"Selamat lebaran kurban Aleea! Selain sapi, apa yang kau kurbankan kali ini?"
Ia mengejutkan ku lagi, tak pula berhasil lagi. Aku menarik napas, guna menjawab pertanyaannya, namun segera ia menyela.
"Ah! Sebaiknya jangan bilang kau ingin kurbankan perasaan, atau hati, atau apalah sejenisnya. Aku muak dengernya semua orang melesetin begitu."
"Kau lupa aku siapa, Zhar?"
"Kau Aleea, sahabat dari saudara Zharfan nan tampan."
"Kamu fitnah, Zhar."
"Kamu bukan sahabatku, begitu?"
"Bukan, kamu fitnah tentang Zharfan nan tampan. Tampan dari mananya?"Ia memutar bola matanya sembari terkikik kecil.
"Baiklah, apa yang kau kurban kan kali ini?" Zharfan sedikit memukul meja, semangat.
"Zhar, basi deh. Aku gak kurbanan selain kurban sapi tahun ini."
"Ah, gak asik Lee"
"Kau? Apa yang kau kurbankan?"
"Impian yang sia-sia kayanya, saatnya aku menyusun impianku kembali"
"Impianmu memang tak pernah dzohir, kabur Zhar"Ia terkikik kecil lagi.
"Sekali lagi Lee, apa yang kau kurbankan kali ini?"
"Mau ku jawab serius?"
"Iya dong!"Aku menatap lawan bicaraku, air wajahnya seketika dibuat serius.
"Aku kurbankan tiga tahunku yang mencintai dengan diam sahabatku satu-satunya, aku biarkan itu tetap menjadi kesalahan yang menyenangkan."
Jantungku mulai gaduh. Lawan bicaraku bungkam, air wajahnya ketat berjaga-jaga. Kami saling mematung.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.Aku terkikik sembari mengatur jantungku yang hampir lompat. Ku atur air wajahku menjadi tenang kembali.
"Jangan dianggap serius Zhar." ujarku sembari mengalihkan pandangan. Ia melepas napas panjang.
"Aku kira kau serius Lee, ternyata memang aku sendiri yang punya rasa, disini"
DEG
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANKOLIA
Nouvellesme·lan·ko·lia /mélankolia/ n kelainan jiwa yang ditandai oleh keadaan depresi dan ketidakaktifan fisik