Regina datang dengan tas dan buku pelajaran di tangannya, respon pertama yang dia dapatkan saat dirinya memasuki kelas adalah tawa renyah Haiga. Regina penasaran, apa yang membuat Haiga tertawa begitu renyah di pagi hari. Dia pun segera berjalan kearah kumpulannya itu.
"Kalian ngapain, kok ketawa sendiri?" Tanya regina sembari meletakkan tas dan buku nya di meja belakang Haiga, kemudian beralih menatap teman-temannya.
"Regina, gue kira lo dikelas IPA-1! Kenapa lo disini?" Bukannya menjawab, Fanesya malah histeris bertanya Regina.
Regina mengambil kursi lalu menyeretnya untuk duduk lebih dekat dengan kumpulannya.
"Salahkan Pak Kenan, masa waktu gue tanya, kenapa gue gak masuk kelas IPA-1, dia malah jawab, 'kalo kamu ga suka peraturan saya, silahkan cari sekolah lain' dia bilang kaya gitu, pengen banget gue suruh dia lari keliling lapangan, biar kurus tuh badan ." Regina bercerita dengan serius, walau terlihat dari nada bicaranya dia sedikit kesal.
"Kuy, bakar kantor dia." Sahut Viko.
"Atau coret-coret aja mobil baru dia pake cat." Fanesya juga tampak bersemangat, seingatnya sudah lama dia dan teman-temannya melakukan hal nakal.
"Jangan, kalo ketahuan, gue yang kena marah, dan bisa aja Regina dikeluarkan." Tolak Sangap, Regina mengangguk membenarkan kata-kata Sangap.
"Cemen lu," ejek Haiga.
"Gue, terserah kalian aja, kalo kalian bandel gue ikut, kalo kalian baik gue jadi baik juga." Kata Luister.
"Jangan selalu ikut- ikut prinsip orang Luis, nanti lo ga bisa nentuin prinsip lo sendiri." Ucap Fanesya.
"Asek, kakak kita udah mulai bijak, nih." Ucap Haiga diiringi tawanya.
Regina,Luister,Sangap danViko juga tertawa,sangat jarang Fanesya mengatakan kata-kata seperti itu.
Fanesya mendengus kesal, sudah dua kali dia di ejek dan ditertawakan teman-temannya.
"Btw, lo bukannya harus ngurus MOS, kok gak ke lapangan?" Tanya Regina sambil mengalihkan pembicaraan, tak ingin Fanesya terlalu ter-bully.
"Boring, biarin aja si Louis yang ngurus MOS, gue udah terlalu bosan nunggu ospek selesai." Jawab Sangap kalem, tak ada nada bersalah karena melimpahkan tugasnya pada wakilnya, Louis.
"Memang, ga ada apa, anak baru yang cantik?" Tanya Viko.
"Yah, palingan yang pake make-up tebel-tebel kaya tante girang, kebanyaan sih gitu, pokoknya tahun ini gak menarik." Tegas Sangap.
Percakapan mereka berhenti ketika bel masuk berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah, sudah terlalu banyak waktu yang mereka habiskan untuk berbincang dan bercanda.
Awalnya rencana mereka setelah ini adalah bolos, karena mereka yakin bahwa di hari pertama sekolah guru pasti akan sibuk rapat, membahas tentang persiapan belajar tentunya.
Nyata-nya, Bu Hani selaku wali kelas XI- IPA- 2 datang dengan penggaris panjang di tangan kirinya, semua murid bergidik ngeri. Bu Hani datang dengan tampang garangnya, serta sifatnya yang sangat taat pada peraturan, membuat dia dinobatkan menjadi guru killer seantero sekolah.
Fanesya melihat kearah teman-temannya, dengan gerakan mulut, Fanesya berkata, "Hari ini kita gagal."
Ke-lima teman nya membalas dengan anggukan lesu.
Hancur sudah rencana mereka melarikan diri.
__----____________-----_________________________________----_______________----______-
HELLO GUYS...
rindu gak sama Fae?
pasti rindulah, ya kan.
Fae udah jarang on nih, soalnya tugas sekolah selalu minta buat di kerjai. Ini tangan udah kram, ngerjai semua tugas.
capek bunget,
(malah curhat)
follow akun ini, jika kalian suka cerita Fae.
kalian juga boleh nambah ide buat cerita ini, komen aja.
vote dan komen yang banyak guys.
Fae banyak bacotnya, walaupun yang baca baru sedikit.
REGINA INTISYA
KAMU SEDANG MEMBACA
My squad
Teen Fiction"Kelompok gue, yang gue cinta, kembali seperti semula." Ini cerita tentang persahabatan gila, Tentang Fanesya, Haiga, Regina, Luister, Sangap, dan Vicho yang sukanya gosip bareng, ketawa bareng, kena marah bareng. Hobi squad ini masuk BP, selfie, c...