9. Allow

11 4 24
                                    

Part ini menurutku lebih banyak dialognya.. Ah entahlah, semoga tidak membosankan kkk~ selamat membaca... ^-^

***

Davin bergegas dari tempat kerja, langsung menuju rumah sakit untuk menemui kakaknya. Karena kemarin Dokter Jun sudah memberitahunya bahwa besok, Sarah akan menjalani rawat jalan, dan berarti.. Sarah akan menetap di rumah. Titik permasalahannya adalah rumah –ah bukan, Davin lebih senang jika bangunan yang ia tempati disebut gubuk, memang tidak layak huni namun hanya disanalah Davin bisa melanjutkan hidupnya untuk sekedar mandi dan tidur. Dan bagaimana dengan Sarah? Davin tidak mungkin mengajak kakaknya untuk tinggal disana, mau bagaimanapun Davin ingin memberikan yang terbaik untuk proses pemulihan kakaknya, ya paling tidak Davin akan menyewa apartemen untuk mereka berdua tinggal, dan itu butuh sekitar 2 sampai 3 bulan ia mengumpulkan uang dari gajinya.

“Dokter Jun!”

Renjun menghentikan langkah saat Davin memanggilnya. Ia melambaikan tangannya ke atas tanda menyapa dan melebarkan senyuman hingga giginya terlihat –seperti orang bodoh. Ehm, ya begitulah. “Hei? Sudah makan?” Renjun merangkul bahu adik temannya itu seolah mereka adalah sahabat karib, padahal jika bertemu tidak jauh dari kata berkelahi, ah mungkin tawuran lebih tepatnya?

“Belum.” Davin menghela nafasnya, ia benar-benar harus meruntuhkan harga dirinya di depan Dokter menyebalkan ini agar kakaknya dibiarkan dahulu menetap di rumah sakit. Ya..., setidaknya 2 bulan agar ia dapat mengumpulkan uang untuk menyewa apartemen. “Dokter Jun, bisakah kakakku dibiarkan rawat inap dahulu? setidaknya sampai 2 bulan. Aku mohon...”

Renjun dilema. Di lubuk hatinya yang paling dalam, tentu saja Ia ingin Sarah dirawat hingga kondisinya benar-benar stabil dan dapat berjalan seperti semula. Namun, ini hari terakhirnya bekerja di rumah sakit otomatis ini adalah hari terakhir Sarah dirawat pula. Juga, jadwalnya setelah operasi Renjun akan cepat-cepat membawa Sarah keluar dari rumah sakit ini sebelum para suruhan ketuanya membawa Sarah seperti membawa seekor anjing. Hei! Siapa pula yang mau diperlakukan seperti itu?

“Tidak bisa Davin, kakakmu harus dibawa pulang. Aku akan membawanya nanti sore setelah aku melakukan jadwal operasi. Kau tidak perlu khawatir, kakakmu akan kubawa ke rumahku. Kau juga harus tinggal disana dan aku tidak menerima penolakan.”

Davin menganga. Tidak percaya dengan keputusan manusia duplikat mantan kekasih kakaknya itu. Setelah semua biaya rumah sakit Renjun tanggung, Renjun bahkan bersedia untuk membiarkan rumahnya untuk menampung 2 orang yang baru dikenalnya baru-baru ini. Dokter Jun ini sebenarnya baik, namun sifatnya itu terkadang membuat Davin ingin melemparkan ember pada wajahnya. Begitu menyebalkan.

Namun bagaimana? Satu sisi Davin tidak ingin merepotkan Dokter Jun agar tinggal di rumahnya, namun di sisi lain, Davin juga tidak ingin hutangnya pada Dokter Jun yang membayar biaya rumah sakit kakaknya itu semakin menggunung –ya sebenarnya Dokter Jun sudah menyuruhnya agar tidak mengungkit hutangnya lagi, namun tetap saja yang namanya hutang harus dibayar! Benar-benar manusia macam Dokter Jun ini membuat Davin merasa tidak enak, sebenarnya... Dokter Jun ini titisan apa?

Adakah opsi lain selain menerima ajakan –ah bukan, menerima perintah mutlak Dokter Jun agar tinggal di rumahnya?

“Kakak akan tinggal di rumahmu Dokter Jun, sedangkan aku tidak perlu kau pikirkan! Aku minta maaf karena telah merepotkanmu..”

Only TemporaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang