2

3.6K 181 12
                                    

"Boleh aja."
Kata - kata itu terus terngiang di kepalaku. Sehun mulai berjalan kearahku. Jantungku meloncat - loncat tak karuan rasanya.

Setelah Mas Tae berbicang kemudian pamit padaku, Sehun duduk di sebelahku. Kursi kami berbeda, namun tetap saja efeknya sangat dahsyat.

"Mana yang belum ngerti?"
Suara beratnya menginvasi otakku, dia bergeser memajukan kursi nya agar lebih mendekat.

"Engg.. Itu ini Mas."
Aku menunjuk soal asal, gugup tentu saja. Sehun menjelaskan soal itu, namun fikiranku tidak pada tempatnya.

Kulirik sekilas wajahnya dari samping, benar - benar sempurna, lebih dari ekspektasiku saat membayangkannya ketika masturbasi.

Rahang tajam, kulit putih mulus bersatu dengan aroma khas nya yang maskulin, cocok sekali dengan indra penciumanku.

Penglihatanku menguliti setiap inchi wajahnya yang bisa kulihat, dia begitu dekat, jakunnya menyembul, ingin rasanya ku gigiti bagian kulit lehernya.

Bibirnya tebal berwarna merah jambu, seperti memakai lipbalm saja. Bagaimana jika kulumat seperti di video yang pernah kutonton? Mungkin rasanya akan manis.

Nafasku memburu, sial
Bagian bawahku sudah basah saja. Mungkin saja mukaku sudah memerah sekarang.

"Tzu? Kamu gak papa?"
Suara sehun sukses nenyadarkanku dari imajinasiku.

"Muka kamu merah? Demam?"
Belum sempat menjawab pertanyaannya, dia sudah lebih dulu menempelkan telapak tangannya di dahiku. Damn.

"E-engga Mas."
Nafasku tersenggal, menggeleng dengan cepat. Tzuyu! Sadarlah bodoh!

"Bentar deh Mas ambil obat demam."
Dia berdiri lalu meninggalkanku menuju kotak P3K. Dasar bodoh! Aku horny bukan demam!

Sehun kembali dengan membawa dua butir obat dan segelas air putih. Dari pada ketahuan. Kuminum saja.

"Kamu tidur aja, nanti Mas kerjain soalnya, abis itu Nas pulang."
Aku mengangguk saja, lalu naik keatas kasur. Menarik selimut lalu mencoba untuk pura - pura memejamkan mata. Sungguh tersiksa dengan hasratku sekarang ya tuhan.

Tiga puluh menit berlalu, rasa kantukku mulai datang dan menyerang tanpa kusadari. Mungkin dari obat yang Sehun berikan padaku mengandung obat tidur juga.

Aku terlelap.

•••

Bibir itu menempel pada bibirku. Bayangan seseorang yang selalu menjadi objek fantasy ku. Oh sadarlah dia hanya menganggapku seorang adik kecil.

Aku membalikkan kepalaku menghadap ke arah lain di meja. Tapi mimpi semalam itu rasanya nyata sekali. Aku benar benar merasakannya. Vagina ku di masuki benda tumpul. Namun tidak keseluruhan, hanya ujungnya saja, sensasinya tak bisa ku ungkapkan.

Bel berbunyi, pertanda masuk, membuyarkan lamunanku tentang mimpi semalam. Oke, itu hanya mimpi.

•••

'Mas, jemput ya.'
Selesai mengirim pesan singkat kepada kakakku, aku duduk di pinggiran halte, menunggunya datang.

'Naik angkot aja ya? Mas lagi ada urusan sama dosen nih.'
Lagi, Mas Tae selalu seperti ini, maklum dia kuliah beasiswa, jadi jadwalnya padat. Iya Mas ku sangat pintar,berbanding terbalik denganku.

Jika sudah seperti ini, aku lebih memilih berjalan kaki untuk sampai di kostan. Hanya memakan waktu 10 menit, hitung - hitung berolahraga.

Aku menikmati suasana sekitar, berjalan sediri, seperti si cupu pada umumnya, tidak memiliki teman. Tapi aku senang, perlu kau tahu.

Suara motor berhenti di pinggirku, membuat kepalaku menoleh ke samping. Motor ninja hitam lengkap dengan si pengemudi yang memakai celana, jaket, dan helm berwarna hitam.

"Dek.."
Baru saja aku akan kabur karena takut diculik, suara itu membatalkan niatku. Pengemudi itu membuka kaca helm nya, dan nampaklah sesosok wajah tampan. Sehun.

"Eh Mas Sehun?"

"Iya, mau Mas anterin pulang ga?"
Tik tok tik tok. Aku terdiam masih mencerna perkataannya. Tak lama aku mengangguk saja, mengiyakan ajakannya.

Aku bersusah payah menaiki motor ninja nya, terlalu tinggi, dan membuat orang yang di bonceng, mau tidak mau harus menungging kedepan.

"Pegangan dong dek."
Aku hanya diam saja, saking gugup nya. Sehun memegang tanganku, lalu melingkarkannya di perutnya.

"Siap?"
Tanyanya, tubuhku dan tubuhnya bersentuhan -meskipun terhalang baju. Memunculkan sensasi baru bagi payudaraku.

Dada ku menggesek bagian belakang tubuhnya, karena jalan yang tidak rata. Aku yakin putingku sudah mencuat, apalagi aku tidak memakai bra, dan hanya memakai tanktop saja. Duh.

"Dek? Itu kamu.."
Suaranya tidak terdengar jelas, itu? Apa maksudnya? Dia merasakan putingku mengeras?!

Tbc
Ada yang baca syukur, gak ada yauda deh ya:)

190818
©Beyuur

CHAMELEON [Setzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang