Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

2 | Mungkin Semesta Sedang Ingin Bermain

25.8K 2.3K 65
                                    

Setelah kejadian suram enam tahun yang lalu, Ganis sama sekali tak pernah menghindari Ajun. Lagi pula, bagaimana bisa? Di acara keluarga sudah pasti dia akan bertemu Ajun. Saat ibunya meminta tolong padanya untuk mengantarkan makanan untuk Uwak Yana yang tak lain adalah ayahnya Ajun juga kakak dari ibunya Ganis, dia pasti bertemu Ajun. Atau saat Ganis bermain ke rumah Eyang Farida, tak jarang Ganis bertemu Ajun di sana yang tengah mengantarkan Uwak Nurul, bundanya.

Hanya saja, saat berhubungan dengan Bimo, rasanya semesta membiarkannya benar-benar melupakan perasaannya pada Ajun. Hanya ada Bimo yang semakin dikenalnya, sampai hubungan mereka terjalin hampir setahun lamanya. Tak ada Ajun di sekelilingnya yang jadi bayang-bayang hubungannya dengan Bimo seperti hubungan Ganis dengan mantan-mantan sebelumnya. Perbandingannya 1/30 Ganis bertemu dengan Ajun. Kakak sepupunya itu disibukkan dengan pekerjaan barunya, mengelilingi kawasan di Jawa Barat untuk memasang jaringan setelah sebelumnya hanya keliling Gerai Welkamsel di Jawa Barat. Itu sebabnya Ganis cukup kaget melihat Ajun di gerai Welkamsel ECO Mall jumat lalu.

Sudah seminggu berlalu dari saat Ganis melihat Ajun, sampai akhirnya pagi tadi pria itu mengiriminya pesan untuk makan siang bersama, yang berarti kalau Ajun tengah di ECO juga hari ini. Bukankah berarti kalau ada kemungkinan Ajun menetap di ECO seperti yang dikatakannya jumat lalu? Bukankah itu juga berarti kalau Ganis akan sering bertemu dengannya?

Hah! Harusnya Ganis tak perlu risau. Faisal benar. Selama ini Ganis sudah sangat hebat menghadapinya. Biasa saja, seakan-akan tidak pernah ada kejadian yang membuat Ganis berpikir untuk menarik diri dari Ajun yang notabene kakak sepupunya sekaligus pria yang dikaguminya. Seharusnya yang Ganis risaukan sekarang adalah hubungannya dengan Bimo. Ini sudah seminggu berlalu dari terakhir kalinya dia bertemu Bimo. Seminggu juga Bimo tak mengirimi Ganis pesan ataupun telepon. Terpikirkan oleh Ganis kalau pertemuan terakhir mereka memang tak begitu baik. Tapi, ini yang terparah selama 11 bulan hubungan mereka.

Rengganis Arumina Satya

Pabim sibuk apa hari ini?

Aku pingin telepon

Lagi capek nggak?

Kembali, Ganis mengecek pesan yang semalam dikirimkannya pada Bimo. Tidak ada jawaban sama sekali. Jangankan jawaban, tanda centangnya pun masih berwarna abu-abu. Ganis tidak bisa melihat tanda jam terakhir online Bimo karena Ganis sendiri menon-aktifkan mode tersebut. Menon-aktifkan sekarang, Ganis juga tidak mau. Dia takut sakit hati. Takut juga kalau kenyataannya benar, Bimo mengabaikannya. Biar sementara ini Ganis berspekulasi kalau Bimo sedang butuh waktu. Ganis mengerti. Bukankah wajar, kalau setiap hubungan mengalami masa-masa seperti ini?

"Enggak istirahat, Nis?" tanya Faisal yang baru kembali dari salat jumat.

"Mau, ini, Sal," jawab Ganis seraya bangkit dari duduknya.

"Makan di mana?"

"Di SPK."

"Sendiri?"

Ganis menggeleng terbata. Kemudian dia menjawab, "Sama Kak Ajun."

Mulut Faisal membentuk huruf 'O'. Cowok itu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menggeser berdirinya, memberi jalan untuk Ganis lewat.

Ganis cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju Kedai masakan sunda untuk memenuhi janjinya dengan Ajun.

Ganis mengedarkan pandangannya saat memasuki kedai. Senyumannya terulas mendapati Ajun. Sebuah laptop di hadapannya semakin memperjelas kelelahan yang tergurat di wajah pria itu.

"Kerja mulu, Pak!" seru Ganis sambil menepuk pundak sang pria.

"Ngaca!" timpal pria itu yang langsung disambut kekehan Ganis. Gadis itu menarik kursi di seberang pria semerawut itu, kemudian duduk, menyimpan dompet dan ponsel yang dibawanya di sisi kiri tangannya.

InspirasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang