CINTA DI ATAS SAJADAH

16 1 0
                                    

Di atas marmer tua beralaskan sajadah merah. Aku bersimpuh pada mu. hati ku begitu hancur jiwa ku serasa berhamburan. Semua saraf otak ku menjadi lambat.

Aku tak minta dia menjadi milik ku seutuhnya. Aku hanya minta engkau kembalikan dia dalam keadaan semula.

Selesai dalam keadaan sholat aku segera menemui tante jen di taman.

"Sudah lama menunggu tan?" Tanya ku dengan nada suara sedikit serak.

"Tidak begitu lama nak, apa yang terjadi dengan mu? Apa kau butuh waktu sejenak untuk istirahat?"tanya tante jen dengan panik nya

"Tak usah tan. Ini hanya efek flu yang sedang beredar di musim sekarang. Aku hanya butuh tempat penenang saat ini" pungkas ku.

Lama berbincang bincang cerita mengenai banyak hal. Lalu tante jen kembali pada topik titik pembahasan yang semestinya sejak awal aku ceritakan. bukan membiarkannya berlarut-larut dalam kesedihan yang membeku di hati. Jika ini tangis maka akan menangis sejadi-jadinya. Jika ini gumpalan darah maka akan pecah dalam sekejab lalu buyar beredar ke bagian lainnya.

"Apa kau begitu mencintainya?"
Aku menggeleng pelan.

"Lalu, kenapa kau begitu khawatir hingga membuat mu begitu jatuhnya nak?

"Entahlah tan, aku bahkan tak terlalu mengerti ini perihal kekaguman atau hanya ambisi semata" jawab ku pelan.

Tante jen terdiam hingga beberapa menit. Lalu ia bersuara. Ia tak banyak berkomentar ataupun memberi arahan sepanjang masalah yang sedang aku hadapi.

"Istikhoro nak" balas tante jen lalu menarik tubuh ku kembali dalam dekapnya.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang