Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi

1 | Jalan Di Tempat

40K 2.7K 133
                                    

Kemeja batik perpaduan warna salem dan hijau mint, blazer dengan warna salem, celana dasar putih serta kerudung polos berwarna hijau mint melekat sempurna di tubuh perempuan yang sibuk memusatkan pandangannya pada layar komputernya. Sesekali dilihatnya ponselnya. Sudah pukul 12.35 tapi tidak ada pemberitahuan apa pun.

Rengganis A. Satya, nama pada nametag yang menggantung di lehernya segera dilepaskannya. Perempuan itu meregangkan badannya, memutarnya ke kanan dan ke kiri. Dilihatnya kursi rekan kerja di sebelahnya yang sudah kosong. Pandangannya mengedar ke sekelilingnya. Kosong juga. Orang-orang sudah lebih dulu beranjak istirahat.

"Mau istirahat, Nis?" tanya Faisal dari ambang pintu dekat meja mereka.

Ganis mengangguk. Tangannya mengusap kedua matanya yang memerah, menguceknya.

"Yang jumatan udah pada beres kan, Sal?" ucap Ganis seraya merapikan meja kerjanya.

Faisal mengangguk, "Udah. Nih, buktinya aku udah di sini. Aku juga salat jumat tau, Nis ...." katanya berlagak tersinggung.

"Aku nggak nanya," Ganis menaikan bahunya, tak peduli.

"Tapi aku mau kasih tau aja," sahut Faisal sebal.

Ganis hanya terkekeh melihatnya. Tiga tahun mengenalnya dari zaman training, sampai tiga bulan lamanya menjalin hubungan pacaran dengannya, Faisal tetap sama. Cowok itu lucu. Menyenangkan. Amat sangat. Kadang Ganis tak paham kenapa dulu mereka bisa menjalin hubungan. Karena nyatanya, setahun ke belakang, selepas Ganis dan Faisal memutuskan untuk berteman saja, hubungan mereka terasa lebih baik. Justru lebih menyenangkan dibanding sebelum berpacaran.

Bangkit dari duduknya, Ganis beranjak dari kubikelnya. Ponsel pada genggamannya dimasukkan ke dalam saku blazer. Tak sampai 10 detik, benda pipih itu bergetar, memanggil-manggil untuk kembali diambil.

Pabim's calling ....

"Wah beneran udah salat jumat-nya," Ganis melihat gawainya, membuat Faisal mendelik padanya. "Aku istirahat dulu, ya, Sal," pamitnya. Perempuan itu segera keluar dari ruang kerja divisinya.

"Halo, Pabim ...." sapa Ganis lebih dulu pada sang kekasih. Dia melewati seorang sekuriti perempuan yang duduk di meja dekat lift, tersenyum kepadanya.

"Kamu di mana?"

"Ini, udah mau masuk lift, kok."

"Oke. Aku tunggu di depan, ya!"

Klik. Panggilan pun terputus. Ganis kembali mengantongi ponselnya. Menekan tombol panah ke bawah, pintu lift langsung terbuka. Tidak ada yang memakai lift tersebut. Lift yang dikhususkan untuk orang-orang manajemen ECO Mall. Di dalamnya pun Ganis hanya sendirian. Lift manajemen, satu-satunya tempat yang membuat Ganis mau sendiri. Mau tak mau lebih tepatnya.

Keluar dari lift Manajemen, Ganis langsung melihat keramaian. Ganis melewati deretan toko resmi merek ponsel terkenal yang meramaikan pencahayaan Mal dengan lampu neon besar yang dipajang di depannya. Banyak SPG yang menyodorkan brosur ponsel keluaran terbaru pada pengunjung yang melewati toko. Ganis juga tak terhindar dari sodoran itu. Namun, dia menolak.

Tak ingin berlama-lama menunggu lift yang juga bisa digunakan pengunjung, Ganis menuruni eskalator. Tiba di lobi, Ganis cepat-cepat melangkahkan kakinya keluar gedung ECO Mall. Punggung berbalut jaket kulit hitam langsung menyambut pandangannya. Ganis melangkah pelan, memanggil sang pria yang tampak fokus ke jalanan. Pria itu pun langsung menoleh, mengulas senyumnya pada Ganis yang sudah berdiri di sampingnya.

"Dari tadi?" tanya Ganis sebelum mereka menyeberang.

"Enggak juga. Baru, sih. Udah jumatan langsung ke sini," jawab Bimo. Dia menarik lengan blazer Ganis, mengajaknya menyeberang.

InspirasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang