-Emaxo-
___
You're gonna be a shinin' star
In fancy clothes and fancy cars
And then you'll see you're gonna go far
'Cause everyone knows just who you are
So live your life
(Hey, ayy, ayy, ayy)
You steady chasin' that paper
Just live your life
(Oh, ayy, ayy, ayy)
Aku sedang merenung di dalam kamar yang bernuansa hitam putih minimalisku saat mendengarkan lagu ini. Kucermati liriknya.
Live my life? Seriously? Dalam keadaan ini?
Bagaimana bisa aku menjalani hidupku secara normal lagi, setelah aku mengetahui hal ini. GBS. Guillain–Barré syndrome, penyakit yang menyerangku. Kenapa harus aku? Apa tidak ada orang lain? Aku bahkan tidak tahu penyakit apa ini.
Kemarin kucari informasi tentang penyakit ini setelah pulang dari dokter Callen. Dan ini Sebagian yang kudapat.
'Penyakit GBS merupakan penyakit autoimun, artinya antibodi tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti virus, justru menyerang sel-sel tubuh sendiri. Resiko terberat GBS dapat mengancam jiwa karena menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan.'
Aku shock setelah membaca beberapa artikel dari teman kita yang tahu segalanya, google. Aku kepikiran. Aku bingung harus apa. Aku sudah memberitahu kedua orangtuaku. Mereka langsung datang jauh-jauh dari Tangerang hanya untuk mengetahui penyakitku ini. Kuceritakan bagaimana keadaanku selama ini, omongan dokter Callen, dan mereka hanya nenyuruhku untuk berdoa.
Praying and hoping.
Ya, hanya itu yang dapat kulakukan. Apalagi? Dokter Callen menyuruhku untuk mengikuti tes lebih lanjut untuk memastikan keadaanku. Sangat berbeda dengan yang kemarin. Namanya Lumbar Puncture.
Another weird name after all this f*cking disease.
Jarum jam sudah mengarah ke angka sepuluh dan kuputuskan untuk bersiap-siap. Aku mengambil kaos Armani hitam pemberian Kyra, jeans abu-abu berlogo Zara, sabuk putih dengan mata berbentuk LV, Jam tangan putih berlogo segitiga terbalik dengan tanda tanya di dalamnya, dan juga sepatu kasual chartreuse berlogo tanda cawang untuk kupakai hari ini. Tak lupa kuambil kunci mobil Honda CR-Z dan dompet putih bergambar anjing berjenis Basset Hound-ku.
Aku masuk ke mobil dan langsung menyalakan music player-ku, lalu menyalakan mobil putih kesayanganku ini. Segera kulajukan benda ini ke salah satu laboratorium terbesar di kota super sibuk ini. Terdengar lagu Change Your Life-nya Little Mix.
Ya, coba saja hidupku bisa berubah, lebih tepatnya bisa dirubah.
Tidak harus mengalami kemungkinan terkena penyakit ini. Aku tidak memilih untuk mengidap penyakit aneh ini.
Coba saja hidupku bisa berubah.
Tidak harus mencintai sahabat sendiri. Aku tidak memilih untuk mencintainya, hatiku yang memilih, tanpa seizinku, mungkinkah ini takdir? Ah kenapa tiba-tiba aku teringat Kyra.
___
Beberapa jam sudah kulewati prosedur Lumbar Puncture ini. Awalnya punggungku dibius, lalu ditusukkan beberapa jarum untuk mengambil cairannya. Aku menunggu hasil testku sambil duduk memainkan tablet bergambar apel yang digigit sedikit ini di ruang tunggu. Ruang tunggu ini terasa sedikit mencekam. Suasana sangat hening jika tidak ada suara televisi yang mengisi keheningan di sini. Sekali-kali terdengar nama-nama orang yang dipanggil untuk mengambil hasil tes ataupun baru akan mengikuti tes. Terlihat beberapa wajah berrharap, berharap tidak mengalami penyakit serius atau apapun itu. Terlihat juga wajah-wajah ceria dari beberapa orang yang mengindikasikan bahwa mereka baik-baik saja. Tak terasa empat puluh lima menit berlalu sampai namaku dipanggil.
"Tuan Emaxo Aelius!" kata seseorang di speaker.
Aku duduk dan menerima surat berwarna hijau tersebut, mengucapkan terimakasih, dan langsung melanjutkan perjalananku ke tempat praktek dokter Callen.
Setelah masuk mobil, aku hendak menyalakan mesin mobil ini ketika tiba-tiba mulai terasa nyeri di bagian leherku. Kutahan sebisa mungkin agar aku bisa cepat sampai ke tempat dokter Callen secepatnya. Kulajukan mobilku di jalanan yang lumayan senggang ini dengan kecepatan diatas sembilan puluh kilometer perjam.
Tiba-tiba saja, kulihat sebuah truk menyalipku dan sebuah bis di depanku dengan kecepatan tinggi. Dan yang kulihat berikutnya, truk dan bis itu bersenggolan dan menimbulkan percikan api. Seketika itu juga aku menginjak rem dan nyaris menabrak pembatas jalan.
"Oh God, now what?"
Kulihat orang-orang berlarian keluar dari bis itu sesaat sebelum terdengar bunyi ledakan. Langsung kunyalakan kembali mobilku dan pergi secepatnya karena takut ada ledakan susulan.
Tak lama kemudian, aku sudah sampai di depan tempat praktek dokter Callen. Kulangkahkan kakiku yang sekarang ikut-ikutan nyeri dan agak kesemutan ini ke dalam ruangan dokter Callen. Ruangan bernuansa calm, yang seharusnya bisa menenangkan para pasien nyatanya tidak berlaku untukku. Bagaimana bisa aku tenang. Baru saja kulihat kecelakaan yang kalau saja aku tidak segera menginjak rem, aku akan mempercepat waktu kematianku dengan terlibat dalam kejadian maut itu.
Aku masih belum mau mati. Aku masih ingin mendapatkan Kyra.
Dan juga sesaat lagi dokter akan memberitahuku apakah aku benar-benar terkena Guillain–Barré syndrome atau tidak. Aku sangat tidak tenang. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Max, I'm so sorry. tetapi memang sepertinya begitu."
Kata-kata yang tidak ingin kudengar.
Kenyataan yang ingin kutolak.
Penyakit yang aku harap tidak menyerangku.
Semuanya terjadi.
Dalam sekejap.
Dan aku baru menyadari satu hal
We can't deny reality.
___
Hey readers! Thanks for keep following LD. Entah kenapa author lagi baik hati sampe mau upload lagi. Harusnya mau upload tadi malem, tapi wattpad lagi maintenance kan? I'll upload next chapter in just few days. Ini lagi holiday, jadi aku forsir biar cepet selesai. Keep voting and comment ya, don't be a Ghost reader. Anyway, I Dedicate this part to @Xiaolette, orang yang ngebet banget pengen liat part selanjutnya, dan orang yang udah bantu dan support chapter-chapter sebelumnya, tapi entah orangnya lagi merantau kemana. Happy reading! Dont forget to comment and vote....
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dawn: find, hope, let go (Indonesia)
Teen FictionBagaimana bisa aku jatuh cinta kepada orang yang seharusnya tak kucintai. Bagaimana bisa aku bertahan selama ini. Apakah aku sudah kebal akan kepahitan yang kurasakan akibat kecuekanmu? Walaupun pada akhirnya aku tahu aku akan dikecewakan, bolehkah...