dengan gaya malu malu nya

"Yaudah, ini kenapa malah ngobrol di toilet? Kamu seni, kenapa masih di situ?" Sontak aku langsung menghentikan kegiatan tertawa tanpa suara ku karena di kagetkan oleh suara bariton pak wildan

"Mm..iya pak saya permisi dulu" ucap ku yang selanjutnya diangguki oleh pak wildan

Next

Ana Uhibbuka Fillah, CupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang