Chapter 9

47 7 7
                                    

Bell pulang sekolah sudah terdengar, setelah guru memberikan salam penutup, aku membuka Line di HP dan pesan pertama yang ku lihat.

"Matthew, gua balik duluan, kayaknya gua butuh waktu sendiri hari ini. Mudah-mudahan besok mood gua udah ngerasa enakan"

Baru pertama kali ngeliat Brendan seperti ini, mungkin dulu pernah pernah sih dia bener-bener ngedown dan lebih dari ini. Aku sampai sekarang tidak pernah tahu alasan mengapa dia ngedown waktu itu, sebenarnya Brendan sendiri bukan orang yang selalu berbagi dan menceritakan masalahnya, apalagi tentang kehidupan percintaannya, dia selalu menyimpan semua masalah dan kesedihannya sendiri.

Di tengah perjalanan aku pulang, aku melihat Cindy dikelilingi oleh sekumpulan laki-laki, aku sedikit mengendap dan bersembunyi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi

"Enggak usah jual mahal gitu, udah sini ikut ama kakak aja. Kakak beliin minum deh nanti"

"Enggak mau ! Lu kira gua perempuan macam apa ?" Teriak Cindy yang berusaha melepaskan genggaman dari laki-laki berjanggut dengan pakaian topless itu.

Aku sekali lagi mengintip dan melihat keadaan, aku melihat tiga orang mengelilingnya, mereka bertiga berdiri sejajar, seandainya aja aku mendorong mereka bertiga lalu lari menarik Cindy, tapi bagaimana kedepannya nanti ? Bisa aja mereka mencari Dan meneror Cindy lagi, mungkin cara yang terbaik di situasi ini ...

Aku berjalan menuju ke arah mereka dan perhatian Cindy dan ketiga orang itu langsung tertuju ke arah ku.

"Cindy, lu kenal sama mereka?" tanya ku kepada perempuan dengan mata berwarna coklat, ketiga laki-laki yang mengelilingi Cindy langsung menatap ku dengan tajam.

"Lu siapa ? Berani-beraninya ngegangguin kita, lu enggak tau gua siapa?" kata laki-laki dengan baju topless itu, dia mengarahkan pukulan tangan kanannya kepada ku, aku sudah siap menahan dan memberi serangan balasan, namun beberap detik sebelum pukulan itu sampai. Salah satu temannya menahan badan laki-laki itu.

"Emang elu siapa?" Tanya seseorang di belakang ku, aku melihat ke belakang, dan ada Zane yang sedang menepuk pundak ku.

"En-enggak, enggak ada apa-apa tuan Zane. Ki-kita pergi dulu. Permisi" kata mereka dan langsung lari ketakutan saat melihat Zane

"Tuan Zane ? Elu kenal sama mereka?" Tanya ku yang sedikit ingin menahan ketawa, bagaimana bisa Zane dipanggil Tuan dengan berandalan seperti mereka.

"Ceritanya panjang, intinya gua pernah berantem ama kelompok mereka. Hasilnya, lu udah tau lah siapa yang menang" kata Zane dengan mengunyah permen karetnya.

Memang dari SMP, Zane terkenal dengan ilmu bela dirinya, dia pernah melawan preman angkatan atas sendirian, namun setelah incident itu tidak ada yang mau berteman dengannya, padahal alasan Zane melawan preman angkatan atas karena membela angkatan kita sendiri tetapi pada saat itu angkatan kita terlalu takut sama mereka, jadinya tidak ada lagi yang mau berteman dengan Zane. Setelah kita mengetahui hal itu, kita merasa Zane enggak pantas mendapat perilaku seperti itu, pada saat itu juga, kita mulai mengajaknya bermain atau sekedar minum kopi bersama. Sejak saat itu, kita menjadi akrab sampai sekarang.

"Elu nggak apa-apa kan Cindy ? Enggak ada yang luka atau gimana" kata ku yang khawatir dengannya, dia membalas dengan menggelengkan kepala dan mengucapkan terimakasih kepada ku dan Zane.

"Lu anterin dia pulang aja Matt. Kalau Cindy digangguin lagi gimana ? Lu bisa kok lawan mereka sendirian, dari skala 1-10, teknik analisis dan gaya berantemnya mereka cuma 2. So gua duluan ya" kata Zane dengan meninggalkan kita berdua, aku dan Cindy saling melihat satu sama lain, dia memberikan senyuman lalu menepuk pundak ku, aku mengikuti kemana Cindy berjalan dari sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MatthewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang