7. So Crazy

26 7 48
                                    

Decitan pintu terbuka tanda seseorang di dalamnya harus silih berganti memasuki ruangan tersebut. Renjun mengusap wajahnya pelan dan bergegas ke kamar mandi khusus para dokter untuk membersihkan diri agar badannya terasa lebih segar.

“Kau bisa menggantikan aku sekarang. Selamat bersenang-senang di shift malam!” Ucapnya setelah bertemu Key selaku residen baru dengan bagian pelayanan yang sama dengan Renjun.

Renjun berjaga di Poliklinik Orthopaedi dan Traumatologi setelah disambut dengan meriah oleh rekan-rekan kerjanya karena statusnya yang beganti menjadi Ketua Dokter di bagian tulang. Ya.. setelah berbicara serius dengan Kepala Rumah sakit alias Direktur Utama.

Memikirkannya kembali saja sudah membuatnya pening! Ah benar-benar.. Jika saja orang tua itu bukan orang yang memberikannya upah dan pekerjaan, ia bisa saja mematahkan salah satu tulang di punggungnya. Renjun kesal sekali.

Ya! Air dingin ini adalah yang dibutuhkannya! Selain untuk mendinginkan badannya, ini cocok sekali untuk mendinginkan kepalanya agar tidak berpikir kurang ajar seperti tadi!

Renjun benar-benar kelelahan..

Flashback on

TOK TOK

Dua kali ketukan pada pintu baru saja Renjun lakukan setelah setengah jam berpikir. Ini pukul setengah 12 siang, apa Renjun benar-benar tidak mengganggunya?

Bagaimana jika ketua sudah pergi untuk makan siang lebih dulu? Atau ketua tidak mau diganggu karena pekerjaan yang sedang menumpuk, atau dengan yang lainnya.

Renjun benar-benar takut jika dipecat karena mengganggu ketuanya. Aaa.. Ia tidak mau! Sama sekali tidak.

Kukunya ia gigiti karena merasa gugup, jika saja ada sepotong wafer, ia pasti akan menggigiti wafer tentu saja.

"Masuk."

Renjun langsung membuka pintu di depannya tentu saja, ah kemana pula sekertaris ketuanya ini. Renjun bahkan dibiarkan menanggung rasa canggung dengan hawa menegangkan di sekitarnya bersama ketuanya ini.

"Permisi pak, apa bapak memanggil saya?" Renjun membuka suaranya, dengan tangan meremas snellinya kuat-kuat.

"Ah iya, bagaimana jika kita bicara sambil makan siang bersama?" ucapnya menawarkan. Tidak berpikir dua kali, Renjun menganggukkan kepalanya kuat-kuat. Masih takut jika ia menolak atau berkata salah sedikitpun ia akan langsung dipecat.

Renjun adalah dokter yang.. Huh, kalian bisa isi sendiri.

Restoran di dekat persimpangan jalan menjadi pilihan ketua. Renjun hanya bisa mengikuti kemauan atasannya itu. Namun jika ia diberi pilihan, Renjun pasti sudah menunjuk warung tegal di sebelah rumah sakit tentu saja.

Tidak ada yang bisa menandingi masakan Ibu Kuning. Begitu pikirnya. Namun tetap saja masakan nomor 1 di hatinya adalah masakan ibu.

Renjun tersenyum canggung, dan berkali kali mengucapkan terima kasih karena Ketua memuji pekerjaannya. Renjun adalah dokter baru di bagian Orthopaedi, alias bagian tulang. Ia diterima pasca terjadinya gempa bulan lalu.

Awalnya memang Renjun sempat di usir, karena berusaha masuk pada ruang operasi pasien yang memiliki luka yang cukup berat. Ia tahu dokter bedah dalam sedang mencari dokter tulang yang sedang kosong untuk gabung dalam tim operasi.

Renjun saja sempat berdecak, mana ada dokter tulang yang sedang kosong padahal banyak orang diluaran sana banyak yang luka akibat reruntuhan bangunan. Tentu saja pasien yang datang lebih banyak bermasalah di bagian tulang.

Only TemporaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang