Fanesya terbangun dari tidurnya, dia menggerang karena pusing melandanya di pagi hari. Fanesya memijat pelipisnya, berharap rasa sakit di kepalanya berkurang. Kemudian, Fanesya mengedarkan pandangannya, ini bukan kamarnya. Matanya memicing memperhatikan setiap sudut kamar ini, kamar ini rapi, dengan nuansa putih dan kuning pastel.
"Kamar Regina." Ucap Fanesya, pelan.
Fanesya bangkit, berjalan sambil memengangi tembok, takut tiba-tiba tubuhnya ambruk.
Setelah mengelilingi rumah Regina, Fanesya tak menemukan seseorang di rumah ini, hanya ada dirinya. Fanesya pasrah, kemudian beranjak ke dapur, perutnya lapar, belum di isi sejak tadi malam.
Ngomong-ngomong, tadi malam Fanesya berada di bar, setelah keluar dari rumah kecilnya semalam, Fanesya mengendarai mobilnya dan pergi ke bar. Dia tidak mabuk, tidak meminum alkohol setetes pun. Tapi, kenapa di pagi hari, Fanesya menemui dirinya sudah di rumah Regina.
Ini, aneh.
Fanesya berusaha mengingat, melupakan sejenak perutnya yang lapar. Tapi suara keroncongan yang keluar dari perutnya membuat Fanesya harus beranjak dari tempat duduknya dan mulai memasak. Saat ingin membuka kulkas, ada memo yang tertempel di sana.
Kalo lapar, ada mie instan.
Soalnya nasi gorengnya udah gw abisin ;v
Tinggal masak aja, pake oven.
Ovennya di ujung dekat rak piring.
Sorry, karena gak bisa nemenin lo makan,
Jangan manja.
-Regina-
Fanesya tersenyum, segalak- galaknya Regina, dia punya hati yang luar biasa baik dan peduli. Setelah itu, Fanesya mengambil mie instan tersebut dan memasukkannya ke dalam oven selama tiga menit.
Gadis ini mendesis pelan, kala kepalanya berdenyut kuat. Fanesya menunduk, sambil mengurut pelipisnya. Sekilas melirik plat P3K, yang terpangpang di lemari atas. Pelan-pelan, kaki Fanesya melangkah, membuka kotak P3K dan mencari obat.
Setelah makan dan meminum obat, Fanesya kembali ke kamar Regina, mencari ponselnya. Dia duduk di tempat tidur sembari mengutak-ngatik ponselnya, mengirimkan sebuah pesan pesan.
Fanesya: Gue titip obat sakit kepala sama nasi warung, pulang sekolah tolong sebentar mampir ke rumah regina.
To: Sangap
Fanesya merebahkan tubuhnya, menghela nafas singkat, tak lama kemudian sebuah notifikasi muncul.
Sangap: Sip
Fanesya: Makasih.
Fanesya memejamkan matanya bermaksud untuk tidur kembali. Tapi, di urungkan niatnya tersebut, dan segera melangkah menuju ke kamar mandi melihat hari semakin siang.
---o0o---
Fanesya menganga tak percaya, dia hanya menyuruh Sangap untuk mampir dan memberikan titipannya. Tapi, segerombol orang malah datang dan membuat kegaduhan, siapa lagi kalau bukan, Haiga, Viko, Luister, dan Regina, mungkin.
Fanesya pasrah, mengusir pun tak ada gunanya, karena ini bukan rumah miliknya. Jadi, dia membiarkan teman-temannya masuk, seperti suruhan tuan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My squad
Teen Fiction"Kelompok gue, yang gue cinta, kembali seperti semula." Ini cerita tentang persahabatan gila, Tentang Fanesya, Haiga, Regina, Luister, Sangap, dan Vicho yang sukanya gosip bareng, ketawa bareng, kena marah bareng. Hobi squad ini masuk BP, selfie, c...