Munakahad

14 1 0
                                    

Ada secercah harapan
kala langit mulai menyingkap kegelapan
Saat diri telah terhanyut dalam ruang keputus asaan
menghimpit nya dalam jurang ketidak beradaan.

Sentuhan embun dengan lembut membasahi ruang-ruang kegersangan
semilir angin menyusuri menambah kesegaran
pada jiwa yang sedang meronta
merindukan dekapan hangat penguatan.

Cuitan burung mungil bersahutan kokokan ayam jantan terdengar memberi nada penegasan
Pada raga yang mulai jengah
padahal sukma telah meraung menuntut kebangkitan.

"Boleh aku kembali meminta tuhan agar jodoh ku adalah dia, boleh aku kembali menjadi bocah ingusan yang tak paham akan arti rasa cinta yang seolah telah merasuk dalam jiwa ini mengalir dalam darah." ucap ku lirih.

"Jika dia benar jodoh mu nak, maka dia akan datang tanpa kau minta, dan jika bukan maka ia akan pergi tanpa kau minta. Percayalah. Umi tak akan memaksa mu untuk menjadi pendamping pras" pungkas umi.

Metamorfosa telah merubah segalanya, kisa cinta dan harapan itu sudah sirnah menjadi debu-debu jalanan yang tak ada artinya.

30menit mendatang keluarga mas pras akan menuju kediaman ku. Diri ini dalam hitungan jam akan menjadi seorang istri, istri seseorang yang sama sekali tak ku kenali.

Apa yang sedang aku sedihkan saat ini? Aku justru akan mendapatkan seorang anak dengan keturunan orang terpadang. Bukankah itu impian semua orang? Mengapa justru diri ini seolah menolak semuanya.

Suara rombonga mobil telah terdengar di bawah. Tante jen mengetuk pintu meminta ku agar segera turun ke ruangan bawah.

"Ku mohon tuhan engkau lebih tahu apa yang hati ini inginkan. Walau ku tahu sesuatu yang buruk bagi ku belum tentu buruk di mata mu"

Perlahan menuruni anak tangga. Dan kini diri ini telah duduk tersipuh di sampingnya.

"Bagaiman Kedua mempelai telah siap?" Tanya bapak penghulu

"Hm" jawab ku pelan

"Baiklah jika sudah maka ada baiknya acara ini segera kita mulai" tutur penghulu itu kembali...

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang