12

225 40 5
                                    

Shun menghentikan kunyahannya, ketika merasakan kedatangan Dark Knight di belakangnya. Tulang-tulang di jarinya bergemeretuk ketika ia memainkannya, sebelum akhirnya ia kepalkan, dan bermanuver cepat dengan posisi meninju ke arah Dark Knight. Memakai refleknya, Dark Knight menyatukan kedua pedangnya di dadanya sebagai perisai, dan termundur ke belakang untuk beberapa centi.

"Blast Punch! Blast Punch! Blast Punch!"

Liar, Shun memukuli Dark Knigt yang tengah bertahan dengan pukulan cepat dengan kedua tangannya—secara bergantian—menimbulkan percikan api, ketika bertubrukan dengan zirah Dark Knight. Tak tinggal diam, Dark Knight berusaha membalas dengan mendorong kedua pedangnya—dalam posisi bertahan—namun, sebaliknya Shun—dapat dengan mudah membaca serangannya, dan melepaskan sebuah uppercut telak di dagunya.

Dark Knight mengeram keras seraya mendongakkan kepala, diangkatnya kedua pedang besar di tangannya, lalu di tebaskannya secara vertikal ke arah Shun. Dua larik gelombang ungu kehitaman meluncur cepat, namun Shun lebih dulu menyelam, sebelum serangan tersebut berhasil mengenainya. Mendayung kakinya cepat, Shun berenang cepat di bawah kaki Dark Knight, lalu menariknya masuk ke dalam pasir.

Dark Knight yang kaget, tanpa sengaja menjatuhkan pedang di tangan kirinya, sedang pedang di tangan kanannya—ia tancapkan tuk menopang tubuhnya. Sembari menarik kaki Dark Knight, tak lupa Shun membakar kedua tangannya dengan api yang terus menjalar—membakar tubuh Dark Knight layaknya sapi panggang.

"Undead lagi? Siapa yang memanggilnya!?" gumam Shun, yang tengah membakar dengan bara nurani. "Akan kucari dia, nanti. Setidaknya setelah memakan tulang kering ini...."

*****

"Lagi...."

Hirasawa berkeringat dingin, ketika merasakan hubungannya dengan Dark Knight tiba-tiba menghilang. Ingatan dari Dark Knight mengalir deras memasuki kepalanya, bayangan pertarungan mereka, membuat Hirasawa sedikit bergidik karena cepatnya pertarungan itu berakhir.

"Aku harus mundur, aku sendiri tak mungkin mengalahkannya saat ini ... aku harus segera kembali. Setidaknya, dengan bantuan yang lain—mungkin saja, ia dapat dikalahkan," ucap Hirasawa, seraya berbalik mundur.

Belum lama ia melangkah, suara batang ranting patah membuat perhatiannya teralih. Mata hitamnya, menyusur sudut gelap—di mana suara itu berasal, dan menangkap sosok seorang pemuda yang tengah bersembunyi dari balik bayang-bayang sudut gelap sebuah bangunan.

"Keluarlah! Aku tahu kau di sana!" teriak Hirasawa, seraya membentuk lingkaran sihir penyerangan di depan tubuhnya.

Sosok itu berjalan pelan—keluar dari bayangan tempatnya bersembunyi—dan bergumam pelan pada dirinya sendiri, "Ketahuan, kah...."

Rambut kuning pucat agak panjang, manik merah, dan kulit pucat menyambut Hirasawa dalam kekagetan. Awalnya, Hirasawa pikir orang tersebut adalah seorang [Ghost Blade] handal yang telah bertahun-tahun melatih job-nya ... siapa sangka, kalau sosok tersebut adalah seorang pemuda yang usianya tak terpaut jauh dengannya.

"Siapa kau!?" hardik Hirasawa sembari memunculkan sebuah bola hitam, dari lingkaran sihir di depannya.

"T-Tunggu! Jangan terlalu buru-buru ... aku hanya ingin berunding," balas pemuda berambut kuning pucat seraya mengangkat kedua tangan.

"Apa maumu!? Katakan, siapa kau!?" bentak Hirasawa, masih bersiap dengan bola sihir hitam di depan tubuhnya, dan menjaga jarak.

"Namaku, Rin. Aku tak ingin bertarung denganmu ... aku menawarkan pekerjaan untukmu," balas pemuda berambut kuning pucat tersebut.

"Pekerjaan!?" Hirasawa sedikit tertarik, dan membuyarkan bola sihir hitam yang muncul di depannya, namun tak menurunkan penjagaannya.

"Benar! Bekerjalah untukku, dan bantu aku mengalahkan orang yang di sana itu," ucap Rin seraya menunjuk tepat ke arah hamparan pasir di kanannya.

"Bekerja!? Apa aku tak salah dengar!? Kau bisa membayarku?" kata Hirasawa, meragukan.

"Tenang saja, aku akan membayarmu di muka saat ini juga."

"kau bercanda!?"

"Berikan ID-mu, akan kukirimkan 1.000 BTC ke dompetmu."

"Apa kau serius!?"

Hirasawa mulai goyah, lingkaran sihir di depan tubuhnya perlahan hilang, dan konsentrasinya menjadi kacau. Seribu BTC adalah penghasilannya selama 3 bulan, itu pun jika misi di Guild sedang bagus-bagusnya. Tawaran Rin memanglah terdengar menggiurkan, namun tetap saja Hirasawa masih meragukannya—mengingat penampilan Rin yang lebih muda darinya.

"2.000 BTC," Hirasawa menawar.

"Baik, tapi dengan jumlah itu ... kau juga harus menjagaku hidup-hidup ketika pertarungan nanti, jika aku mati ... uang tersebut akan kuambil kembali."

"Memang bisa? Kau mampu melakukannya!?"

"Aku tak bisa melakukan itu, namun aku punya kenalan di bank central yang bisa melakukannya. Bagaimana? Deal?"

Rin menjulurkan tangannya tuk bersalaman di hadapan Hirasawa.

"Deal. ID-ku, Satou Hirasawa."

Mereka berdua bersalaman, sebagai tanda perjanjian mereka ... tak lupa setelahnya, Rin segera membuka interface gelang hitam di tangan kanannya, dan melakukan transfer ke ID Satou Hirasawa sebagai uang muka. Tak berapa lama, notifikasi di gelang Hirasawa berbunyi ... antusias Hirasawa membuka pesan tersebut, dan terkejut bukan main—ketika melihat jumlah angka yang jauh dari kesepakatannya.

"2.500!?" kaul Hirasawa, melotot melihat nominal uang di layar hologramnya.

"Anggap saja itu sebagai bonus, akan kutambah nanti ... jika ujian ini telah selesai," balas Rin enteng, sembari menatap sisa uangnya yang masih tersisa, dan menutupnya.

"Kau benar-benar kaya! Baiklah, aku akan membantumu!" ujar Hirasawa kegirangan, sembari menatap Rin yang tengah menyilangkan tangan—mengamati ekspresinya.

"Yah, kau bisa berterima kasih nanti ... sekarang, kau summon 'lah undead-undead tuk menyebar ke arah mata angin—mengitari padang pasir panas itu!"

Mimik Hirasawa tertekuk, sepertinya Rin tak sadar kalau undead lemah terhadap sinar matahari ... dan mana-nya tak cukup untuk memanggilnya. Tak mungkin ia tuk menolak perintahnya, setelah ia memberikannya uang padanya ... mengulur waktu bukanlah kebiasaannya, karena itulah ia memutuskan untuk berterus terang, dan mengatakan tentang kerjasamanya dengan kelompok Makoto.

"Begitu, ya...." Raut Rin menunduk memikirkan sesuatu, setelah Hirasawa bercerita padanya. "Dia punya kemampuan seperti itu kah? Kalau begitu, ini cukup susah ... kita butuh pengguna sihir air tuk menetralkan kemampuannya."

"Kau benar, Rin-sama. Karena itulah, kita harus bekerja sama dengan mereka ... aku yakin mereka juga akan mengerti," ucap Hirasawa merendah, dengan maksud tersembunyi.

"Bekerja sama bukanlah kesukaanku, dan bekerja sama sangat rawan dengan penghianatan. Menurutmu, apa mereka juga mau bekerja untukku, demi beberapa ribu BTC juga?"

"Soal masalah itu, aku tak begitu mengerti, Rin-sama. Mungkin beberapa akan menolak, tapi kebanyakan dari mereka merupakan petualang ... aku yakin mereka akan menerimanya."

"Hmm, kalau begitu kuserahkan padamu ... aku akan menunggumu di sini, jika kau berhasil akan kutambahkan 1.000 lagi."

"Benarkah? Terima kasih, Rin-sama!" Hirasawa membungkuk hormat, lalu pergi dengan antusias.

Ketika sosok Hirasawa telah menghilang, Rin kembali membuka interface gelang hitamnya. Dan mengirimkan pesan pada asistennya di TC tuk mengirimkannya 1.000.000 BTC lagi. Meski saat ini, ia telah membawa 497.500 BTC di dompet virtualnya.

"Kuharap kami bisa menang, tanpa harus menggunakannya," gumam Rin sembari menyibakkan jubah hitam yang ia kenakan—memampakkan sebuah sabuk logam dengan berbagai gantungan di pinggangnya.

Menjadi Karakter Cacad Di Dunia Lain Bersama Adik Malaikat Tak Berguna! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang