Chapter 7

31 12 1
                                    


Jam pulang sekolah sudah berbunyi, aku sudah ada di depan gerbang sekolah untuk menunggu Brendan, kita sudah janjian untuk pulang bersama. Aku memperhatikan jam dengan gelisah, waktu sudah menunjukan jam setengah lima sore, aku sudah menunggunya sekitar tiga puluh menit dari waktu janjian. Kemana dia ?

Sesekali aku melihat Line dan Felia masih belum membalas chat ku tadi malam tetapi dia mengubah profile picturenya dengan quote "Love is blind and can be foolish", entah apa yang lagi dipikirkannya tapi pertanyaan yang ada di benak ku, apakah dia sedang marah sampai tidak membalas chat ku ? aku menghela nafas dan mengatakan ke diri ku sendiri, bahwa aku terlalu paranoid. Aku mendengar seseorang memanggil ku dan aku melihat kearahnya.

"Hey Matt, udah lama gak ketemu" panggil seseorang dengan rambut coklat ikal, mata coklat dan memakai kaca mata. Dia bernama Zane, orang blasteran Amerika dan Indonesia, memiliki wajah tampan yang di atas standard, pandai di segala bidang olahraga atau musik dan banyak dari mereka memberi julukan "Miracle" dia memang berbakat dan sempurna di mata banyak orang.

"Lagi nunggu Brendan ? Gua tadi liat, dia lagi di suruh remedial. Gak tau remedial apaan" kata Zane dengan mengunyah permen karet dan menawarkan ku permen karet

"Pantesan lama, mudah-mudahan sebentar lagi deh. Lu baru masuk hari ini?" tanya ku dengan membuka bungkus dan mengunyah permen karet yang dia tawarkan

"Iya, gua di panggil guru gara-gara minggu kemarin gak masuk sama sekali. Oh ya dateng kan ke Melvin's birthday party?" dia tanya dan aku mengganguk pelan. Jujur aku tidak menyangka pesta ulang tahun Melvin sangat terkenal sampai Zane yang jarang ke sekolah saja di undang. Bakal sangat aneh sebenernya, bila sampai Zane tidak di undang. Terlihat dari kejauhan Brendan berjalan mendekat dengan membuka beberapa kancing bajunya.

"Sorry telat Matt, abis remedial ujian Sejarah. Oh, hey Zane, udah lama gak ketemu. Gimana lu ama si Sarah ? Anak cheers " tanya Brendan ke Zane. Brendan, Zane dan aku memang sudah cukup dekat, kita bertiga sudah saling mengenal dari SMP, Brendan dan Zane punya banyak kesamaan, terutama tentang perempuan, mereka memiliki tipe yang sama dan pandai menarik perhatian kaum perempuan. Aku ? Jangan tanya, itu bukan bidang keahlian ku sama sekali.

"Sarah ya, dia mutusin gua dengan alasan yang tidak masuk akal, masa gua di bilang kebanyakan ngelirik cewek lain padahal ... " ada jeda dalam ucapannya.

"Padahal?" tanya Brendan dengan penasaran.

"Emang bener sih haha" katanya sambil ketawa dan di susul oleh Brendan, aku sama sekali gak ngerti bercandaan mereka berdua.

"Sore-sore gini ngomongin cewek, ngomongnya keras-keras lagi. Gak malu lu pada?" kata Adel dengan nada sinis, kita tidak sadar kalau dia dengan Sheila sudah di belakang, Brendan hanya ketawa canggung, Brendan tidak akan ngomong tentang hal itu kalau ada cewek yang dia kenal di dekatnya

Sheila dan Zane saling bertatapan sejenak, Sheila menatapnya dengan tajam, tanpa kata yang keluar dari mulutnya, bisa terlihat bahwa dia sangat marah dan kesal terhadap Zane, Zane yang hanya bisa diam mematung melihat mata tajam Sheila langsung membuang muka dan sedikit gelisah.

"Gu-gua jalan duluan ya. Bye" kata Zane yang yang langsung pergi pulang. Aku tidak tahu apa yang barusan terjadi.

"Tadi siapa ? Bukannya itu Zane ? Kalian kenal ?" tanya Adel dengan penasaran. Memang benar kita belum memberi tahu tentang Zane kepada mereka. Saat pertama kali kita cerita tentang Sheila dan Adel, Zane meminta untuk tidak mau menceritakan tentang dia kepada Adel dan Sheila, entah apa alasannya.

"Iya. Dia temen SMP gua dengan Brendan. Dia jarang masuk, jadinya kalau kami ceritakan. Kalian gak akan tau orangnya yang mana " kata ku menjelaskan dan tampaknya Adel cukup puas dengan penjelasan ku. Sheila terlihat masih kesal, apakah dia sudah kenal dengan Zane sebelumnya ? Entah lah. Aku tidak berani nanya langsung untuk sekarang. Aku dan Brendan melambaikan tangan ke mereka dan pergi pulang.

Di perjalanan aku melihat Felia yang sedang menunggu bus. Aku bilang ke Brendan, aku akan menyapa Felia dan meminta Brendan untuk tunggu sebentar. Aku berjalan menuju ke arah Felia dan sepertinya Felia belum sadar bahwa aku berjalan menujunya.

"Hey Felia, baru ketemu sekarang dari kemarin-kemarin" sapa ku dengan senyum, dia melihat kearah ku dan memberi senyum kecil. Entah kenapa, aku merasa ada yang beda, apa dia sedih karena Albert lagi atau emang lagi sakit ? Aku lebih baik bertanya ke dia.

"Hmm, kenapa Fel ? Kok kayaknya lemes hari ini" tanya ku penasaran. Dia membalas dengan menggelengkan kepala

"Gua gak apa-apa. Mood gua lagi enggak enak aja, akhir-akhir ini" katanya masih dengan senyum kecil, rasanya aku ingin memeluk dia erat dan berkata "Aku di sini. Kalau ada masalah cerita aja" tidak, aku tidak mungkin melakukan itu.

"Kalau ada apa-apa cerita aja Fel. Lu kan udah bantu bahasa inggris gua. Sudah selayaknya gua juga bantu lu " kata ku dengan semangat, walaupun enggak meluk dia. Setidaknya gua bisa memberanikan diri untuk bertanya dan menunjukan bahwa gua peduli dengan dia.

"Lu orangnya baik banget ya, eh Matt something bothers me, i need to to ask you something?" tanyanya dengan pelan dan memberikan senyum yang biasa dia berikan kepada ku. Baguslah, sepertinya aku memberi dia semangat walau hanya dengan kata-kata.

"Kalau itu pertanyaan yang bisa gua jawab. Pasti gua jawab" kata ku dengan percaya diri.

Saat Felia membuka mulut dan ingin bertanya, bus sudah berhenti di depan halte, Felia langsung bergegas masuk dan melambaikan tangan ke arah ku. Aku langsung memanggil Brendan dan melanjutkan perjalanan pulang.

Baru saja sampai di rumah. Handphone ku berdering dengan chat Line, awalnya aku berharap ada chat line masuk dari Felia, ternyata Zane.

"Matt bisa ketemu gak sekarang ? Di mall deket sekolah"

"Ngapain ? Baru sampe rumah"

"Gua pengen minta pendapat. Gua traktir kopi sama roti bakar"

"Sip gua 15 menit lagi on the way"

Siapa yang mau menolak roti bakar gratis ?


Picture of: ( All rights belong to their respective owners)

Picture of: ( All rights belong to their respective owners)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MatthewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang