Sudah Bukan Benah

248 6 0
                                    

Badai datang mendadak pada diriku, pikiran kumulai porak-poranda. Hatiku mulai bersepai.

"Lalu kau memilih sudah tanpa membenah?"
Lawan bicaraku masih diam menunduk.

"Aku kian tak memahami dirimu. Kau, sangat menutup. Terdengar seperti dalih memang, tapi ini nyata" tuturku serak.

Ia masih menunduk diam, terdapat usaha mati matian menahan bendung didalam diamnya.

"Mari kita benah. Apa apa yang menjadi kesah mu terhadapku mari keluarkan. Hentikan kelakuan memendam yang sejauh ini kita lakukan. Kau cukup banyak menutupi diri dariku, membuatku gagap untuk menyelamimu. Berikan jalan untuk aku tau mau mu."

"Paham kah kau? Dirimu lah alasan aku menutup diri. Sebab aku, tak merasa kau berlakukan ku bahwa ku, kau miliki."

Aku diam, kini aku menjadi si salah.

Baiklah, ia memilih sudah, aku memilih benah. Kami memang tak pernah searah. Inikah waktu ku menyerah?

MELANKOLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang