"Gua harus nembak Felia sekarang ? Lusa aja deh"
"Matt ! Ini udah ketiga kalinya elu ngulur waktu kayak gini. Enggak usah cupu, masalah di tolak atau enggak kan belakang. Udah pergi sana" kata sahabat ku, Brendan yang mendorong ku ke arah seorang perempuan yang berambut coklat panjang, tinggi putih dan cantik. Dia salah satu murid populer di sekolah ku dan banyak yang menggagumi dirinya, termasuk diri ku.
Aku menghampirinya dan dia melihat ku dengan tatapan terkejut, aku menghirup napas dalam-dalam dan mencoba membuka mulut
"Hey, gua suka sama elu sejak kelas 8. Mau enggak lu jadi pacar gua" kata ku dengan singkat dan jelas.
Perempuan itu terdiam dan memperhatikan ku dari bawah sepatu sampai keujung atas rambutnya lalu dia melihat mata ku lagi
"Gua enggak kenal sama elu jadi ... Maaf" katanya dan lalu pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menunduk lagi dan terdiam, Brendan langsung datang kepada ku
"At least you try, dont worry. there is always next time" kata Brendan dengan menempuk pundak ku
~~~~
" Oyyy Matt ... Bangun"
Aku terbangun dari lamunan ku, aku melihat ke arah asal suara dan ternyata hanya ada Brendan yang memanggil ku dari luar kelas, tidak ku sangka kalau aku melamun dari awal jam pelajaran ke 4 sampai waktu istirahat dan lagi pula kenapa aku harus mengingat masa kelam saat tiga tahun yang lalu itu, Brendan memanggil ku pasti karena ingin mengajak ku ke kantin. Mungkin lebih baik aku ikut dengannya dan mengalihkan pikiran ku.
Pada jam istirahat pertama selalu dipenuhi oleh murid-murid kelaparan, tetapi beberapa ada yang sekedar ngumpul ngumpul bersama temannya di kantin seperti geng anak-anak futsal, basket, gamers dan yang terakhir geng perempuan populer. Tentu saja di geng itu ada Felia ... cinta pertama ku
"Cie ngeliatin Felia lagi, susah amat sih lu move on nya haha" kata Brendan sambil tertawa sebentar lalu mengarahkan perhatiannya kembali ke makanannya.
Aku hanya diam dan mengalihkan pandangan ku kepada awan yang berhembus di langit, memang benar apa yang di katakan Brendan, aku sangat susah move on dari perempuan satu itu, Bukan lah hal yang mudah melepaskan perasaan yang ada selama lebih dari tiga tahun, berkali-kalipun rasanya tidak bosan memandang paras wajahnya yang manis, cantik dan rambut panjang coklat dengan poni yang menutupi dahinya, dia tidak hanya cantik tetapi juga pintar dalam bidang akademi dan olahraga, tentu saja dengan kesempurnaan seperti itu tidak sedikit laki-laki ingin mendapatkan dirinya termasuk aku tetapi, sepertinya sekarang itu hanya menjadi impian belaka bagi ku.
"Kenapa sih melamun mulu" kata seseorang di sebelah ku, aku menoleh ke arahnya dan tidak sadar ternyata kedua sahabat ku sudah duduk di meja bersama ku dan Brendan. Di sebelah ku ada Adel, dia perempuan berkacamata, berkulit putih dan rambutnya selalu di ikat kuda, mungkin dia pasti terlihat lebih cantik jika ikat rambutnya di lepas. Di sebrang meja, tepatnya di sebelah Brendan ada Sheila, dia juga tidak kalah manisnya dengan Adel, dia mempunyai rambut panjang dengan menampilkan dahinya dan entah mengapa hal itu membuatnya terlihat elegan
Kami mengenal mereka saat dua minggu yang lalu, waktu itu aku dan Brendan di ajak acara Blind date oleh anak Basket, karena ini pertama kalinya dan kita penasaran seperti apa maka kita menerima ajakannya, jujur pada awalnya, aku dan Brendan gugup namun tidak hanya kami berdua yang gugup, tetapi Adel dan Sheila juga, akhirnya kita memutuskan untuk menyapa mereka dan ngobrol sehingga sampai sekarang kita menjadi akrab.
"Euhmmm ... Enggak apa apa" kata ku tanpa menolehnya, mungkin karena lamunan ku tadi membuatku sedikit bad mood
"Biasa, si Matthew lagi galau tentang Felia" kata Brendan yang sedang terus makan tanpa henti
KAMU SEDANG MEMBACA
Matthew
RomanceKehidupan seorang anak SMA yang tidak tampan namun dia sangat menyukai seorang perempuan yang dia idamkan sejak tiga tahun yang lalu tetapi, sayangnya perempuan tersebut tidak mempunyai perasaan yang sama. Apakah Matthew akan menyerah atau dia akan...