Part 1

38.3K 5.7K 649
                                    

BUNYI klakson menjadi pemecah kesunyian pagi ini, dengan cepat Jaemin berlari keluar dari rumah lalu berjalan ke halaman dan langsung merubah raut wajahnya menjadi datar saat Jeno datang dengan motor besar; bukan dengan mobil.

"Dimana mobilmu?" tanya Jaemin bingung.

Mengangkat bahu, Jeno memberikan helm untuk Jaemin. "Di bengkel, cepatlah naik. Nanti kita terlambat."

Oh sungguh, Jaemin sangat malas jika Jeno sudah membawa motor sialan itu, apalagi jika digunakan untuk membonceng dirinya. Si hidung besar itu tidak pernah memahami rambu-rambu lalu lintas! Selalu berkendara sesuka hati dan membuat Jaemin spot jantung.

Mendecak kesal, Jaemin merampas helm dari tangan Jeno; memakainya secara asal; membuat Jeno mengerang gemas lalu menarik bahu Jaemin sehingga kini mereka berhadapan.

"Pakai yang benar jika tidak ingin kepalamu hancur terhantam trotoar jalan." ujar Jeno lalu memakaikan helm berwarna biru muda tersebut di kepala Jaemin dengan benar hingga terdengar bunyi klik.

Nahkan.

Sudah Jaemin bilang, Jeno itu berniat membunuh dirinya! Apa-apaan dengan kepala hancur? Sialan!

Menggembungkan pipi dengan kesal, Jaemin langsung naik keatas motor Jeno; menaruh kedua tangan di dada; bersidekap. "Cepat jalan!"

"Pegangan! Kau benar-benar ingin mati ya?!" Jeno berteriak dari dalam helm fullface yang ia gunakan, dan dengan itu Jaemin langsung menaruh kedua tangan pada pinggang Jeno. Setelah itu motor besar Jeno melaju; membelah jalanan luas.

Memang sudah seperti ini kegiatan pagi Jaemin. Bangun tidur, mandi, sarapan lalu berangkat bersama Jeno karena rumah mereka hanya berjarak beberapa blok. Ia sudah melakukan ini sejak berada di sekolah dasar! Bedanya dulu ia dan Jeno masih berjalan kaki, namun saat Jeno mendapatkan izin sejak JHS untuk membawa kendaraan. Akhirnya ia dan Jeno berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan.

Awalanya Jaemin senang saat Jeno membawa motor karena ia begitu menyukai udara segar yang langsung mengenai kulit. Tapi ia berhenti menyukai hal tersebut saat Jeno kecelakaan 2 tahun yang lalu, lelaki tampan itu sempat koma selama 6 bulan. Hal itu membuat Jaemin frustasi, ia menangis terus menerus. Waktunya di gunakan hanya untuk menunggu Jeno bangun dan kembali menyapanya seperti biasa.

6 bulan bukan waktu yang sebentar, Jaemin kira ia akan kehilangan Jeno selama-lamanya. Namun ternyata Tuhan masih menyayanginya dan Jeno sehingga saat akhir bulan ke-6 Jeno membuka mata. Membuat dirinya kembali menangis; kali itu tangisan haru.

"Na!"

"Apa?" tubuh Jaemin tersentak saat Jeno mencubit tangannya.

Jeno menghela nafas, memasukan motor ke area parkir. "Turun, sudah sampai."

Sial.

Jaemin terlalu fokus kembali ke masa lalu sehingga tidak menyadari jika mereka sudah sampai di sekolah. Tapi tunggu... Ia tidak merasa jika Jeno mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, apa karena ia terlalu banyak melamun?

Mengerucutkan bibir, Jaemin segera turun dari motor besar Jeno lalu mencoba melepaskan helm yang merekat di kepalanya. "Ini gimana cara bukanya sih?! Kamu masangnya kekencengan ya?!"

[1] Rewrite The Stars《Nomin》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang